pksbandungkota.com - Dengan berbinar Siti Muntamah menyusuri relung
waktu tahun tujuh puluh-delapan puluhan. Memutar ulang masa kecil, semasa
jemarinya terampil menyobek lembar demi lembar majalah dan buku bekas. Sebuah
rentetan kegiatan dari proyek keluarga sebagai pedagang kacang goreng. Sesi
yang menyenangkan, bisa melalap artikel beragam. Baginya merasa mujur ketika
menemukan artikel tentang biografi orang-orang terkenal. Tapi itu jarang. Yakh
namanya juga buku loakan yang siap dirobek-robek.
Kesempatan
membaca ini bisa lebih panjang waktunya di hari Ahad, karena Siti boleh
ikut berjualan. Kadang di pasar, dipantai atau tempat keramaian lain. Tak
disia-siakan waktunya untuk berselancar imajinasinya dari sobekan-sobekan
hingga mampu larut menghayatinya. Baginya, kegiatan membaca merupakan jendela untuk mengenal dunia. Ia
merasa pengetahuannya bertambah tiap kali selesai membaca. Dan tiap kali
pengetahuannya bertambah, ia merasa semakin ingin tahu lebih tentang banyak
hal.
Dunia
kampus merupakan babak baru bagi perempuan kelahiran Banyuwagi, 27 Juli 1970
putri ke dua dari lima bersaudara, putri
pasangan Ponimin dan Kutsiyah. Fase ini ia mulai senang mengikuti berbagai
diskusi dengan berbagai tema. Uniknya, setiap argumen yang disampaikan dalam
diskusi hampir selalu merujuk pada Al-Qur’an. Padahal, saat itu ia tidak tahu
banyak tentang kitab suci umat Islam itu. Kenyataan ini membuatnya sampai pada
kesimpulan bahwa ada yang luput dari perhatiannya selama ini, yaitu Al-Qur’an.
Sejak
itu ia mulai mengaitkan berbagai persoalan yang muncul dihadapannya dengan
ayat-ayat Qur'an. Banyak yang menjadi pertanyaan di benak alumni ITS
Surabaya ini, termasuk berita-berita
dari BBC London yang selalu dia ikuti
dari radio tiap jam enam pagi.
Dirinya merasakan perubahan drastis setelah bersahabat dengan Al-Qur'an.
Relung rasa yang selalu disiram dengan kesejukan ayat-ayat Nya menjadi mudah
meleleh. Hatinya kian lama kian
melembut, mudah bergetar ketika asma Allah disebut."Kadang tanpa disadari
airmata ini mengalir deras ketika melihat ayat-ayat kauniah baik berupa benda
di sekitarnya maupun peristiwa alam ciptaan Nya yang ia yakini sebagai tanda
kehebatan Sang Pencipta. Saya sadari dan penuh keyakinan, betapa segala yang
ada dibumi adalah ayat-ayatNya. Semua sisi jiwa berusaha merefleksi indahnya
pesan yang disampaikan dari Yang Maha
Meliputi yang bersemayam di Arsy sana", lirih dia ucapkan, seolah dia
berkata pada dirinya sendiri. "Saya sendiri heran, mengapa sejak itu hati
ini mudah tersentuh dengan fenomena yang lewat didepan mata ataupun hanya
sekedar membaca, bu Frieda",
tuturnya. Penulis hanya menjawab dengan
isyarat anggukan kepala.
Seolah belum puas dia menambahkan bahwa
ayat-ayat Qur'an mampu melembutkan hati yang keras, dikisahkannya sebagai
ilustrasi, sejarah Umar ibnu Khatab R.A yang terkenal pemberani dari suku
Quraisy yang mampu diluluh lantakkan perasaannya ketika mendengar bacaan Q.S.Thaha 1-5. Bergegas penulis mencari ayat yang baru saja dirujuk,
dan ternyata memang dahsyat artinya :
"Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar
engkau menjadi susah. Melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut
(kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang
tinggi, yaitu Yang Maha Pengasih, yang bersemayam diatas -Arsy".
