Bandung kini genap berusia 215
tahun. Kota yang kita cintai ini bukan sekadar tempat tinggal, melainkan ruang
sejarah, budaya, dan peradaban yang membentuk jati diri warganya.
Setiap sudut Kota Bandung menyimpan
kisah perjuangan, inovasi, dan harapan yang harus terus kita jaga bersama.
Sejarah mencatat Bandung sebagai kota perjuangan. Peristiwa Bandung Lautan Api tahun
1946 adalah simbol keberanian rakyat mempertahankan kemerdekaan.
![]() |
Susanto Triyogo |
Saat itu, Bandung tidak hanya menjadi kota, melainkan medan juang yang mengajarkan arti pengorbanan demi bangsa.
Tak berhenti di sana, Bandung
juga menorehkan jejaknya dalam sejarah dunia. Konferensi Asia Afrika tahun 1955
melahirkan Spirit of Bandung, yang memberi inspirasi bagi bangsa-bangsa Asia
dan Afrika untuk bangkit dari penjajahan. Dari Bandung, suara kemerdekaan
menggema ke seluruh penjuru dunia.
Presiden Soekarno dalam pidato pembukaan Konferensi Asia Afrika (18 April 1955)
menegaskan:
“Ya, ada sesuatu yang lebih besar dari nasionalisme, yaitu Spirit of Bandung.
Bandung mewakili semangat persatuan, semangat anti-kolonialisme, semangat untuk
berdiri bersama membangun dunia baru yang damai dan adil.”
Lewat pidato itu, Bandung tampil
bukan sekadar tuan rumah, tetapi simbol harapan dunia. Spirit of Bandung lahir
dari semangat persaudaraan bangsa-bangsa yang menolak kolonialisme dan
imperialisme, serta bertekad membangun dunia yang lebih adil.
Kini, wajah Bandung juga dikenal
dengan inovasi dan kreativitasnya. Pada 2015, UNESCO menetapkan Bandung sebagai
City of Design.
Pengakuan ini bukan hanya
kebanggaan, tetapi juga tanggung jawab: menjaga Bandung tetap menjadi kota yang
inovatif, kreatif, sekaligus ramah bagi warganya. Energi anak muda Bandung
dengan kreativitasnya adalah kekuatan baru yang luar biasa.
Namun, generasi hari ini tetap
harus berpijak pada akar sejarah perjuangan kotanya, agar kreativitas tidak
tercerabut dari nilai perjuangan.
Namun kita juga tidak menutup
mata: Bandung menghadapi tantangan nyata. Urbanisasi yang cepat, kemacetan lalu
lintas, persoalan sampah, kesenjangan sosial, hingga krisis ruang terbuka
hijau, semuanya menjadi pekerjaan rumah besar.
Lebih dari itu, ada risiko
terkikisnya identitas Bandung oleh modernitas yang bergerak begitu cepat. Jika
kita tidak waspada, nilai perjuangan dan kearifan lokal yang menjadi kekuatan
Bandung bisa hilang ditelan zaman.
Karena itu, di usia ke-215, sudah
saatnya kita menghidupkan kembali Spirit of Bandung. Semangat perjuangan,
solidaritas, kreativitas, dan keberanian mengambil peran global perlu kita
aktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Bandung harus menjadi kota yang maju tanpa kehilangan jati diri, modern tanpa meninggalkan sejarah, serta kreatif tanpa melupakan akar perjuangan.
Bandung adalah kota yang besar
karena warganya. Maka mari kita satukan langkah: warga, pemerintah, akademisi,
pelaku usaha, dan komunitas.
Dengan harmoni dan kolaborasi,
kita bisa menjaga Bandung tetap menjadi kota perjuangan, kota kreatif, dan kota
yang memberi inspirasi bagi Indonesia dan dunia.
Selamat ulang tahun ke-215,
Bandung tercinta. Mari kita rawat semangatmu, agar Spirit of Bandung tetap
hidup dalam diri kita semua.
0 Komentar