Be a Good Leader


pksbandungkota.com - Dalam mengarungi kehidupan, skill kepemimpinan menjadi hal yang fundamental untuk dimiliki setiap orang. Kemampuan ini berguna untuk  menghasilkan keputusan yang tepat dalam setiap persimpangan, baik untuk diri sendiri maupun dalam skala yang lebih besar dalam berjamaah. Kemampuan untuk menggerakkan diri sendiri dan orang lain untuk senantiasa tetap menjaga visi dan semangat dalam mecapai cita yang diharapkan.
Meskipun jabatan yang tengah dimiliki memungkinkan kita berada lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain sehingga memiliki kuasa untuk mendelegasikan tugas dan mengatur orang lain tak serta merta membuat kita menjadi seorang pemimpin, hal ini hanya menjadikan diri kita seorang boss. Pemimpin (leader) dan Boss berbeda dalam hal memandang anggotanya. Pemimpin memastikan anggotanya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan hanya dengan mengatur dan memerintahkan suatu tugas. Terlihat orientasi yang berbeda bukan? Jika seorang boss berorientasi terhadap hasil suatu tugas, seorang pemimpin berorientasi untuk menciptakan segalanya lebih baik, baik dari segi hasil output tugas ataupun orang orang yang terlibat di dalamnya. Selayaknya yang diucapkan John Q Adams “ If your actions inspire others to dream more, learn more, do more, and become more, you are a leader
Seorang pemimpin yang bijak akan selalu memiliki visi yang jauh ke depan, ia tidak saja berpikir untuk mempertahankan organisasi nya saat ini tapi jauh untuk mempersiapkan generasi pengganti yang lebih baik yang akan menggantikan posisinya. Karena wajar saja, usia manusia sangatlah terbatas dibandingkan dengan medan juang yang harus dihadapi. Tak akan selamanya ia akan menjadi pemimpin, ada limitasi waktu yang nyata. Sangatlah merugi nantinya saat sang pemimpin menghilang tak digantikan dengan generasi yang berkualitas. Gagasan yang cemerlang akan sirna ditelan sumber daya yang incapable. Maka langkah sang pemimpin sejatinya  adalah tentang bagaimana nahkoda selalu ada yang mengisi, bagaimana generasi selanjutnya senantiasa tetap mempersiapkan diri.
Tengoklah kerajaan Majapahit yang semerbak dan mengagumkan sejarah nusantara, karena dipimpin oleh panglima muda belia yang sangat berkualitas, Gadjah Mada. Hampir seluruh nusantara tertaklukan ditangannya. Akan tetapi ketika gadjah Mada pergi, tak ada pemimpin secakap dirinya yang mampu menggantikan, sehingga terciptalah kemunduran kejayaan yang dialami Majapahit. Lain halnya dengan Rasulullah. Rasulullah memberikan contoh yang sangat tepat bagi kita. Beliau memimpin umat dan membentuk kader secara sungguh-sungguh.  Selama 23 tahun, segala jerih payah beliau berikan, hingga akhirnya ketika beliau wafat, para sahabat kemudian tabi’in, siap selalu menggantikan meneruskan perjuangan.
Selain itu, seorang pemimpin yang baik pandai mengkomunikasikan gagasanya dan membiasakan suasana yang dialogis terhadap anggotanya. Seorang pemimpin harus senantiasa mengedepankan suasana dialogis dengan bersedia bertukar pikiran melalui cara yang baik dengan orang-orang yang dipimpinnya. Sikap seperti ini sering Rasulullah lakukan dalam kepemimpinannya. Suasana dialogis tersebut tumbuh dalam sebuah kepemimpinan demokratis dengan ciri berusaha menyinkronkan antara kepentingan dan tujuan, mengutamakan kerja sama dalam pencapaian tujuan, terbuka terhadap kritik, mau menerima saran dan pendapat orang lain. Salah satu peristiwa yang memberi bukti bahwa Nabi Muhammad saw selalu mengedepankan susana sebagai wujud beliau yang demkratis terhadap siapapun yakni Menjelang perang badar Nabi Muhammad SAW mengikuti pendapat Hubbab bin Mundhir untuk menempatkan kemah pasukkan islam berada lebih dekat dengan mata air dan peristiwa pengambilan keputusan tempat untuk perang untuk perang uhud, berada di bukit uhud atau di dalam kota madinah.
Dan saran yang terakhir ialah, seorang pemimpin yang baik rela untuk menjadi anggota yang taat ketika tak lagi menjabat sebagai petinggi dalam suatu organisasi. Karena leadership bukanlah posisi, tapi suatu perbuatan. Maka, sebagai anggota yang taat, ia mampu mendengarkan pemimpin barunya tanpa kehilangan rasa inisiatif dalam melakukan perbaikan dalam jamaahnya. Hal inilah yang dicontohkan oleh Umar bin Khattab ketika Abu Bakar terpilih sebagai khalifah, Umar tak pernah sekalipun kehilangan rasa inisiatif dalam mengkritisi dan mengusulkan ide yang dirasa baik untuk umat islam. Ia tak lantas berlepas tanggung jawab karena tidak dalam posisi tertinggi yang memiliki porsi tanggung jawab yang lebih besar. Salah satu inisiatifnya ialah pembukuan Al-Qur’an kepada Abu bakar. Tak hanya itu saja, banyak sekali peristiwa lain yang menunjukkan sikap kritis umar bin khattab terhadap kepemimpinan abu bakar, contohnya adalah perdebatan hal yang perlu diputuskan terhadap orang orang yang tidak membayar zakat, perdebatan keputusan untuk tetap mengirimkan pasukan usamah bin zaid ke medan perang, dan masih banyak kisah lainnya. Akan tetapi, dalam perbedaan pendapat itu, Umar tetap taat terhadap apa yang diputuskan oleh Abu Bakar. Inilah pemimpin, mengetahui mana yang lebih prioritas dalam mengambil sikap, mengetahui mana yang paling baik untuk jamaahnya walaupun sebagai seorang anggota. Tak lantas mengedepankan ego pribadinya. (Zev)

Posting Komentar

0 Komentar