Regulasi atau peristiwa pergantian pemimpin merupakan hal
biasa dalam sebuah organisasi. Ada masanya ketika pada usia produktif,
seseorang yang mempunyai potensi akan menjadi pemimpin dan memberikan etos
kerja tinggi bagi kepentingan organisasi tersebut. Ia tahu bahwa dakwah ini
membutuhkan dirinya, bukan sekedar komando, tapi juga fisik dan pertimbangan
dari seluruh eksistensi waktunya. Maka sejak itu, adalah sebuah kewajiban besar
baginya untuk mengatur dan menjaga kesehatan, terutama fisik. Sebab hanya fisik
yang kuat yang dapat menanggung berbagai beban kerja tinggi yang ditimpakan
padanya.
Adalah sebuah rahasia umum bahwa pada usia yang semestinya
produktif dan potensial untuk mengembangkan diri lebih jauh, seseorang justru
terkendala dengan masalah kesehatan. Gangguan tersebut seringnya berupa
gangguan metabolik di dalam tubuh. Salah satunya adalah terkait gejala
hipertensi. Mari sejenak kita melengangkan diri untuk sedikit berdiskusi.
Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana terjadi
peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah diastolik
90 mmHg atau lebih. Tekanan
darah umumnya
meningkat seiring pertambahan usia dan hipertensi turut menyertainya. Usia hidup dengan risiko tinggi menderita hipertensi antara
55 tahun ke atas. Pada usia 75
tahun atau lebih, risikonya menjadi 11,53 kali. Pada usia menjelang 45 tahun,
laki-laki memiliki risiko terkena hipertensi lebih tinggi dibanding perempuan,
yaitu 1,25 kali lipatnya.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua
jenis, yaitu hipertensi primer atau biasa dikenal dengan hipertensi esensial
dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer tidak diketahui kejelasan
penyebabnya, dapat terjadi karena faktor genetik maupun pola hidup yang kurang
sehat. Lebih dari 90% dari kasus hipertensi disebabkan oleh hipertensi esensial.
Hipertensi sekunder umumnya disebabkan oleh penyakit lain, dapat terjadi karena
komplikasi dari penyakit yang diderita atau pun karena obat yang sedang
dikonsumsi. Pada sebagian besar kasus, kerusakan ginjal kerap menjadi penyebab
umum hipertensi sekunder. Kurang dari 10% dari kasus hipertensi disebabkan
hipertensi sekunder.
Selain hipertensi primer dan sekunder dapat juga kita
jumpai jenis-jenis hipertensi lain, seperti hipertensi malignan yang terjadi
secara tiba-tiba dan drastis yang umumnya disebabkan oleh adanya kerusakan pada
jantung, hipertensi sistolik terisolasi yang
umunya terjadi pada orang tua dan orang-orang dengan pola makan buruk,
dan hipertensi jas putih yang umumnya terjadi karena ketidakstabilan kondisi
psikologis seseorang.
Hipertensi
disebut sebagai “silent killer”
karena seorang penderita
tidak merasakan gejala sama sekali pada awalnya. Gejala hipertensi umumnya baru muncul setelah terjadi
komplikasi. Adapun gejala kenaikan tekanan darah yang dirasakan adalah nyeri
kepala saat terjaga yang kadang disertai mual dan muntah, penglihatan kabur,
ayunan langkah tidak mantap, peningkatan urinasi pada malam hari, serta edema dependen. Gejala
lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung,
rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.
Faktor risiko dari hipertensi di antaranya meliputi usia,
riwayat keluarga, dan jenis kelamin. Peningkatan usia menyebabkan perubahan
fungsional jantung dan pembuluh darah sehingga risiko terkena hipertensi turut
meningkat. Riwayat keluarga memiliki andil besar terhadap peningkatan risiko
hipertensi. Jika salah satu orang tua menderita hipertensi, maka anak memiliki risiko
25% terkena hipertensi. Namun jika
kedua orang tua tekena
hipertensi maka kecenderungan anak untuk terkena hipertensi meningkat menjadi 60%. Selain faktor-faktor
di atas, hipertensi juga dapat terjadi dikarenakan obesitas, kurangnya aktivitas fisik, merokok, stres, pola
konsumsi dan gaya hidup tidak sehat.
Gejala hipertensi dapat dikendalikan melalui berbagai
upaya, salah satunya adalah melalui penurunan berat badan. Penurunan berat badan ini penting
untuk pasien hipertensi terutama pada pasien yang kelebihan berat badan dan
obesitas, dikarenakan terjadi penimbunan lemak pada pembuluh darah yang
mengakibatkan aliran darah tidak lancar. Orang yang kelebihan lemak cenderung
berpotensi untuk mengalami penyumbatan darah yang memacu jantung untuk memompa
darah lebih kuat sehingga tekanan darah pun meningkat. Penurunan berat badan sedikit saja
(4,5 kg) dapat menurunkan tekanan darah dan mencegah keparahan hipertensi.
Selain itu, penting melakukan program diet untuk menurunkan berat badan
secara bertahap. Perencanaan diet ini dapat dilakukan dengan banyak mengkonsumsi buah, sayuran dan produk makanan sedikit lemak (low-fat) dengan mengurangi komposisi
jenuh dan total lemak.
Dapat pula dilakukan pengurangan asupan natrium. Asupan natrium ideal
adalah 1,5 gram perhari.
Hal ini disebabkan natrium berperan dalam kontraksi jantung yang dapat berefek pada tekanan
darah.
Aktivitas
fisik dapat membantu mengendalikan gejala hipertensi. Menurut Joint National Committee (JNC) VIII, dianjurkan untuk melakukan
kegiatan fisik atau olahraga
selama
160 menit perminggu atau 4 kali dalam
seminggu dengan masing-masing sesi kurang lebih 40 menit. Sedangkan menurut JNC VII, dapat dilakukan
aktivitas fisik aerobik seperti jalan cepat selama 30 menit perhari. Melalui upaya
ini diharapkan seseorang mampu menurunkan berat badan serta membakar lemak di
dalam tubuh sehingga gejala hipertensi dapat dikendalikan dengan baik. Mengurangi
konsumsi alkohol serta mungurangi aktivitas merokok juga memberikan kontribusi
untuk upaya mengendalikan hipertensi.
Nah, ikhwah fillah, bersebab merupakan sebuah
kewajiban besar bagi seorang dai untuk menjaga amanah fisik ini, mari
bersama-sama beriktiyar membangun pola konsumsi dan gaya hidup sehat. Dalam sebuah
hadits riwayat Muslim, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh
Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.
Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah
pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali
engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata,
‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu’, tetapi
katakanlah, ‘Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia
kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan.’”
Allahu a’lam.
(Asih)
(Asih)
Referensi:
Corwin,
E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi
(Terjemahan) [monograph online]. Jakarta: EGC. Halaman 694.
Dipiro,
dkk. 2008. Pharmacotherapy : A
Pathohysiologic Approach 7th edition. New York : The McGraw-Hill
Companies. Halaman140-155.
Mansjoer,
Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Halaman
519-520.
Rahajeng,
Ekowati dan Tuminah, Sulistyowati. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinanya
di Indonesia. Majelis Kedokteran Indonesia. Volume 59. Nomor 12.
Yogiantoro,
M. 2006. Hipertensi Esensial.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Halaman 599-601.
0 Komentar