Mapay Lembur DPC Cibeunying Kidul |
Senja itu…. Sepulang dari mengikuti pelatihan relawan RIDO (Ridwan
Kamil – Oded MD) di Kantor DPD PKS Kota Bandung, tiba-tiba semangat yang
menggebu dan azam yang kuat hadir dalam
dadaku. Ya….semangat dan azam untuk segera dapat mengetuk pintu-pintu hati
manusia, khususnya di RW ku agar dengan penuh keridoan mau memilih RIDO sebagai
Walikota dan Wakil Walikota Bandung.
Aku punya catatan suram masa lalu terkait jumlah suara yang diraih
di 2 TPS di RW ku, senantiasa pasangan yang diusung oleh Partai PKS yang aku
cintai kalah. Di TPS tempat aku memilih selalu no 2, apalagi di TPS yang satu
lagi selalu dibawah beberapa partai lainnya, dan di sana yang selalu
menang adalah pasangan dari partai yang
aku tahu karakter dari kebanyakan para pengikutnya membuat aku bergidik.
Sejujurnya aku sangat menyadari bahwa kekalahan-kekalahan yang
dialami 2 TPS di RW-ku adalah karena kurangnya
aku mengetuk pintu-pintu hati tetanggaku. Selama ini sepak terjangku dalam mengetuk
pintu-pintu hati manusia lebih sering di
luar RW-ku, bak “Jagoan di Luar Kandang”. Kalau boleh aku beralasan untuk
mengurangi rasa bersalahku, terkait mengapa hal itu terjadi , mungkin karena aku
seorang Pegawai ), dan sebagian besar tetanggaku tahu akan hal
itu, hingga aku tak bisa bergerak bebas di RW-ku sendiri.
Kucoba bertanya kepada hati kecilku, benarkah kurangnya sepak
terjangku di RW-ku karena masalah aku
seorang Pegawai, atau sebetulnya karena rasa sungkanku saja karena aku jarang
sekali bersilaturrahim kepada mereka…? Ternyata…hati kecilku mengatakan, alasan
kedualah penyebabnya. “Astaghfirullah…ampuni hamba-Mu ini ya Allah, bagaimana
pintu-Mu dapat terketuk kalau usahaku dalam mengetuk pintu-pintu hati
tetanggaku saja amat sangat kurang”.
Gerimis siang itu membuat keraguanku semakin kuat untuk melangkahkan
kakiku menuju pintu-pintu rumah tetanggaku, padahal sesuai kesepakatan di
pertemuan LT3Besar DPC Cibeunying Kidul yang baru saja kuikuti, bahwa hari ini semua
kader harus melakukan mapay lembur di TPS nya masing-masing. Subhanallah…tidak
mudah bagiku yang sangat jarang bersilaturahim, karena hampir setiap hari aku
pergi pagi pulang sore, tiba-tiba harus berkunjung sendirian memperkenalkan
Calon Walikota dan Wakil Walikota kepada tetangga-tetanggaku. Tapi…Bismillah…dengan
menyebut nama-Mu ya Allah aku memohon kekuatan untuk dapat melangkahkan kakiku
menuju pintu-pintu rumah tetanggaku untuk mengetuk pintu hatinya, karena ini
soal ‘kebaikan’ yang harus aku sampaikan.
Redanya hujan, sekan-akan ikut meyakinkanku untuk segera bergerak
menelusuri daerah sendiri (Mapay Lembur). Di gerbang pintu rumah ibuku,
kepalaku bolak-balik melihat ke kiri dan ke kanan sambil berfikir siapa
kira-kira yang akan menjadi sasaran pertamaku. Kulangkahkan kakiku menuju rumah
di sebelah kiri rumah ibuku. Kulihat tetanggaku, seorang janda tua yang hidup
di sebuah kamar kontrakan bersama anak-anak dan cucu-cucunya sedang berada di
teras. Kuhampiri dia dan kupraktekkan apa yang pernah kudapat di pelatihan
relawan. Senyum, sapa, salam dan mulailah aku beraksi memperkenalkan RIDO.
Alhamdulillah….hasilnya dia setuju mau memilih RIDO, bahkan sampai berkali-kali
mendoakan RIDO agar menang….subhanallah…
Ketika akan mengakhiri silaturrahim pertamaku, seorang laki-laki tetanggaku , yang kutahu dia
dulu berprofesi sebagai pengamen dan dia juga simpatisan PKS mendekatiku. Wah…bagiku
bagai menemukan makanan yang siap disantap, aku langsung memperkenalkan RIDO
kepadanya, dan Alhamdulillah ternyata dia tidak hanya akan memilih RIDO, bahkan
bersedia menjadi Relawan RIDO, dan tidak tanggung-tanggung saat itu juga dia
mau menemaniku melakukan Mapay Lembur….Subhanallah…terima kasih ya Allah…aku
jadi tidak sendirian lagi.
Kulanjutkan Mapay Lemburku bersama Sang Relawan yang dengan setia
menemaniku. Kumulai dengan mengetuk rumah-rumah yang berada di ujung perbatasan
dengan RW lain. Berbagai tanggapan
kudapat, ada yang sudah mempunyai pilihan, dan banyak juga yang sama sekali tidak tahu calon-calonnya. Satu
hal yang harus aku syukuri, mereka tetap ramah menerimaku dan mau meluangkan
waktunya untuk mendengarkan penjelasanku tentang pasangan RIDO.
