Waspada Hipertiroidisme

Pernahkah Anda menjumpai seseorang yang kulitnya sering terasa hangat, lembab, berkeringat, serta tidak tahan panas? Seseorang yang selain mengalami simtoma tersebut, ternyata juga  menunjukkan peningkatan nafsu makan serta diare? Maka waspadalah, sebab bisa jadi orang yang Anda temui itu mengalami gangguan pada stabilitas metabolik yang disebabkan oleh abnormalitas pada sintesis maupun sekresi hormon tiroid di dalam tubuhnya.

Hormon tiroid mempengaruhi fungsi hampir terhadap setiap sistem organ di dalam tubuh. Hormon tiroid mensekresikan dua hormon teriodinasi yang disebut dengan triiodotironin dan tiroksin, yang keduanya memiliki tanggung jawab dalam mempengaruhi fungsi hampir terhadap setiap sistem organ. Pada anak, hormon tiroid penting untuk pertumbuhan normal dan perkembangan.  Pada orang dewasa, peran utama hormon tiroid adalah untuk menjaga stabilitas metabolisme. Hormon tiroid sangat penting untuk metabolisme energi, nutrien dan ion organik, termogenesis serta merangsang pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan, pada periode kritis juga untuk perkembangan susunan syaraf pusat dan tulang. Hormon tiroid ini mempengaruhi beberapa fungsi jaringan dan sel melalui berbagai pola aktivitasi genomik dan sintesis protein serta reseptor yang mempunyai arti penting untuk berbagai aktivitas.

Salah satu efek dari gangguan sintesis dan sekresi hormon tiroid adalah adanya hipertiroidisme, atau yang biasa dikenal sebagai kondisi meningkatnya sintesis dan sekresi hormon tiroid secara berlebihan di dalam tubuh. Penyebab hipertiroidisme yang umum adalah Graves dan Goiter Toksika (gondok). Graves merupakan suatu penyakit autoimun, dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid secara terus menerus (berlebihan). Pada sebagian besar pasien hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya.

Gejala klinis seperti berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, yaitu akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang meningkat di atas normal. Akibat dari proses metabolisme yang menyimpang ini, pasien hipertiroidisme dapat mengalami kesulitan tidur. Efek lainnya adalah muncul tremor otot yang halus dengan frekuensi sekitar 10-15 kali per detik, sehingga pasien mengalami gemetar tangan secara abnormal. Denyut nadi meningkat di atas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskular. Eksopthalmus merupakan reaksi inflamasi autoimun akibat hipertiroidisme yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot  mata, akibatnya bola mata seolah terdesak keluar. Selain itu, pada pasien hipertiroidisme juga dapat ditemukan adanya gangguan terkait sistem pencernaan (diantaranya mengalami peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, serta diare), gangguan terkait sistem reproduksi meliputi siklus menstruasi tidak teratur dan penurunan infertilitas, serta sulit dalam konsentrasi.

Sumber Gambar
Hipertirodisme dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Pemilihan jenis terapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa terapi hipertirodisime tidak boleh sampai menyebabkan hipotiroidisme terhadap pasien tersebut, artinya terapi hiperteriodisme tidak boleh sampai menyebabkan pasien justru mengalami penurunan sintesis atau sekresi hormon tiroid sehingga berefek pada munculnya masalah baru terhadap pasien tersebut.

PTU (propylthiouracil, golongan tiourasil) dan Methimazole merupakan terapi utama untuk pasien hipertiroidisme. Methimazole memiliki durasi kerja lebih lama dan memiliki efek lebih poten dibanding PTU, namun Methimazole tidak boleh diberikan kepada wanita hamil. Kedua obat tersebut memiliki efek samping terhadap organ hati serta ginjal sehingga harus ada penyesuaian dosis dalam proses pemberian terapi. Jika pengobatan hipertiroidisme tidak menunjukkan hasil yang membaik dengan terapi PTU atau Methimazole, maka terhadap pasien dapat diberikan  terapi golongan iodida (kalium iodide) atau terapi  radioaktif  iodin. Untuk mengatasi efek samping palpitasi dan takikardia, maka terhadap pasien hipertiroidisme biasanya juga diberikan obat-obatan golongan Beta-Bloker.

Terapi non farmakologi pada hipertiroidisme diantaranya meliputi operasi, yaitu terapi bagi pasien dengan berat kelanjar tiroid melebihi 80 gr. Dapat pula dilakukan diet tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori per hari baik bersumber dari makanan maupun dari suplemen. Konsumsi protein harus tinggi yaitu mencapai 100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan ) per hari untuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan, seperti susu dan telur. Pasien juga dianjurkan untuk melakukan olah raga secara teratur serta mengurangi konsumsi rokok, alkohol dan kafein yang dapat memperburuk kondisi hipertiroidisme pasien.

Bagaimana cara termudah menghindari hipertiroidisme? Tentu saja dengan senantiasa menjaga gaya hidup sehat. Kenali tanda atau gejala hipertiroidisme sedini mungkin agar dapat dilakukan terapi yang efektif serta efisien. (Asih)


Referensi
Goodman, L. S., Gilman, A., Hardman, J. G., Gilman, A. G., & Limbird, L. E. (1996). Goodman & Gilman's the pharmacological basis of therapeutics. New York: McGraw-Hill, Health Professions Division.  hal 981-992
http://emedicine.medscape.com/article/121865-overview (Diakses pada tanggal 13 November 2015 pukul 10.41 WIB)

Posting Komentar

0 Komentar