ilustrasi |
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan manusia. Tak ada manusia yang sempurna, bahkan jika kita melihat seseorang yang mendekati kesempurnaan, sebenarnya dia mempunyai kekurangan yang kita tidak tahu. Jujur saja, bila melihat suatu keburukkan, sebenarnya diri ini tak kuat melihat nya. Namun fenomena yang terjadi sekarang nampak berkebalikkan dimana orang-orang mulai acuh dan hanya peduli terhadap diri nya masing-masing. Bahkan saat teman dekat kita melakukan kesalahan pun, kita cenderung mendiamkannya.
Masing-masing orang mempunyai cara nya masing-masing dalam menegur seseorang, tak jarang ada yang menerima tegurannya ada juga yang tidak terima dirinya di tegur. Pada dasarnya semua manusia ingin diperhatikan dan ingin diingatkan. Karena fitrah manusia itu seimbang, dia bisa condong menjadi tak baik, bisa juga dia condong menuju hal yang baik.
Kita sebagai penegur, terkadang merasa diri ini benar dan dia salah, karena posisi kita saat itu tidak berada dalam keadaan yang buruk. Tak jarang akhirnya kata-kata yang keluar dari mulut kita pun, kata-kata yang pedas dan menyayat hati, bahkan membuat orang lain akhirnya menjauh dari kita, bukan mendekat.
Kawan, menegur karena orang itu berbuat kesalahan itu memang baik, namun jika kita tidak bisa membahasakan teguran kita dengan baik, bisa jadi teguran itu malah menjadi buah si malakama, bukan membuat akhirnya simpati pada kita namun membuat mereka akhirnya menjauh dari kita. Mungkin nasehat ini bisa menjadi acuan kita saat akan menegur orang lain.
Dimana nasehat ini disampaikan oleh seorang ulama yaitu Imam Syafi'i
"Nasihati aku kala sunyi dan sendiri; jangan di kala ramai dan banyak saksi.Sebab nasihat di tengah khalayak terasa hinaan yang membuat hatiku pedih dan koyak, maka maafkan jika aku berontak."
Semoga dari nasihat beliau, kita bisa mengambil hikmah dan mulai mencari cara yang benar-benar baik saat akan menegur saudara atau kawan kita yang melakukan kesalahan. (Ipah)
0 Komentar