LATIHAN PUASA DAN KADAR BIPOLAR ANAK

Sumber : google

By : Miarti Yoga

Dear Ayah Bunda..

Salah satu bentuk gangguan bipolar adalah terjadinya ayunan perasaan (mood swings). Sehingga muncullah sikap terbalik secara tak wajar. Pada mulanya sangat mania, kemudian berubah defensif. Pada mulanya sangat antusias, kemudian berubah pesimis bahkan putus asa.

Maka tak salah jika orangtua kita berpetuah terkait kehati-hatian dalam mengendalikan rasa suka. Terlampau menyukai sesuatu, bukan tak mungkin disertai dengan rasa sebaliknya –terlalu membenci sesuatu-.

Pun ketergesaan kita menyikapi sesuatu. Terlalu mudah menyatakan kekaguman dengan segala kebaikan dan kelebihan yang kita nilai, biasanya disertai dengan kemudahan kita dalam menjauhi atau bahkan menentangnya.

Sangat benar jika Islam mengamanatkan kita tentang sikap hidup proporsional. Karena apa yang kita sukai, belum tentu benar dimata Allah. Pun apa yang kita benci, belum tentu salah sepeti apa yang kita persepsikan.

Setiap anak terlahir ke dunia, merekam jejak orangtuanya, melihat kejadian di sekeliling, mencerna berbagai perubahan yang mengemuka, juga menonton ragam sikap orang-orang sekitar, -secara sadar maupun tidak- menjadikan mereka memiliki pilihan. Terlepas apakah berupa keputusan, minat, kecenderungan, dan atau sejenisnya. Maka wajar jika kemudian, setiap anak punya selera, punya pilihan, punya minat, punya bakat yang tidak bisa disamaratakan dengan orang lain.

Dalam urusan selera, ada anak yang tidak suka dengan makanan yang manis-manis, ada anak laki-laki yang lebih nyaman ketika menggunakan tutup kepala (topi), ada anak yang lebih suka jajan di warung A, dan lain-lain.

Dalam urusan minat, ada anak yang lebih suka menggambar, ada yang lebih memilih olah raga bela diri, bahkan ada juga anak yang keranjingan dengan dunia craft (membuat boneka, melipat kertas, menghias kerudung, dan lain-lain).

Dalam urusan pilihan, ada anak yang lebih nyaman saat berteman dengan A dan merasa terganggu saat bersama-sama dengan B. Pun kedekatan dengan guru di sekolah. Ada yang lebih memilih guru A, ada juga yang memilih guru B. Dan semua pilihan tersebut, tentu dengan alasannya masing-masing. Atau dalam hal sederhana seperti urusan tidur pun, seringkali pilihan turut berbicara. Ada anak yang lebih memilih tidur dengan kondisi kamar terang dan ada yang lebih suka dengan kamar gelap.

Tidak ada yang salah dengan setiap pilihan atau kecenderungan. Karena banyak faktor yang menjadi alasan terkait mengapa mereka berbeda. Latar belakang keluarga, teman bermain, lingkungan, stimulus, belahan otak, itulah bagian dari sekian faktor yang mempengaruhi.

Namun yang perlu kita waspadai adalah ketika kecenderungan mereka melebihi batas wajar sehingga mereka terjangkit sebuah ketaklaziman bernama bipolar. Berikut 4 bentuk ketidakwajaran terkait minat anak

1. Antusias terhadap satu skill, namun antipati terhadap skill yang lain
Sangat keranjingan menggambar, tapi memiliki penolakan yang berlebihan terhadap kegiatan-kegiatan yang sifatnya sosial. Karya-karyanya sangat banyak dan luar biasa. Bahkan hasil menggambarnya tampak melebihi kapasitas anak seusianya. Namun di luar kelebihannya dalam dunia menggambar, anak tersebut sangat “repot” ketika harus berbicara di depan umum. Bahkan untuk membacakan ayat suci Al-Qur’an bersama teman pun ogah-ogahan. Pun ketika sedang berkumpul dengan keluarga besar, atau ketika sedang berada dalam acara perkumpulan lainnya, dia lebih memilih diam karena alasan merasa berat jika harus ngobrol.

2. Terjadi perubahan drastis
Pada awalnya, sangat menggandrungi bidang tertentu. Sebut saja, sepakbola. Semua perlengkapan dan kebutuhan yang terkait dengan kegiatan latihan sepakbola, dipenuhi tanpa kecuali. Selang beberapa pekan kemudian, berhentilah dari semua urusan sepakbola. Latihannya tak dilanjutkan, dan perlengkapannya dilupakan begitu saja. Bahkan tidak ada rasa “sayang” terhadap uang dan waktu yang telah dikeluarkan.

3. Terjadi pematokan selera
Ada seorang anak yang sangat berselera ketika makan dengan bagian kulit ayam. Sementara bagian lain yang semestinya dimakan, ia tinggalkan. Orangtuanya tahu bahwa kebiasaan makan kulit atau jeroan itu tidak baik. Namun karena kebiasaan itu kurang diluruskan, pada akhirnya orangtua mentok dan membolehkan dengan alasan; “daripada tidak makan sama sekali”. Demikian juga dengan persolan menu. Ada anak yang sangat tak bersahabat dengan menu serba ikan. Sehingga daginglah yang lagi-lagi dijadikan pilihan. Tak peduli apakah baik atau tidak dari sisi kesehatan.

