sumber : dakwatuna |
Terbayangkan, betapa seorang ibu yang sedari bayi menimang, mematutkan baju terindah, agar putrinya nampak menarik dipandang. Juga disaat menyisir sikecil cantik diselipkan doa agar kelak sang putri bahagianya melampaui dirinya. Kelak mendapat pendamping yang mampu memimpin, menggantikan peran ayahnya dan bersama meluaskan rumah tangga dengan generasi penerusnya. Itu kira kira bagian doa hariannya.
Seperti yang tertuang dalam ayat yang sering ia temui dalam QS An Nahl (16) : 72
" Bagi kalian Allah menciptakan pasangan pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan anak cucu keturunan dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik".
Bagaimanapun gundahnya penulis, tapi kenyataan LGBT makin mewabah, menerobos ruang-ruang sekolah membidik bocah-bocah...astaghfirullah.
Sudah menjadi masalah serius yang harus semua unsur masyarakat memikirkan cara menghentikan propaganda yang sudah berani terang- terangan.
Lalu adakah peluang untuk memutus mata rantai LGBT yang sudah menggurita?
Mensitir dari Fahmy Alaydroes Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dimuat dalam web PKS (10/02/2016), tertulis bahwa setiap unsur masyarakat dan lembaga harus berperan dalam mencegah berkembang dan meluasnya LGBT. Lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi dan pesantren harus mampu menjelaskan dengan baik dan obyektif kepada siswa, mahasiswa dan santri tentang apa, siapa, mengapa dan bagaimana LGBT itu sesungguhnya. Juga lembaga keagamaan seperti ormas Islam, MUI dan Gerakan Dakwah, harus ikut bicara.
"Parpol Islam dan Nasionalis bersatu padu untuk menjaga dan membentengi agar LGBT tidak mendapatkan pengakuan dan perlindungan hukum atau undang-undang. Bahkan seharusnya mengenyahkan mereka dari negara RI yang relijius, bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa, berbudaya dan beradab," imbuhnya.
Tak ketinggalan penulis menitipkan pesan agar jangan lepas pengawasan orangtua terhadap perilaku anak baik dirumah terlebih diluar. Beri kehangatan dan keharmonisan ketika anak di rumah serta pondasi agama harus ditanamkan sejak dini.
Ketika semua elemen masyarakat bersungguh-sungguh memerangi dan setiap keluarga membentengi, insya Allah gurita LGBT bisa diamputasi.
Perlu digaris bawahi bahwa yang diperangi komunitas-komunitasnya, sebaliknya kepada pelakunya tunjukkan sikap empati karena sejatinya dia ingin hidup normal, tapi belum berdaya melawan dorongan penyimpangan perilaku seksualnya.
(Frieda)
0 Komentar