Syukur Itu Untuk Siapa?

Ilustrasi

Fenomena sosial yang terjadi di Indonesia kini semakin memprihatinkan karena jumlah orang yang memiliki gangguan jiwa semakin meningkat dan semakin kompleks pula permasalahan yang terjadi di masyarakat. Namun jika kita telaah lagi, sebenarnya obat dari segala gangguan jiwa yang ada adalah kadar syukur dalam diri.
Mengapa? karena memang itulah yang Allah jelaskan dalam firman Nya.

  "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"
(.QS.Ibrahim 14 :7)

Para pembaca sekalian, sudah jelas formula nya, mudah difahami maksudnya. Yaitu saat kita bersyukur atas nikmat yang diberikan pada kita, maka Allah akan menambah nikmat itu. Maka bisa dikatakan bahwa salah satu tambahan nikmat itu adalah ketenangan jiwa. Saat kita merasa cukup atas apa yang Allah berikan pada kita dan kita sadar bahwa memberi apa ayng kita butuhkan. Maka penyakit kejiwaan tak akan pernah hinggap dalam diri kita. Dan akhirnya jiwa ini pun dipenuhi energi positif dan tetap semangat dalam menjalani hidup.
Namun berbeda kasusnya saat kita tidak bersyukur atas nikmat Nya, maka Allah berjanji akan memberi azab yang sangat pedih. Dan jika kita berfikir sedikit, sebenarnya gangguan jiwa yang dialami itu bisa jadi merupakan salah satu azab yang telah Allah berikan pada kita, disebabkan oleh jiwa yang tak pernah bersyukur.
Apakah ketamakkan telah membutakan batin kita? Hingga nikmat Nya pun kita tak bisa sadari keberadaannya. Para pembaca sekalian, seperti yang kita tahu bahwa Al-Qur'an mempunyai nama Asy-Syifa yang artinya adalah obat/penawar. Maka dari itu, tak perlu mencari yang tak ada, tak perlu juga kita menghipnotis alam bawah sadar kita untuk menenangkan diri.
Karena sudah Allah SWT berikan salah satu obat nya, tak mahal dan obatnya mudah didapat yaitu syukur.
Semoga hari ini kita bisa memulai untuk mensyukuri setiap nikmat yang ada. Dimulai dengan setiap hembusan nafas yang Allah mudahkan hingga kita bisa hidup hingga hari ini. Wallahu 'alam
(Ipah)

Posting Komentar

0 Komentar