4. Memiliki ketergantungan
Ada anak yang kehilangan rasa percaya diri saat tidak mengenakan ornamen tertentu. Misalnya, merasa keren ketika bertopi, merasa cantik ketika berkerudung warna pink, dan atau sejenisnya. Atau dalam kehidupan berkeluarga, ada anak yang ketika BAB (buang air besar) harus dibantu oleh bibi pembantu. Jika ia hendak dibantu oleh selain bibi pembantu, maka ia akan menolak bahkan sampai mengamuk.

Solusi yang harus lakukan dalam menyikapi ketidakwajaran yang terjadi adalah :

1. Hindari Fanatisme

Jangan biarkan mereka fanatik terhadap sesuatu dan menganggap enteng terhadap hal selainnya. Jangan biarkan mereka kecanduan terhadap komik –misalnya-, sementara cerita lainnya kita abaikan. Sehingga anak kita tak mengenal buku cerita atau buku pengetahuan selain komik. Atau bagi anak perempuan kita. Jangan biarkan mereka fanatik dengan hijab yang merupakan identitas kemuslimahannya hingga enggan bermain dengan tetangga yang tidak berhijab.

2. Kenalkan Ragam Skill

Tetap kenalkan skill atau keterampilan lainnya, meski mereka sudah memiliki kelebihan dalam menekuni keterampilan tertentu. Jago lukis tak berarti tak bisa hafal al-qur’an. Jago nulis tak berarti tak mampu bicara di depan orang. Pun anak yang jago matematika tak berarti dilepaskan dari kemistri berkesenian. Oleh kaenanya, arahakan dan fokuskan minatnya, namun tetap ajari dengan keterampilan-keterampilan lain.

3. Jangan Bosan Mengingatkan

Terus ingatkan saat mereka melakukan sesuatu secara berlebihan. Usia dini saatnya mengeruk pendidikan adab dan akhlak. Jangan biarkan hal-hal yang tak benar menjelma sebuah kebiasaan. Dan mengingatkannya dengan konsisten adalah langkah termurah yang dapat kita laukan.

4. Lakukan Pembiaran

Lakukan pembiaran sesaat ketika mereka tengah tantrum atau mengamuk. Adapun penyebab kemunculan amukan tersebut bermacam-macam. Ingin dibelikan sesuatu, ingin dipenuhi keinginannya pada saat itu juga, dan lain-lain Pembiaran insyaAllah menurunkan kadar amukan dan menumbuhkan konsep moralitas sehingga kesadarannya tumbuh. Termasuk rasa malu dan rasa bersaalah. Dengan sendirinya mereka sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah salah. Sehingga amukannya mereda dengan sendirinya.

5. Manfaatkan Momentum Ramadhan

Jadikan momentum ramadhan sebagai sarana latihan memproporsionalkan diri. Ramadhan adalah media efektif bagi dewasa maupun anak-anak untuk menyeimbangkan mental maupun fisik. Harus terbangun saat pulas di waktu yang masih dini, harus menahan lapar dan baru boleh makan minum setalah tiba waktu maghrib, menahan sikap sehingga amarah harus terkendali dan kebaikan hati benar-benar terjamin. Demikian sederet teurapi bipolar melalui puasa Ramadhan. Terlepas berapapun usia anak kita, puasa Ramadhan sangat mungkin kita belajarkan. Bahkan anak usia 2 tahun saja bisa kita kondisikan. Paling tidak, melalui cerita. Pun bagi anak usia tiga tahun. Mereka bisa kita kondisikan untuk sarapan jauh lebih pagi dari biasanya. Sehingga mereka merasakan sebuah suasana yang berbeda. Dan dalam perjalanannya menuju dzuhur, mereka diberi aturan untuk tidak sekehendak makan dan minum di depan orang.

Persis filosofi kewajiban sholat. Meski baru di usia 7 tahun, seorang manusia diwajibkan sholat. Namun pengkondisian dan pembiasaan itu sangat tepat dilakukan  jauh sebelum diwajibkan. Sehingga menjadi indahlah satu kewajiban yang ditunaikan atas nama antusiasme dan tindakan refleks.

Dan satu kelebihan Ramadhan yang tak terbantahkan adalah bahwa anak-anak dengan sendirinya punya kendali. Kendali akan sikap dan spontanitas. Sehingga rengekan, kemarahan, pengrusakan, dapat mereka sadari sebagai hal yang yang dapat mencemari makna ibadah.

Mari sambut Ramadhan dan kita pergunakan dengan sebaik-baiknya amalan. Semoga langkah kita dalam “mempuasakan” mereka, menjadi ladang amal penuh hikmah dan berhadiah surga. Alloohu ‘alam bish showaab.

Semoga bermanfaat.

😍Salam Pengasuhan😍

Posting Komentar

0 Komentar