Jurus Rayuan Anggota Dewan buat Wisman



Ledia Hanifa saat meyakinkan
peserta Bintek Pariwisata

Materi yang diberikan lumayan aduhai, cara menyampaikannya pun piawai, hingga peserta tak masalah meski dua hari berturut-turut nyaris mati gaya duduk berlama-lama dari tanggal 17-18 Juli 2017 di Amaroossa Hotel Bandung, salah satu kota tujuan wisata. Tak terkecuali satu-satunya peserta bule kece yang menguasai empat bahasa. Angelique profesor sekaligus pelaku bisnis pariwisata dari negeri Belanda yang sedang melakukan penelitian seputar pariwisata Indonesia, mengaku sangat terkesima atas paparan para pembicara. Meski sepotong-sepotong yang tertangkap karena cara bertutur pembicara dirasa terlalu cepat. "cas cis cus...ha ha", begitu jelasnya sambil tertawa

Singkat cerita, Nia Niscaya, SH,MBA dari Deputi Pengembangan Pasar Eropa, Timut Tengah, Amerika dan Afrika (ETAA) membeberkan target yang harus dicapai Kemenpar (Kementerian Pariwisata) untuk Wisatawan Mancanegara sebesar lima belas juta pengunjung per tahun. Memang  angka ini fenomenal jika melihat realita di lapangan jauh panggang dari api. Maka dibuat berbagai terobosan, termasuk acara Bintek Pariwisata ini. Lain Indonesia lain Vietnam, meski sama-sama di Asia mampu meraup angka hingga dua puluh empat juta orang wisatawan mancanegara. Kok bisa? Ternyata kuncinya ada dukungan besar-besaran regulasi, sehingga pariwisata disana dapat menggeliat dan langsung lari cepat. Untuk itu dirasa perlu mengajak mitra sekelas Hj.Ledia Hanifa Amaliah,MPsi mewakili legislatif untuk diminta masukan dan berbagi pengalamannya. selain supaya disamping Kadisbudpar Jabar Ida Hernida dan Ketua Asita Jabar Herman Rukmanadi dalam acara yang digelar.


Merayu dengan Pemasaran Digital 
 
Peserta serasa melancong sendiri ke negeri-negeri yang Ledia pernah kunjungi, ketika kader dari PKS ini detail menggambarkan keelokan tempat wisata beserta masing-masing keunikan dengan didukung suguhan visual yang menawan dan meyakinkan. Kemudian anggota DPR dari dapil Kota Bandung dan Cimahi ini pelan-pelan menggiring peserta ke tehnologi Pemasaran Digital untuk dijadikan senjata dalam merayu calon Wisman (Wisatawan Mancanegara). Pemasaran Digital ini dirasa sangat menarik karena menggabungkan faktor psikologis, humanis, antropologi dan tehnologi yang akan menjadi media baru dengan kapasitas besar, interaktif dan multimedia. Terbentuklah interaksi antara produsen, perantara pasar, dan konsumen. Bukan main cakupan yang terlibat dan yang dihasilkan. 

"Hal yang tak kurang penting dengan menggunakan strategi pemasaran digital akan mampu menganalisa secara cermat bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitar, selama dirinya melakukan perjalanan wisata. Wawasan ini sangat membantu mengenali keinginan konsumen dan memberikan wow-efek para Traveller ," demikian tambahnya.
Ledia Hanifa (kiri) bertukar
cindermata dengan Nia Niscaya

Sempat mengundang reaksi ketika Magister Psikologi Terapan UI ini menyinggung sekilas  program pemerintah berupa Pariwisata Syariah. Salah satu peserta berpendapat Indonesia yang mayoritas muslim tak perlu menjual kata Syariah untuk Pariwisata Indonesia, karena dimanapun mudah ditemukan produk halal disini.
"Logika itu tak keliru, tapi mungkin pemerintah ingin mengimbangi promo yang berlabel Wisata Muslim yang kini gencar dipasarkan di negara luar yang justru muslimnya sebatas minoritas ," jawab Ledia.

Suka tak suka Ledia harus ungkapkan kenyataan bahwa muslim dalam waktu dekat bertambah memikat bagi pasar pariwisata dunia, karena alasan berikut:

1. Populasi Muslim menjadi segmen keagamaan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, diperkirakan  hingga 26%  di tahun 2030 nanti.

2. Tumbuh kelas menengah/ Disposable Income di negara-negara dengan populasi muslim terbesar  seperti negara-negara Teluk, Indonesia dan Malaysia, bersamaan pula populasi muslim tumbuh di Eropa Barat dan Amerika Utara dengan berpendidikan tinggi dan profesional.

3. Muslim segmen termuda di antara semua kelompok agama besar lainnya dan akan menjadi trendsetter dengan perilaku pembelian yang unik di masa mendatang.

Dirinya melihat dan merasakan sendiri betapa kini Muslim Friendly di negara-negara yang umat muslimnya minoritas seperti Jepang, Korea dan Taiwan. Tak sulit menemukan Produk berlabel Halal disana, karena tersedia di beberapa restoran dan ruang khusus produk muslim di mall-mall.
Angelique (tengah) peserta
Bintek dari Belanda

Berharap pada peserta yang terdiri sebagian besar pelaku bisnis pariwisata, sepulang dari Bintek nanti tercetus ide-ide cemerlang untuk lebih gencar memasyarakatkan Bandung dan Jawa Barat secara umum ke negara-negara ETAA. Harapan senada juga disampaikan Ketua Asita Jabar. Asita selaku mitra pemerintah siap melayani konsultasi jika dibutuhkan, demi tercapai target lima belas juta wisman masuk Indonesia.

(Frieda Kustantina, Juru Catat)    
 

       

Posting Komentar

0 Komentar