Ini Tentang Air Tanah bukan Tanah Air

Skema lapisan air tanah


Berkali-kali dalam beberapa hari terakhir, saya mendengar iklan di sebuah radio di kota Bandung tentang himbauan pemerintah mengenai pelaporan pengusaha yang menggunakan air tanah, paling lambat melaporkan hingga tanggal 15 Agustus 2017. Jika gagal melakukan pelaporan, maka akan ada sanksi perundang-undangan yang berlaku.

Penggunaan berlebihan serta ilegal (tidak melaporkan ke pemerintah), mengenai air tanah ini sudah semestinya ditertibkan. Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, pernah menemukan sebuah pabrik tekstil yang mengoperasikan 25 sumur artesis. "Daerah resapan bertambah, sedangkan eksplorasi air sudah tidak terkontrol,” .

Air tanah bisa diakses menggunakan sumur bor. Kelemahan dari kemudahan akses ini ialah semakin banyak dana yang dimiliki, semakin dalam sumur bor yang dibuat untuk mengambil air tanah sebanyak-banyaknya. Salah satu efek nyata dari ini saya dapatkan kabarnya dari pemilik salah satu tempat komunitas di kota Bandung bahwa setelah ada hotel yang dibangun di dekat lokasinya, air yang mengalir di tempatnya jadi kecil, dan terkadang mati. Padahal sebelumnya air melimpah.

Pengelolaan air tanah ini perlu diperhatikan secara seksama, karena menurut penelitian, beberapa daerah di Ibukota, sudah mengalami penurunan permukaan sebanyak 9 cm per tahun; dikarenakan eksplorasi air tanah yang berlebihan, begitu menurut Kepala BPLH DKI, Junaedi . Tak semata di Jakarta, Bogorpun bisa mengalami krisis air tanah jika tak segera dilakukan perubahan dalam pengelolaan hutan dan sampah .

Gerakan satu juta biopori yang pernah dilakukan di Bandung pada awal masa pemerintahan Emil sebagai Walikota Bandung salah satunya ialah untuk menjaga pasokan air tanah. Lubang biopori yang digunakan sebagai pembuangan sampah organik, selain mengurangi beban sampah organik ke TPA; juga akan menacing hewan-hewan tanah untuk bergerak mencari makanan dari sampah organik yang ada di lubang biopori, yang akhirnya akan membuat lubang-lubang di dalam tanah; yang bertujuan untuk menangkap air agar terserap ke tanah, tidak terbuang begitu saja di permukaan.

Menabung Air, begitu yang sering saya baca dari artikel yang ditulis penggiat sebuah organisasi di Bandung , sejak 2010 lalu.

Mari memulainya kembali. Menabung air (tanah), tak semata  menyelamatkan permukaan tanah, tapi pada intinya, inilah gerakan untuk menyelamatkan diri dan anak cucu kita nantinya. Tanpa air, manusia bisa apa?
(LH)

Posting Komentar

0 Komentar