TETAP BERSINAR WALAU BERADA DALAM GEJOLAK



"Harga cabai sepedas rasanya,  tarip dasar listrik tajam menyengat, diikuti harga kebutuhan pokok lainnya yang melambung tinggi". Obrolan yang terjadi seputar harga-harga telah menjadi konsumsi dimana-mana. Rakyat mengeluh tapi tak berdaya. Suara lantang penyuara waktu pemilu, kini layu terhalang lidah berkelu.


Di tengah gejolak harga yang membuat mata terbelalak. Di seputar redupnya suara yang dulu jadi secercah harap, maka PKS tetap bersinar walau badai terus menghadang.


Lihat saja, ketika kasus Nurul Fahmi, seorang hafidz penyuka kaligrafi yang tiba-tiba harus berurusan dan dituduh penghinaan atas bendera negara "merah putih". Lagi-lagi dengan suara lantang legislator PKS, Almuzammil Yusuf lewat interupsinya dalam sidang paripurna DPR (24/1) membeberkan bahwa tak ada penistaan terhadap bendera negara hanya karena bertuliskan kalimat tauhid. Ditujukan kepada kapolri Tito Karnavian berujar, "Apakah kata kata Lailahaillalah termasuk kata-kata kotor ? Padahal kata-kata suci, kata syahadat bukan menodai".

Begitupun dengan situasi harga barang konsumsi yang sampai kini melesat tak terkendali. Harga melangit seolah tak berujung, namun para politisi dari partai dakwah ini justeru bersuara menolak dan berharap batalkan kenaikan harga-harga karena PKS bersama masyarakat. Bukan karena saat ini tengah berada sebagai oposisi, waktu PKS menjadi bagian pemerintahpun, suara hati rakyat tetap melekat. Sehingga pada saat presiden SBY menaikkan harga BBM, Justru ribuan spanduk membanjiri ke seantero Negeri, "PKS MENOLAK BBM". Spontan hal ini membuat terheran para koalisi waktu itu.


Semangat melekat yang terus mengendap hingga menembus ke kader-kader dibawahnya. Terus berlanjut hingga hari ini. Sehingga tak heran, kalau tiap DPC tak bosan melayani masyarakat dengan acara baksos, poskes, sekolah ibu dan masih banyak yang lainnya. Semua dilakukan dengan suka cita, tak berharap jasa dari masyarakat tapi semua bedasar atas ghiroh keikhlasan. (Tiesna)

Posting Komentar

0 Komentar