Bismillaahirrahmaanirraahiim
“Maha suci Allah yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil
Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat”. (Q.S Al Isra’: 1)
Setiap tahun, ummat islam di Indonesia, selalu memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj
yang telah dilalui Nabi Muhammad SAW, tanggal 27 rajab 10 tahun setelah
menerima wahyu dan pengangkatnnya sebagai seorang nabi dan rasul. Sebuah
peristiwa besar, yang merupakan salah satu mukjizat, yang diberikan Allah SWT
kepada Rasulullah Muhammad SAW. Merupakan peristiwa besar dan salah satu
mukjizat karena peristiwa ini, pada masanya dipandang tidak masuk akal oleh
kaumnya. Bagaimana tidak ?! Karena hanya dalam satu malam, Rasulullah Muhammad
SAW, melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekah menuju ke Masjidil Aqsa
di Syam (Palestina). Sementara mereka berlogika untuk pergi berdagang ke negeri
Syam saja membutuhkan waktu hingga 1 bulan lamanya. Lebih dahsyat lagi peristiwa
ini karena Rasulullah Muhammad SAW melanjutkan perjalanan menuju Sidratul
Muntaha atau langit ke tujuh. Peristiwa luar biasa yang hanya dapat
terlaksana karena iradat dan kekuasaan-Nya dan hanya dapat diterima oleh mereka
yang beriman dan berakal.
Memperingati Isra’ Mi’raj, hendaklah tidak
menjadi aktifitas rutin setiap tahun yang sekedar memberikan pengetahuan saja,
namun seharusnya menjadi aktifitas yang sarat makna dan hikmah, yang menjadi
sarana bagi umat islam umtuk men “charge” semangat mereka dalam beribadah dan
beramar makruf nahyi munkar.
Jika kita dalami Isra’ Mi’raj merupakan dua
peristiwa yang menunjukan 2 dimensi hubungan, yaitu :
1.
Hubungan horisontal/hablum minannas, hal ini
diperlihatkan Allah dari memperjalankan Rasulullah Muhammad SAW dari Masjidil
Haram yang ada di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di Syam (Palestina) yang
biasa di sebut isra’.Perjalanan dari satu masjid ke masjid yang lain, melintasi
ribuan kilometer yang jauh dari negeri Mekah ke negeri Syam (Palestina), dan setiba
disana Rasulullah Muhammad SAW, menjadi imam shalat para Nabi dan Rasul-Rasul
Allah. Melalui perjalanan ini, Allah ingin menegaskan bahwa agama islam beserta
syariatnya bukan untuk satu kaum saja, tetapi untuk seluruh umat manusia yang
ada di bumi ini. Disini terlihat keharusan umat islam untuk mengenal satu sama
lain, bergaul hidup bermasyarakat, memperpanjang tali silaturahim, mendakwahkan
islam menyampaikan yang haq dan mencegah yang bathil. Sebagaimana Firman Allah
SWT dalam QS AL HUJURAT:13
“Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
2.
Hubungan vertikal/hablum minallah, hal ini
diperlihatkan Allah dengan memperjalankan Rasulullah Muhammad SAW dari masjidil
Aqsa ke Sidratul muntaha atau langit ketujuh yang biasa disebut mi’raj.Dari
perjalanannya ke Sidratul Muntaha dan menghadap kepada Allah SWT. Rasulullah
Muhammad SAW mendapatkan bekal berupa syariat shalat 5 waktu. Bekal syariat
shalat 5 waktu ini seolah seperti obat yang Allah berikan pada baginda
Rasulullah Muhammad SAW. Karena sebelum diperjalankan dalam Isra’ Mi’raj,
Rasulullah Muhammad SAW mengalami ujian yang sangat berat didalam perjalanan
dakwahnya. Diembargo secara ekonomi, dikucilkan dari kehidupan sosial oleh kaum Quraisy, meninggalnya orang-orang yang dikasihi
dalam waktu yang berdekatan yaitu pamannya Abu Thalib bin Abdul Muthalib serta
istri tercinta Khadijah, juga pengusiran dan penolakan serta penghinaan dari penduduk
kota Thaif .
Demikian pula bagi ummat islam, setelah berkutat
dengan urusan-urusan keduniawian, urusan-urusan hubungan dengan sesama manusia,
berdakwah menyampaikan “satu ayat” yang diketahuinya. Sudah menjadi sunnatullah
dari hubungan tersebut bukan hanya kesenangan yang diterima namum kepedihan,
kesedihan, halangan, rintangan, tantangan dan hambatan bahkan ancaman akan
diterima. Maka obat dari semua itu adalah shalat 5 waktu. Selain sebagai ibadah
wajib bagi ummat islam, sholat 5 waktu diyakini juga dapat membentuk karakter
dan kepribadian yang baik bagi orang yang mendirikannya. Juga merupakan sarana
komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Rabb nya. Sarana mengadukan
segala problematika yang dialaminya dalan perjalan hidup dan kehidupannya.
Baginda Rasulullah Muhammad SAW begitu memegang
erat, menegaskan dan bahkan mewasiatkan syariat shalat 5 waktu ini kepada
umatnya agar jangan sampai dilalaikan. Karena ibadah shalat menjadi kunci utama
diterimanya amalan, dan merupakan tiang agama.
Wallahu ‘alam
0 Komentar