Adzan asar berkumandang tanda aku harus mengakhiri sementara Mapay
Lemburku. Kubuat janji dengan Sang Relawan, bahwa setelah sholat asar Mapay
Lembur dilanjutkan. Sesampainya di rumah, kulihat ibuku tersenyum sambil
menyindir bahwa aku kampanye terus, sebuah senyuman dan sindiran yang sarat
dengan dukungan, dan hal ini juga yang menguatkanku untuk terus
bergerak…..alhamdulillah…karena disaat aku keluar rumah, beliaulah jugalah yang
menjaga ketiga anakku, semoga Allah Swt membalasnya dengan sesuatu yang jauh
lebih baik. Amin ya Robb…
Ketika maghrib tiba, Mapay Lembur di hari pertamaku berakhir.
Pintu-pintu rumah dan pintu-pintu hati teangga-tetanggaku di hampir 2 RT telah coba
kuketuk. Berbagai harapan mereka dapat
kudengar, yang intinya mereka ingin agar Bandung bisa lebih baik, bebas sampah
berserakan, jalan-jalan tidak bolong lagi, dan rakyat bisa lebih sejahtera….insyaallah
aku sangat yakin, bahwa pasangan RIDO akan bisa memenuhi harapan mereka.
Alhamdulillah…. Mapay Lembur di sekitar TPS-ku berhasil kubereskan dalam
2 hari, berarti di hari berikutnya aku harus melanjutkan Mapay
lemburku di TPS satu lagi. Ada perasaan ragu menyelimuti hatiku ketika aku
harus melanjutkan Mapay Lemburku ke TPS itu. Bayangan sikap antipati dari
orang-orang yang akan kuketuk pintu rumahnya menghantui jiwaku. Namun, segera kutepis bayangan itu dan
kuingatkan kembali diriku, bahwa ini adalah masalah kebaikan yang harus aku
sampaikan, sekalipun akan terasa pahit.
Kulepaskan rasa lelahku sepulang kerja, sambil menyuapi jagoan
kecilku dan mendengarkan cerita kakak-kakaknya. Setelah kurasa cukup
memenuhi rasa kangenku dan kangen
mereka, aku meminta izin kepada ibuku, anak-anakku, juga suamiku meskipun lewat
SMS, bahwa aku akan Mapay Lembur lagi bersama Sang Relawan. Sejujurnya, selalu
ada perasaan berat ketika akan memulai lagi, tapi selalu juga kucoba menepis
perasaan itu, karena biasanya ketika sudah mulai berjalan, perasaan berat itu
akan hilang dengan sendirinya dan berganti dengan semangat 45 untuk terus dan
terus mengetuk pintu setiap rumah, bahkan aku jadi lupa dengan
ke-Pegawai-anku..he..he..
Kutelusuri rumah-rumah yang berada di dalam gang-gang sempit bersama
Sang Relawan yang tak pernah lepas dari PIN RIDO di bajunya. Kusinggahi
rumah-rumah yang tak kalah sempit dengan gang yang kulalui.Ya…rumah sempit,
yang menurutku lebih cocok dengan sebuah kamar. Jamban yang mereka gunakan
adalah jamban milik bersama, yang letaknya di luar rumah. Bila musim hujan
tiba, wilayah itulah yang sering terkena banjir. Aku baru tahu kalau ternyata
rumah yang mereka tinggali bukan milik mereka sendiri, tapi rumah kontrakan. Masyaallah…
ternyata seperti inilah wajah daerahku
yang sebenarnya.
Kutersenyum, kusapa, dan kuberi salam mereka dengan penuh cinta.
Kuminta waktu mereka beberapa menit untuk berbincang tentang PILWALKOT yang
sebentar lagi akan tiba. Ada yang terlihat ragu dengan kedatangan kami, ada
juga yang dengan sangat ramah menerima kami. Kadang aku mengobrol di dalam
rumah, kadang juga di sedikit teras karena sempitnya rumah mereka.
Satu hal yang membuatku takjub, ternyata mereka tidak seperti yang
aku bayangkan, mereka jauh dari sikap antipati, mereka hanyalah orang-orang
sederhana, polos, mudah diombang-ambing, tergantung kekuatan mana yang bisa
mempengaruhi mereka. Ada di antara mereka bertanya tentang yang ramenya pasangan
mana, berarti dia hanya ikut-ikutan saja, tergantung yang ramenya siapa. Ada
juga seorang ibu yang dibajunya tersemat PIN pasangan lain, namun subhanallah
tetap mau menerima dan mendengarkan kami
dengan ramah. Jadi…kemana saja aku selama ini ? Pantas saja di TPS itu
pilihanku selalu di bawah, karena kekuatan lain telah terlebih dahulu mencengkram
mereka. Ampunilah hamba-Mu ini ya Allah, yang sudah berburuk sangka kepada
mereka.
Akhirnya, Mapay Lembur di RW-ku bersama Sang Relawan pun usai sudah.
Banyak pengalaman berharga yang dapat kurasakan, ternyata bersilaturrahim itu
indah, dapat menumbuhkan benih-benih cinta, dan aku jadi semakin mencintai
orang-orang di RW-ku dan aku sangat ingin membahagiakan mereka, meski baru
lewat ajakanku untuk memilih RIDO, pasangan yang insyaallah bisa menghadirkan
senyum di bibir mereka.
Ya
Allah…gerakkan hati mereka untuk memilih RIDO dengan penuh keridoan, agar
mereka tidak mudah goyah meski badai materi
dan angin pembawa kabar hitam menerpa mereka….
Berikanlah
ketawakalan kepadaku, dan semoga apa yang telah kulakukan, meski hanya sedikit,
namun dapat memenuhi salah satu syarat untuk menyongsong kemenangan-Mu…
Kalau pun apa
yang Kau kehendaki, ternyata masih jauh dari harapanku…
Setidaknya aku
tidak akan lagi merasa malu di
hadapan-Mu...
Cibeunying
Kidul, 5 Juni 2013
0 Komentar