Spontanitas Fastabiqul Khairat

google

A : “Tolong bantu saya ini, bisa?”
B : “Maaf, saya sedang sibuk.” “Maaf, saya tidak bisa,”

pksbandungkota.com - Anggap saja si B ini manusia oportunis. Seperti potret kebanyakan orang di hari ini. Tidak jarang kita temukan fenomena gagal meminta tolong karena tidak ada yang bisa dimintai tolong. Atau jangan-jangan, kita-lah yang menggagalkan seseorang itu meminta tolong. Pernah di suatu ketika, memperhatikan orang-orang seperti A dan B ini. Ketika si A butuh bantuan dan B tidak menyanggupi dengan deretan alasan yang dibuatnya, rasanya ingin mengerutkan dahi. Kemudian dalam hati berkata, “Wah, B, sayang sekali tidak mengambil kesempatan menolong itu.”

Mungkin dalam keseharian pembaca, sering juga ditemukan fenomena-fenomena meminta tolong-yang juga serupa dengan hal di atas. Fenomena meminta tolong soal kerjaan organisasi, kerjaan kantor, tugas-tugas sekolah, ataupun tugas-tugas kuliah. Banyak orang beralasan ini dan itu atau bahkan tidak merespon/menjawab permintaan tolong tersebut. Bahkan fenomena tersebut bisa terjadi di lingkungan rumah: anak kepada orang tua atau sebaliknya, keluarga besar, atau tetangga. Jangan sampai manusia lelah meminta tolong karena tidak ada yang mau menolong. Akselerasi kaum soliter nih kalau fenomena “sulit tolong-menolong” dibiarkan begitu saja.

Lalu teringat sebuah ayat-Nya
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya,” (QS. Al-Zalzalah: 7)

Kalau saja kita paham betul makna ayat di atas, sekecil apapun kita berbuat, ada balasannya. Kebaikan-kebaikan bercecer yang tidak kita ambil boleh jadi justru merupakan kunci pintu kita ke surga-Nya. Sama seperti kata pepatah yang mengatakan bahwa kita tidak pernah tahu kebaikan mana yang akan membawa kita ke surga. Maka, janganlah kita menyia-nyiakan kesempatan berbuat baik. Sekecil, sesederhana, semudah apapun itu. Jadilah orang yang pertama menyambut kesempatan berbuat baik. Jadilah orang yang pertama berusaha menyanggupi setiap permintaan tolong.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang menolong kesusahan orang muslim, maka Allah ta’ala akan menolongnya dari kesusahan pada hari kiamat.” (HR. Bukhari). Beliau juga bersabda: “Barang siapa yang menyelamatkan orang dari kesusahan, maka Allah ta’ala akan menyelamatkannya dari kesusahan pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (QS ar-Rahmaan: 60)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang pengasih akan di kasihi Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah yang di bumi, maka yang di langit akan mengasihimu.” (HR. Tirmidzi)

Jika kita mampu memaknai beberapa hal di atas, tentu tidak perlu ragu untuk membantu orang lain. Tidak perlu kita beralasan sedemikian rupa sehingga kita menghindar dari permintaan tolong tersebut. Justru sebaliknya, orang-orang yang memaknai urgensi menolong orang lain, akan menjadi orang pertama yang mengambil kesempatan beramal shaleh. Dan jika hanya sebagian kecil dari penduduk bumi ini yang berhasil memaknai, semoga kita termasuk ke dalam sebagian kecil tersebut.

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Baqarah:148). (Tulip94)

Posting Komentar

0 Komentar