Jika Tak Ada Lagi Hijau, Takkan Ada Oksigen untuk Kau Hirup

film Wall e

pksbandungkota.com - Waktu yang tepat menanam pohon ialah 20 tahun lalu, dan yang terbaik kedua ialah sekarang. Jika ditinjau dari kacamata ilmu pengetahun, kemampuan daun menghasilkan oksigen bagi dunia ialah dengan menyerap karbon dioksida, memprosesnya melalui fotosintesis, dan kemudian terciptalah oksigen. Oksigen ini dapat dirasakan sebagai udara yang sejuk, tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin, melainkan pas, sempurna untuk dihirup.
Kemampuan ini hanya dimiliki oleh daun, yang notabene dimiliki oleh tanaman.  Sehingga, peran tanaman amatlah penting bagi kelangsungan manusia di muka bumi ini. Sayangnya, banyak yang terjadi adalah sebaliknya. Dengan kemajuan zaman, pohon dianggap pengganggu pembangunan. Penebangan dan pembakaran liar hampir tiap hari terjadi, oleh siapa? Oleh tangan-tangan manusia. 

Sebuah film berjudul Wall-E menggambarkan hal ini dengan sangat apik. Sindiran halus tentang berharganya sebuah bibit tanaman. Sebuah bibit yang dapat mengembalikan kehidupan seperti sedia kala. Wall-E bercerita tentang petualangan robot pembersih sampah yang bertemu dengan robot masa depan, Eva. Manusia sudah tidak ada lagi yang tinggal di planet bumi, semua diungsikan untuk hidup di pesawat ruang angkasa yang luar biasa besarnya. Semua serba canggih, hingga untuk segala keperluannya, manusia tak perlu lagi berdiri atau berjalan. Robot-robot dan peralatan otomatis membuat manusia ini tidak mampu berjalan menggunakan kakinya, karena memang sejak bayi tidak pernah digunakan laiknya kehidupan normal manusia di bumi. Singkat cerita, robot penguasa masa depan tidak ingin manusia kembali lagi ke bumi, dan Wall E akhirnya berhasil membawa bibit yang ia temukan kembali ke bumi dan menanamnya, bersama-sama dengan ribuan manusia yang sedang berada di pesawat ruang angkasa tersebut.
Belajar dari sindiran film tersebut, agama mulia ini sudah mengatakannya lebih dulu. Bahwa nilai 1 tanaman, tidak hanya 1, melainkan berlipat-lipat. Seperti yang diriwayatkan di HR. Muslim
حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
Tidaklah seorang muslim yg bercocok tanam, kecuali setiap tanamannya yg dimakannya bernilai sedekah baginya, apa yg dicuri orang darinya menjadi sedekah baginya, apa yg dimakan binatang liar menjadi sedekah baginya, apa yg dimakan burung menjadi sedekah baginya, & tidaklah seseorang mengambil darinya, melainkah ia menjadi sedekah baginya. [HR. Muslim No.2900].

Islam, menempatkan penghijauan tidak hanya sebagai amal duniawi, sebagai pengurang karbon dioksida, sebagai penyejuk udara, atau paru-paru kota. Lebih dari itu, Islam menempatkan penghijauan, tanam menanam sebagai amal ukhrawi. Yang bahkan apa yang dicurinya darinya pun terhitung sedekah. Betapa mulia agama ini, mengajarkan kebaikan yang seiring dengan perkembangan zaman, baru diketahui manfaatnya secara ilmiah.
Maka tugas kita ialah mempelajari apa-apa saja yang Islam ajarkan, dan berpikir. Karena tidak ada suatu kejadian atau penciptaan yang sia-sia, maka akan sangat wajar jika muslimin menjadi pecinta lingkungan. Baginda Rosulullah SAW telah mencontohkan demikian. (LH)

Posting Komentar

0 Komentar