Hagia Sophia, Istanbul |
Erdogan mampu menaikkan nilai tukar uang Turki sampai 30 kali lipat!
Turki yg dahulu hanya ada di peringkat 116
alhamdulillah di bawah kepemimpinan Erdogan Turki menjadi negara di peringkat
16. Sehingga masuk dalam G 20 sebagai 20 negara besar terkuat dan termaju di dunia
Turki di bawah Erdogan pesat kemajuannya
karena sistem pemerintahan dan kesejahteraan rakyat yang dirubah menjadi sangat
baik, konsisten dan berkelanjutan . Khususnya pemimpin dan pemegang posisi
strategis di setiap kebijakan yang langsung menyentuh kehidupan rakyatnya
,menjawab dan memenuhi apa yg dibutuhkan rakyatnya
- Pendidikan dan kesehatan mendapat
anggaran yg sangat besar, bahkan melebihi anggaran pertahanan. Gaji guru sama
dengan gaji dokter. Gaji dan upah naik 300 persen, gaji pegawai
baru dari 340 lira menjadi 957 lira. Pengangguran berkurang dari 38 persen
menjadi 2 persen.
Biaya melahirkan di Rumah Sakit milik pemerintah Turki gratis, dibiayai oleh anggaran pemerintahnya. Dulu antrian di rumah sakit dan apotek
sangat lama (mungkin mirip seperti kita peserta BPJS antri di rumah
sakit)
Seorang teman saya Urang Bandung (Orang Bandung, Sunda-red) yang
tinggal di Turki sejak tahun 2008 menceritakan pengalamannya .Dulu untuk daftar
ke rumah sakit saja mengantrinya dari subuh, ke apotik juga sama. Sistem yg lelet
dan tidak tersusun rapi menjadikan rakyatnya susah untuk mendapat pelayanan
kesehatan. Sekarang sistemnya sudah bagus, tersusun rapi
dan semua serba online. Biaya juga semua gratis dengan sistem pengelolaan pajak
yang baik oleh pemerintahnya. Jadi masyarakat yang sakit, yang operasi dan yang
melahirkan semua mendapat tanggungan di Rumah Sakit pemerintah. Ada juga rumah sakit swasta yg mengambil
50% dari asuransi pemerintah (atau biasa di sebut SGK) dari setiap pasien nya. Itu segi pelayanan kesehatan yang disediakan
pemerintah untuk rakyatnya.
Tahun 2008 pada saat teman saya tsb
diboyong ke Turki oleh suaminya, jarang berpapasan dengan muslimah Turki yang berjilbab.
Makanya dulu pas suaminya mencari istri , malah mencari istri asal Indonesia.
Ketika saya tanya pada teman saya itu apa
yang paling disukai dari Turki, beliau menjawab paling suka dengan sejarah
Turki peninggalan dan kebiasaan jaman kerajaan Seljuk, kemudian kerajaan
Ottoman Utsmaniyah masih terpelihara oleh masyarakatnya. Walaupun generasi
mudanya sudah banyak terkontaminasi oleh pemikiran ideologi sekuler, semenjak Turki jadi republik oleh mustafa kemal.
-Rata2 orang Turki memiliki nasionalisme
yang tinggi. Jadi walaupun ada budaya atau trend baru masuk ke Turki jarang
yang mengikuti dan orang Turki sangat bangga dengan bahasanya.
Alhamdulillah atas ijin Allah pada akhir bulan Maret sampai awal April 2016 lalu saya
dan keluarga mengunjungi Turki selepas melaksanakan ibadah Umroh. Cita-cita yg sudah sangat lama.bahkan sejak
tahun 1993 ketika kami tinggal di Toulouse Perancis sudah menjadi keinginan suami
saya mengunjungi Turki, ingin mengunjungi Blue Mosque yang sangat terkenal
itu, ingin melihat peninggalan sejarah dan
peradaban Islam di Turki dan terutama anak-anak saya ingin
mengunjungi peninggalan pahlawan Islam favorit mereka sejak kecil yaitu
Muhammad Al Fatih atau Fatih Sultan Mehmet. Ketika kecil anak saya yang pertama hampir
setiap hari menonton ulang CD film kartun pahlawan Islam Muhammad al
Fatih sampai ingin punya adik diberi nama al fatih. Alhamdulillah anak saya
yang ke 4 laki laki dan diberi nama Luthfi Muhammad al Fatih sesuai
keinginannya.
Ketika sampai di Istambul pada akhir bulan
Maret 2016 menjelang Magrib, anak saya yang paling kecil yang bernama
Fatih langsung melihat dan menunjuk bekas peninggalan benteng
Konstantinopel padahal waktu itu sudah menjelang Magrib. Seolah dia sudah mngenal Kota Istambul
itu dan langsung bercerita tentang perjuangan Fatih sang penakluk Konstaninopel
yang sangat dikagumi oleh Fatih.
Salmiah Rambe, S.Pd.I
Anggota Komisi D
DPRD Kota Bandung Fraksi PKS
*Ket. gambar
Hagia Sophia adalah sebuah bangunan bekas basilika, masjid, dan sekarang museum, di Istanbul, Republik Turki. Dari masa pembangunannya di tahun 537 M sampai 1453 M, bangunan ini merupakan katedral Ortodoks dan tempat kedudukan Patriark Ekumenis Konstantinopel, kecuali pada tahun 1204 sampai 1261, ketika tempat ini diubah oleh Pasukan Salib Keempat menjadi Katedral Katolik Roma di bawah kekuasaan Kekaisaran Latin Konstantinopel. Bangunan ini menjadi masjid mulai 29 Mei 1453 sampai 1931 pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmani. Kemudian bangunan ini disekulerkan dan dibuka sebagai museum pada 1 Februari 1935 oleh Republik Turki.
1 Komentar
Meni pikabitaeun....
BalasHapus