Seorang Lelaki Calon Penghuni Surga

sumber google

pksbandungkota.com - Bagaimana perasaan Abu Bakar r.a, Umar r.a, dan para shahabat lainnya dari golongan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan ihsan, ketika dikabarkan dan dinyatakan Allah SWT bahwa mereka merupakan para penghuni surga, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah?

Bagaimana perasaan seseorang ketika dikabarkan bahwa dirinya merupakan ahli surga? Dan kabar ini datang langsung dari Rasulullah SAW?

Dan bagaimana, sekiranya nama kita yang disebut oleh seorang utusan paling mulia dimuka bumi ini bahwa kita merupakan ahli surga?

Tentu sangat membahagiakan bagi mereka yang mendapatkan kabar ini terutama ketika dikabarkan langsung dari Rasulullah SAW. Bahkan jika dibandingkan dengan kekayaan seluruh isi bumi dan langit pun, maka tak akan mampu menyeimbangi kebahagiaan tersebut.

Walaupun nama kita tidak pernah disebut oleh Rasulullah SAW, walaupun kita tidak pernah mampu meminta doa kepada Rasulullah agar dimasukkan ke dalam daftar orang-orang yang telah dijamin sebagai ahli surga, setidaknya kita dapat berusaha mengikuti sunnah (jalan) para ahli surga dengan sebaik-baiknya.

Mari kita simak hadits dari Anas ra. yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad serta Imam Nasa’i dengan sanad shahih berdasarkan syarat Shahihain berikut.

....Dari Anas,
bahwa ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah Saw., lalu beliau Saw. bersabda:
Sekarang akan muncul kepada kalian seorang lelaki calon penghuni surga.
Maka muncul lah seorang lelaki dari kalangan Anshar yang jenggotnya masih meneteskan air bekas air wudunya, dia menjinjing kedua terompahnya dengan tangan kirinya.
Pada keesokan harinya Rasulullah Saw. mengucapkan kata-kata yang sama. Lalu muncul lah lelaki itu seperti pada yang pertama kali.
Dan pada hari yang ketiganya Rasulullah Saw. mengucapkan kata-kata yang sama lagi, lalu muncul lah lelaki itu dalam keadaan seperti pada yang pertama kali.

Ketika Rasulullah Saw. bangkit, maka lelaki itu diikuti oleh Abdullah ibnu Amr ibnul Ash, lalu ia (Abdullah ibnu Amr ibnul Ash) berkata kepadanya (lelaki Anshar tersebut),

"Sesungguhnya aku telah bertengkar dengan ayahku, maka aku bersumpah tidak akan pulang kepadanya selama tiga hari. Jika engkau sudi, bolehkah aku menginap di rumahmu, maka aku akan merasa senang sekali."

Lelaki itu menjawab, "Silahkan."

Anas melanjutkan kisahnya, bahwa Abdullah telah menceritakan kepadanya bahwa ia menginap di rumah lelaki Anshar itu selama tiga malam, dan dia tidak melihatnya bangun malam untuk mengerjakan sesuatu dari salat sunat, hanya saja bila ia berbalik di tempat peraduannya di tengah malam, ia berzikir kepada Allah dan mengucapkan takbir, hingga ia bangun dari peraduannya untuk mengerjakan shalat fajar (subuh).

Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa hanya saja ia tidak mendengarnya mengatakan sesuatu kecuali hanya kebaikan belaka.

Dan setelah tiga malam berlalu dan hampir saja aku (Abdullah ibnu Amr) memandang remeh amal perbuatannya, maka aku berterus terang kepadanya,
"Hai hamba Allah, sebenarnya tidak ada pertengkaran antara aku dan ayahku dan tidak ada pula saling mendiamkan dengannya, tetapi aku telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda kepada kami sebanyak tiga kali:

Sekarang akan muncul kepada kalian seorang lelaki calon penghuni surga.

Ketika kulihat, ternyata engkau sebanyak tiga kali.
Maka aku bermaksud untuk menginap di rumahmu guna menyaksikan apa yangengkau perbuat, lalu aku akan menirunya. Tetapi ternyata aku tidak melihatmumelakukan amal yang istimewa, lalu apakah yang menyebabkan engkau sampaikepada kedudukan seperti apa yang dikatakan oleh Rasulullah Saw.?"

Lelaki itu menjawab,
"Tiada yang kulakukan selain dari apa yang telah engkau lihat sendiri."
Ketika aku (Abdullah ibnu Amr) pergi darinya, ia memanggilku dan berkata,
"Tiada lain amal itu kecuali seperti yang engkau lihat, hanya saja dalam hatiku tidak terdapat rasa iri terhadap seorang pun dari kaum muslim dan tidak pula rasa dengki terhadap seorang pun atas kebaikan yang telah diberikan oleh Allah kepadanya."

Abdullah ibnu Amr berkata,
"Rupanya amal itulah yang menghantarkan dirimu mencapai tingkatan itu,
amal tersebut sulit untuk dilakukan dan amatlah berat."

Lihatlah, melalui kisah seorang Anshar, hadits ini mengabarkan kepada kita bagaimana keutaaman memiliki sifat jauh dari iri dan dengki yang dilarang dalam syariat Islam. Sebagai penggantinya, kita selalu diingatkan untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah serta selalu berusaha menjalin silaturrahim dan persaudaraan atas dasar iman dengan saudara-saudara kita. Bukankah indah dan bahagia, ketika kita mendoakan kebaikan untuk saudara kita, lalu malaikat mengaminkan untuk kita juga?

“Barangsiapa yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, melainkan Malaikat akan berkata; “Aamiin dan bagimu kebaikan yang sama”. (HR. Muslim)

Jauhkan sifat iri dan dengki yang membahayakan, utamakan persaudaraan, jalin silaturrahim, dan saling mendoakan antarsesama. Semoga kita termasuk kedalam calon penghuni surga, semoga kelak Allah mempertemukan kita bersama dengan orang-orang yang kita cintai di akhirat.

Allahu A’lam. (AS)

Referensi:
Tafsir Ibnu Katsir, QS Al-Hasyr: 10
Shahih Muslim, No. 4913

Posting Komentar

0 Komentar