Meneladani Salafusholih dalam Menuntut Ilmu

Sumber : google


          Penghujung Syawal ini adalah  pekan-pekan awal anak-anak kita  bersekolah. Berpisah sementara dengan orang tua untuk kembali ke pondok pesantren, bermacetan ke sekolah, beradaptasi di lingkungan  baru sekolah adalah hal yang mungkin akan  menjadi kisah perjuangan anak kita dalam menuntut ilmu. Menelaah kisah menakjubkan para salafushalih dalam menuntut ilmu, akan kita temukan teladan yang  menggugah  semangat menuntut ilmu.

Dari buku Perjalanan Para Ulama Menuntut Ilmu karya  Abu Anas Majid Al-Bankani, berikut beberapa penggalan kisah para salafushalih penuntut ilmu

Abu Ad-Darda‘, “Kalau aku menemukan satu ayat dalam Al-Qur'an dan tidak ada orang yang bisa menerangkannya kepadaku, kecuali seorang yang tinggal di tempat yang sangat jauh sekali, aku akan turut dia”.

Sesungguhnya Sa'id bin Al-Musayyab pernah berjalan berhari-hari dan bermalam-malam untuk mencari satu hadits.

Imam Malik merasakan pedihnya kemiskinan. Saking luasnya menuntut ilmu, hingga mengurangi atap rumahnya, dia menjual kayunya. Kemudian, dunia jauh darinya.

Tidak seorang pun pada zaman Ibnul Mubarak yang lebih gigih dalam menuntut ilmu selain dirinya. Dia pergi ke Yaman, Mesir, Syam, Bashrah, dan Kufah. Dia adalah termasuk orang yang meriwayatkan ilmu dan pantas untuk itu. Dia belajar dari yang tua maupun yang muda.

Yahya bin Ma'in adalah seoarang imam dalam al-jarhu wa ta'dil (ilmu mengenai kecacatan dan kebenaran riwayat suatu hadits). Seorang yang telah sampai pada puncak ilmu hadits pada zamannya. Ia menghabiskan 1.050.000 dirham dalam mencari hadits hingga tidak ada yang ia miliki selain sandal yang dipakai.

Al-Bukhari Rahimahullah pergi menemui para ahli hadits yang ada di penjuru dunia. Dia belajar ke Khurasan, pegunungan, kota kota di sekitar Irak seluruhnya, Hijaz, Syam, Mesir, dan dia datang ke Irak beberapa kali. Al-Bukhari berkata, “Aku belajar kepada 1.000 guru dari kalangan ulama, bahkan lebih. Aku tidak mempunyai satu hadits pun, kecuali kusebutkan sanadnya.”

Sedangkan dalam buku Musyawwaq ilal qiroah wa tholabil ilm karya Ali bin Muhammad al Imran ada penggalan kisah berikut:

Majduddin Ibn Taimiyyah (kakek Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah) jika akan masuk kamar mandi berkata kepada orang yang ada di sekitarnya:  Bacalah kitab ini dengan suara keras agar aku bisa mendengarnya di kamar mandi.

Al Izz bin Abdissalam membaca kitab Nihaayatul Mathlab 40 jilid dalam tiga hari ini (Rabu,  Kamis, Jumat) di masjid.

Al Hafizh al Khothib tidaklah berjalan kecuali bersamanya kitab yang dibaca. Demikian pula Abu Nuaim al Asbahaany ( penulis kitab Hilyatul Auliyaa).

Demikian kisah-kisah heroik para penuntut ilmu. Semoga menjadi inspirasi bagi kita.
(Emily)

Posting Komentar

0 Komentar