Pejuang Tanpa Senjata, Tanpa Zirah (bag 1)

samurai Jepang

pksbandungkota.com - Pejuang tanpa senjata adalah para penyair yang turut berjuang melawan penjajah melalui kata-katanya. Tanpa senjata, tanpa zirah. Menggelorakan semangat jihad fii sabilillaah. Mereka menyihir. Sihirnya dari sajak-sajaknya, puisi- puisinya dan syair-syairnya. Sihir yang lain adalah sesat, namun sihir para penyair penggugah jihad  diperbolehkan.

Perang Aceh, tahun 1873-1904, menorehkan harum darah syuhada dalam sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan.
50 ribu tentara Belanda diterjunkan. Kala itu, meriam tentara Belanda ditembakan ke Masjid Baiturrahman. Jelas, rakyat Aceh terusik. Genderang perang telah ditabuh. Mereka sambut dengan gagah berani. Tak gentar dengan kekuatan musuh yang berlipat-lipat kali lebih banyak dan senjata mutakhir di zamannya. Hasilnya, taktik gerilya mujahid Aceh  telah menyulitkan musuh,hingga musuh bangkrut, menderita kerugian moril dan materil.

Di balik kisah heroik para pejuang Aceh, ada kisah Ainul Mardiyah, bidadari surga yang digaungkan para penyair Aceh. Mereka berjuang dengan taktiknya.  Memotivasi, menggelorakan, menggali energi   langit pada ruh para mujahid Aceh. Mereka, walau sering terlupakan, adalah  pejuang tanpa senjata, tanpa zirah.

bersambung....

(Emily P

Posting Komentar

0 Komentar