Perbincangan
terhenti ketika acara prosesi Wisuda SDIT Al Bina Purwakarta
(27/02/2016) dimulai. Sayup-sayup instrumentalia tembang Khatam Qur'an
mengudara memenuhi ruang. Suasana terasa sakral. Posisi duduk dijajaran VIP
membuat gerak-gerik istri pejabat ini sangat mudah terdeteksi.Tangannya
sebentar bertepuk ikut mengapresiasi berganti dengan pelan mengusap pipi,
berlanjut dan berulang lagi. Ada yang menyentuh hati?
Dari pengeras suara terdengar nama Siti
Muntamah dimohon untuk naik mimbar, untuk bicara dalam seminar yang bertajuk
" Peran Keluarga dalam Membentuk Generasi Penghafal Qur'ani" yang
digelar pada acara Panitia sengaja
menghadirkan istri Wakil Walikota Bandung, Oded Muhammad Danial ini untuk satu
alasan, agar undangan bisa menimba pengalamannya atas keberhasilan
menghantarkan ketujuh putrinya masing-masing bernama Nurul Syifa Qurbatussofa,
Zulfa Annida, Shofura Istifa, Aisyah Nurrohmah, Mufidah Ramadhanti, Fatimah
Azzahra, Khadijah Qonita Aulia, menjadi penghafal Qur'an.
Sebagai kader inti dari sebuah partai dakwah
dia mendapat amanah sebagai Kabid.Kesra PKS kota Bandung. Tentu padat dengan program yang
sudah dicanangkan pimpinan pusat yaitu
Berkhidmat untuk Rakyat. Tak kurang sibuk tentu, selaku istri Wakil
Walikota, belum terbilang beberapa
amanah dari komunitas dan Majelis Taklim dan nara sumber diberbagai seminar.
Intinya harus pandai mengelola waktu.
Maka ketika mendapat kesempatan sebagai nara sumber inilah, dia ingin berbagi bahwa sesibuk apapun,
selaku orang tua harus tetap punya waktu kebersamaan dengan keluarga, mendengar celoteh anak. Sediakan waktu khusus
untuk anak menyetor hafalannya. Pun sediakan waktu untuk diri menambah hafalan
Qur'an agar anak melihat contoh dan sekaligus pendorong semangat anak-anak dalam menyelesaikan hafalannya.
Diujung bertemuan Penulis menambahkan lagi
satu pertanyaan "Sebesar apa kecintaan Ibu kepada Al-Qur'an?". Seolah
ada sekat di rongga mulutnya diapun menjawab : "Saya menyukai dan mencintai semua ayat-ayat Nya. Yakinlah
bahwa tak satupun yang tak tertaut
dengan takdir Nya". Haru biru perasaannya masih kentara, kemudian
melanjutkan : "Bu Frieda, pemandangan tadi tersaji begitu indah, sehingga
tatkala melihat anak bergantian maju kedepan, saya bisa meraba perasaan orang
tua mereka begitu bangga, terselip rasa bahagia yang hakiki. Sungguh
nikmat, bisa ikut merasakan bahagia itu,
hingga airmata ini tak terbendung terus berjatuhan kepipi".
Pembaca budiman, ternyata dari semua yang
diutarakan dan kesenduan yang dia tampakkan mempertegas keyakinan yang ia
pegang akan dahsyatnya kekuatan Qur'an, sehingga mampu melembutkan perasaan. Apalagi ketika tersuguh
dihadapannya bocah-bocah berprestasi, generasi penghafal Qur'ani,
mempersembahkan lantunan ayat Qur'an syahdu dan menggetarkan hati. Hatinya
tersentuh. Seketika dia ingat akan janji Allah yang akan ijinkan bagi anak
penghafal Qur'an memakaikan mahkota kepada kedua orang-tuanya kelak di surga.
(Frieda Kustantina)
0 Komentar