Mencari Ruh Kemerdekaan

72  Tahun Indonesia Merdeka
Waktupun terus berlalu, tak terasa sudah masuk lagi bulan Agustus. Bulan yang sangat istimewa bagi  bangsa Indonesia. Didalamnya ada hari yang sangat dinantikan, yakni hari kemerdekaan Negeri tercinta. Bulan ini laksana memberikan pesan, bahwa Indonesia sudah merdeka. Sebuah label untuk satu negara, agar terlihat eksistensinya di mata dunia.

Sepekan ini saya berada di daerah Kuningan. Masyarakat disini  seperti sejenak melupakan biaya listrik yang terus melambung.   Dan demi menyambut bulan bersejarah ini, mereka rela memasang lampu plip-plop sehingga suasana kampung lebih terasa hangat dan meriah. Begitupun tatkala saya  melewati jalan ke perkampungan, tiba-tiba sekelompok pemuda yang tergabung di karangtuna, mereka  menyegat perjalanan  sekedar  mengetuk hati yang lewat, agar  andil menyumbang. Bahkan ada juga dengan gaya menjual air mineral, yang keuntungannya digunakan untuk memeriahkan pesta tahunan ini. Semua dilakukan demi suksesnya agustusan.

Acara agustusan bagaikan sebuah jeda dalam sebuah perjalanan masyarakat Indonesia. Mereka meluapkan moment hingga ke setiap lini  kehidupan. Lihat saja, mall atau supermarket bahkan toko online yang kini semarak, sepertinya tak mau ketinggalan dengan menerapkan discount “MERDEKA”. Acara televisipun tak ketinggalan, nuansa acara berubah menjadi berbau kemerdekaan.

Secara  de facto Indonesia sudah merdeka 72 tahun yang lalu, tepatnya 17 agustus 1945. Walaupun secara de jure, Mesir dan Palestina yang kemudian mengakui bahwa Indonesia telah merdeka sejak 18 November 1946. Dan pengakuan dari negara lain inilah yang sebenarnya akan menguatkan eksistensi sebuah negara telah merdeka. Walaupun kita tahu, perjalanan mendapatkan sebuah pengakuan ini begitu sulit. Bahkan Belanda yang pernah menjajah Indonesiapun, masih tetap melakukan  agresi militernya. Barulah pada tanggal 27 desember 1949,Belanda mengakui kalau Indonesi merupakan negara berdaulat. Ironisnya Belanda tetap tak mengakui kalau Indonesia merdeka tanggal 17 agustus 1945, tetapi pada tanggal 27 desember 1949 itulah merupakan hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Barulah 60 tahun kemudian, yakni 17 agustus 2005 Belanda melalui perdana menterinya Bernard Rudolf Bot meminta maaf kepada masyarakat Indonesia dan mengakuinya hari kemerdekaan Indonesia jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pertanyaan yang sering timbul, benarkah Indonesia telah merdeka? Hal ini tentunya kalau dikaitkan dengan fakta yang ada, bahwa Indonesia masih terjajah oleh bangsa lain. Sektor ekonomi dirasa  tak pernah mandiri. Kendaraan yang lalu lalang di jalanan, pesawat yang hilir mudik menghiasi angkasa kita, perlengkapan dan kebutuhan  sehari-hari yang kita gunakanpun nyaris buatan luar negeri. Tambang emas Free Port yang hanya bisa dinikmati sebagian oleh pribumi. Dan masih banyak lagi fakta didepan mata yang membuat hati menganga.

Kita bukan Afrika yang umumnya bertanah kering dan tandus, kita juga bukan bagian dari timur tengah yang selalu diterpa konflik tiada henti. Negara kita kaya raya, lihatlah  perairannya yang begitu terbentang luas dari barat hingga ke timur. Tanahnya begitu subur, sehingga menanam apa saja bisa tumbuh disini. Tapi kemandirian yang merupakan ruh kemerdekaan tak pernah rakyat rasakan. Sampai kapan negara yang memiliki cap  Agraris ini harus berhenti mendatangkan beras dan daging. Sampai kapan negeri ini mengirim tenaga kerjanya ke luar negeri, hanya berprofesi sebagai pembantu. Apakah fenomena ini pertanda Indonesia miskin? TIDAK. Karena konglomeratpun banyak juga bermunculan disini. Indonesiapun tidak bodoh. Orang cerdik pandaipun, banyak yang lahir  di negara ini. Tengoklah olimpiade iptek bergengsi, putera-puteri Indonesia sering menjadi langganan dalam meraihnya.

Lalu apa yang salah dengan negara kita? Sehingga pengamat menilai dengan  dua kemungkinan yang melanda negeri berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia ini.  Kemungkinan yang pertama, Indonesis yang salah urus, sedangkan kemungkinan kedua bisa jadi  keberkahan telah dicabut di negeri ini. wallohu’alam.

Lalu siapa yang bisa menjawab semua ini? kalau kemungkinan pertama itu benar, berarti para pengurus negara ini harus cepat bertindak. Para pengolah negara harus merombak dan mengevaluasi segala apa yang telah dilakukan. Karena di tangan merekalah semua rakyat menggantungkan harapan.  Rakyat tak perlu dikomandoi untuk menyatakan Cinta NKRI. Yang mereka butuhkan cintanya pengurus negara kepada mereka. Rakyat tak perlu disuruh pasang bendera merah putih,  begitu masuk bulan agustuspun serta merta mereka memasang bendera, umbul-umbul, lampu plip-plop, orang-orangan dan berbagai cara menyambut kemerdekaan.

Akan tetapi,  jika kemungkinan kedua yakni keberkahan atas negeri telah diangkat, yang menjawab semua ini adalah seluruh rakyat Indonesia. Kata “Berkah” itu sendiri sangat familiar di tengah-tengah kita. Kata berkah berasal dari bahasa Arab yakni al-barokah yang memiliki makna  nikmat. Sedangkan menurut istilah kata berkah memiliki arti ziyadatul khoir (bertambah kebaikan). Sementara kalau kita lihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata berkah bermakna,  “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”. Barangkali atas dasar inilah, sehingga mars PKS yang kita kenal terselip lirik, “Bangun Indonesia Penuh Berkah”.

Keberkahan tak datang begitu saja, Ternyata Allah hanya akan memberi keberkahan itu kepada orang yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seperti yang termaktub dalam Alqur’an yang artinya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS 7:96).

Oleh karenanya sudah sepantasnyalah sebagai warga negara yang beriman, kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah subhnahu wata’ala. Berdoa dan berusaha setiap kesempatan agar Indonesia diberikan lagi keberkahan seutuhnya. Memperbaiki setiap pribadi ke arah yang lebih baik. Menebar kebaikan ke sesama agar Allah tambahkan selalu rasa sayang kepada negeri tercinta ini. Mendoakan selalu pengelola negara, agar diberikan keberkahan dalam menjalankan kekuasaannya. Para pendiri bangsa juga menyadari kalau kemerdekaan yang kita raih, bukan semata karena perjuangan rakyat dalam menuntut sebuah predikat Indonesia merdeka. Lihatlah pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, disana terselip sebuah kalimat,”...atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa...”.

Mudah-mudahan keberkahan yang menurut para pengamat telah dicabut di negeri ini, kembali hadir.  Dan Indonesia yang telah merdeka sejak 72 tahun yang lalu senantiasa jaya, mandiri dan dihargai di mata dunia. (Tiesna)


#DirgahayuIndonesia

Posting Komentar

0 Komentar