Relawan Literasi dan Pink Hebring



Meski Sabtu pagi (19/08/2017) Herlyanti, B.Ba membawakan materi dengan renyah menyesuaikan peserta yang masih duduk di bangku kuliah, tapi belum berhasil sepenuhnya menggugah. Padahal hasrat mereka menggebu untuk mengikuti Pelatihan Reporter, sehingga jauh jarak tempuh yang jauh dari tempat mereka domisili tak dihiraukan lagi.

Apakah mungkin karena setelah menukik ternyata tugas reporter tak sesederhana yang mereka bayangkan? Emang sih, selain meliput berita atau mewawancara dan mengambil gambar, juga harus mampu menyajikan laporan yang akurat ke meja redaksi sesuai standard. Minimal   What, Who, Where , When, Why dan How yang masyhur dengan singkatan 5W+1H.

Memiliki skill suatu keniscayaan. Mampu menghadapi responden dalam segala suasana hati. Bagaimana jika terjadi stagnan? Ini sisi seni tersendiri. Kepekaan rasa harus terasah tajam agar mampu membaca bahasa tubuh, ataupun nada suara ketika mulai tak acuh.  Satu lagi kemampuan yang wajib dipunyai seorang reporter yaitu meredam ego, dan seribu satu problem yang bakal dihadapi dilapangan. Harus cerdas dan tahan banting. Ya begitulah kira-kira intinya.
Panitia (atas) & Peserta (bawah)
Training Reporter Muda PKS
Satu jam berjalan pelatihan, ruangan belum menghangat meski suhu AC agak ditinggikan beberapa derajat. Lya demikian panggilan lulusan Hogeschool Inholland Haarlem, The Netherlands ( Belanda) tak kehabisan akal. Dia keluarkan jurus yang menggelitik memori. Sambil tangan menulis kata 'Pink', dia melontarkan umpan, "Coba kalian ungkap apa yang terlintas di benak ketika membaca tulisan Pink." Nah, kini barulah suasana ruang riuh rendah.

Ketika kata Pink yang terkesan seksi hinggap di benak Fathin mahasiswi jurusan musik, maka yang muncul dari memori ingatan adalah 'warna suara dalam komposisi'. Whua...tetiba muncul indahnya sebuah komposisi warna suara dalam bayang. Malah dia tambahkan lagi dengan kata lanjutannya 'romantis, wanita dan ceria. Lengkap sudah gambaran keindahan ciptaan Yang Maha Pencipta yang dimunculkan benaknya.
Mba Lya ketika
Mengisi training Reporter
Beda dengan nalar Sofa seorang mahasiswi yang menggeluti dunia photografi, lama menemukan yang pas untuk merujuk kata Pink. Kembali dengan cekatan istri Ajie Kurniawan Azhari, S.Sn. segera membelokkan alternatif ke warna biru. Benar juga prediksi Lya, Sofa langsung menyebut kata 'langit, laut, trak lari di Gazibu'. Semua mewakili hasil jepretan kameranya.

Wow...mahasiswi yang satu ini punya jawaban yang anti mainstream. Beberapa orang di ruangan bereaksi agak kaget ketika dia sebut kata 'identitas seorang lelaki' ketika mendapati kata Pink. Dikejar dengan pertanyaan apakah berdasar dari pendapatnya, langsung Laras memberi referensi bacaan yang dia temukan di internet. Ternyata eh ternyata, bertebaran tulisan yang menceritakan bahwa di awal abad sembilan belas Masehi warna Pink adalah lambang maskulin. Salah satunya media ANEH DIDUNIA.COM mencatat bahwa hingga tahun1950an semua yang berhubungan dengan warna tersebut adalah simbul maskulin dan jantan. Tak heran mobil Cadillac keluaran tahun itu berwarna Pink dan paling seksi dimata kaum pria. Hingga muncul istilah  Pink Cadillac.

Psst...diam-diam Juru Catat sedari tadi di sudut ruang juga memorinya menari-nari. Bukan warna Pink yang menggelinding tapi malah sederet orang berbusana orange seolah terpajang mirip etalase. Makin utuh memori, makin lengkap yang terungkap. Sangat kuat dirasa bahwa dibalik warna Orange yang mereka kenakan menyimpan luapan semangat dan mencuat kepermukan menjadi sapaan hangat.
Keluarga Mang Oded
"Keluarga Qurani"

Mungkin sebagian Anda masih menyimpan memori pula. Tepatnya di acara Silakbar ODOJ (One Day One Juz) Jabar tahun 2015. Keluarga Muhammad Oded Danial yang lebih dikenal Mang Oded waktu itu sebagai penerima penghargaan Keluarga Qurani tingkat Jabar. Nah ketika diminta berbagi pengalaman dalam membersamai putri-putri mereka ketika berjuang menjadi Penghafal Qur'an, mampu meluncurkan kiat-kiat dan menumbuhkan semangat para Odojer. Efeknya tumbuh motivasi ingin menduplikasi sesampai di rumah nanti. Mang Oded dan istri bergantian menyampaikan penggal pengalamannya dengan penuh kehangatan. Lepas sekat antara masyarakat dengan keluarga pejabat, selaku Wakil Walikota Bandung.
  
Entah disengaja atau tidak bagi istri dan ke tujuh putri Mang Oded memilih Orange sebagai warna busana ketika itu, tapi yang pasti efek yang ditimbulkan cocok dengan psychologi dari warna Orange. Memancarkan hangat dan memacu semangat. Malah konon ada sederet efek yang diakibatkan dari warna Orange. Misalnya optimisme, percaya diri dan kemampuan dalam bersosialisasi, dan kararter itu nampaknya dimiliki Bu Siti.

Hai warna nila, jingga dan lainnya, maafkan hanya tiga warna yang jadi bahan cerita. Jangan cemburu ya, karena hanya tiga warna itu yang ikut hadir di Markas Dakwah DPD PKS Bandung.

Terima kasih tak terhingga pada Anda yang telah tuntaskan baca. Salam Literasi.

(Frieda Kustantina, Juru Catat)







 

Posting Komentar

0 Komentar