Pemerintah Kota Bandung terus
berupaya mengatasi persoalan sampah melalui inovasi teknologi. Salah satunya
dengan penggunaan biodigester, alat pengolah sampah organik yang mampu
menghasilkan biogas dan pupuk cair, sekaligus mengurangi volume sampah yang dibuang
ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Ketua Tim Pengurangan Sampah DLH
Kota Bandung, Syahriani, menjelaskan bahwa biodigester dipilih karena 60%
sampah di Bandung merupakan sampah organik. Dengan total produksi sampah
sekitar 1.500 ton per hari, sementara kapasitas TPA hanya mampu menampung 800
ton, pengelolaan dari sumbernya menjadi prioritas.
Teknologi Biodigester |
“Di Gedebage, kami lihat potensi besar untuk mengurangi beban TPA lewat pengolahan langsung di lokasi. Biogasnya bisa digunakan untuk memasak, pupuk cairnya untuk pertanian,” kata Syahriani, Selasa (8/7/2025).
Namun, ia mengakui tantangan
utama ada pada perubahan pola pikir masyarakat. DLH pernah memberikan
biodigester kepada warga, tetapi penggunaannya belum maksimal. Saat ini,
pihaknya fokus menempatkan alat di lokasi strategis dengan pendampingan
intensif.
Selain biodigester, DLH Kota
Bandung juga mengembangkan rumah maggot di 149 kelurahan dan fasilitas pengolah
residu di Cicukang dan Gedebage untuk mendukung pengurangan sampah.
Anggota Komisi III DPRD Kota
Bandung, H. Andri Rusmana, menilai biodigester sebagai solusi strategis yang
tidak hanya menyelesaikan masalah lingkungan, tetapi juga berdampak pada
kesehatan dan penghematan anggaran.
“Sampah, banjir, dan macet itu
tiga masalah utama di Bandung. Ini harus jadi prioritas dalam APBD, bukan
sisaan,” tegasnya.
DPRD, kata Andri, mendorong
revisi Perda dan pemberian insentif bagi RW atau komunitas yang ingin
mengadopsi biodigester melalui program bantuan keuangan atau pemberdayaan
masyarakat.
Ia juga mengingatkan pentingnya
pembelajaran dari peristiwa krisis sampah di masa lalu agar tidak terulang.
“Bandung pernah punya trauma soal
sampah. Jangan sampai terulang. Kita harus bergerak bersama—pemerintah, DPRD,
dan masyarakat. Kalau bersatu, krisis bisa dicegah,” ujarnya.
0 Komentar