Pemanfaatan jamu dan obat herbal semakin populer di dunia medik. Diawali dengan pencanangan Saintifikasi Jamu oleh Menteri Kesehatan pada 6 Januari 2010, kini jamu dan obat herbal telah digunakan di sejumlah rumah sakit dan klinik percontohan.
"Penggunaan itu sambil terus dilakukan uji klinis untuk menemukan penjelasan khasiat ilmiahnya," ungkap Dr. Sherly, Direktur Penilaian Obat Asli Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Seminar Nasional "Pemanfaatan Herbal Medik sebagai Paradigma Baru Dalam Bidang Pelayanan Kesehatan", di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Seminar itu juga menghadirkan pembicara, Dirut PT Sidomuncul Irwan Hidayat, Prof. Agus Purwadianto, Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi, dan Dr. Abidinsyah Siregar, Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplemeter, Kementerian Kesehatan.
Dikatakan, pengembangan obat tradisional harus berbasis pada keamanan, mutu, dan khasiat dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. "Dengan uji klinis pada jamu dan obat herbal, maka masyarakat dapat mengkonsumsinya dan dapat meningkatkan kesehatan masyarkat," ujar Sherly.
Dr. Abidinsyah Siregar, Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplemeter, Kementerian Kesehatan mengatakan, dalam dunia pengobatan terdapat dua jenis layanan, yaitu layanan pengobatan modern dan tradisional. Kedua jenis layanan itu sudah dilakukan di 100 negara di dunia termasuk Indonesia.
Di Indonesia, kata Abidinsyah, pengobatan menggunakan Jamu ditargetkan akan dimanfaatkan di 70 rumah sakit dan sekitar 50 % akan digunakan di pusat layanan kesehatan di kabupaten.
Dirut PT Sidomuncul Irwan Hidayat mengatakan, pembuatan jamu herbal produknya telah melalui uji klinis dengan melibatkan lembaga riset, dan perguruan tinggi, sehingga hasilnya bisa dipertanggungjawabkan dan memenuhi standar proses pembuatan obat yang baik. "Proses produksi itu juga didukung oleh laboratorium modern yang dioperasikan para pakar, serta kebun obat yang dikelola dengan baik sebagai penyedia bahan bakunya," katanya.
Menurut Irwan, yang paling membanggakan penggunaan obat herbal dan jamu sudah masuk ke dunia medis sebagai obat. "Sekarang 95% dokter menggunakan herbal dan jamu untuk dirinya dan 25% dokter sudah menggunakan obat herbal untuk pasiennya," ujarnya. (A-78/A-147)***
sumber: pikiran rakyat online
0 Komentar