Pay attention to the little things. Great
doors swing on little hinges. - (Tayo Adeyemi)
Perhatikan hal-hal kecil. Pintu yang besar
mengayun pada engsel yang mungil (Tayo Adeyemi)
![]() |
sumber gambar: gopixpic.com |
Seorang ahli
ilmu politik bernama Ivan Arreguin-Toft menghitung dan meneliti perang yang
terjadi di dunia selama 200 tahun terakhir. Perang kerap kali tidak berjalan
seimbang. Sering kali pasukan yang kecil harus menghadapi pasukan besar. Kerap
kali persenjataan seadanya harus berhadapan dengan artileri yang amat canggih.
Acap kali negara lemah berhadap-hadapan dengan negara kuat. Saat ditanya, dari
200 pertempuran tersebut, berapa persen kah pasukan yang kuat menang? Logika
kita akan berkata, tentu 100%, tentu seluruh perang akan dimenangi oleh pasukan
yang kaut, negara adidaya, persenjataan lengkap. Namun penelitian Ivan
Arreguin-Toft berkata lain. Jawabannya adalah, dari sejak 200 tahun, 71,5 %
dimenangi oleh pasukan yang kuat. Artinya sekitar sepertiga kurang sedikit dari
total pertempuran dimenangi oleh pasukan yang lemah. (Dari Buku David And
Goliath, karya Malcolm Gladwell)
Itu jumlah yang
cukup mengejutkan. Ternyata cukup sering juga pasukan yang lemah mengalahkan
pasukan yang kuat. Hal tersebut dikarenakan pihak yang lemah sering kali punya
kelebihan yang tidak dimiliki pihak kuat. Bila kita mengetahuinya dan mampu
memanfaatkannya, akan menjadi sumber kekuatan untuk mengalahkan si kuat.
Sebagaimana kisah kura-kura yang balapan dengan kelinci. Kecepatan kelinci
menjadi keunggulan namun juga menjadi jebakan rasa sombong. Lambatnya kura-kura
mungkin adalah kelemahan, namun itu jadi kelebihan tersendiri yang membuat
kura-kura punya mental pejuang dan sabar. Kelemahan yang sekaligus kelebihan
itulah yang membuat kura-kura menang.
Saat kita dalam
kondisi yang tidak menguntungkan, perasaan yang mungkin muncul adalah putus
asa, putus harapan, hilang semangat dan perasaan negatif lainnya. Padahal salah
satu sikap yang tergolong dosa adalah putus harapan
“Dosa besar yang
paling besar adalah menyekutukan Allah, merasa aman dari makar Allah, putus asa
terhadap rahmat Allah, dan putus harapan terhadap kelapangan dari Allah.”
(Hadis hasan sahih; diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir;
lihat Majma’ Az-Zawaid, juz 1, hlm. 104)
Fakta di atas
sebagai bukti, bahwa selemah apapun kondisi kita, kita harus tetap optimis, dan
berbaik sangka kepada Allah. Banyak kondisi underdog mengalahkan lawan digdaya.
Saat uang kita sedikit, saat pekerjaan kita tidak sesuai harapan, kondisi fisik
yang kurang, intelektual kita yang seadanya, nilai pelajaran yang jelek, dan
segala kekurangan kita itu, tidak boleh menjadi alasan untuk menyerah. Harapan
itu masih ada, dan akan selalu ada. Kita terus berusaha dan terus berharap
Allah memberikan pertolongan, sehingga kita mampu berhasil.
Dari Abu
Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata bahawa Rasulullah SAW bersabda, Allah
SWT berfirman,“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (Muttafaqun
‘alaih).
Sejatinya segala
daya upaya adalah titipan dan milik Allah. Kita hanya dipinjamkan dan
menggunakan titipan itu untuk ibadah dan kebaikan. Bila kita menganggap upaya,
kepintaran, keahlian adalah milik kita dan karena usaha kita, kita akan stress.
Karena kita berjuang sendirian. Namun bila kita merasa bahwa segala daya upaya
adalah milik Allah, kita akan lebih optimis. Kita yakin akan bisa berhasil,
karena kita bergantung pada zat yang Maha Kuat, Allah SWT. Seakan-akan kita
bekerja sambil mengandlakn pertolongan Allah.
“Tidak ada bagi
kalian selain daripada-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang
pemberi syafa’at.” (As-Sajdah: 4)
0 Komentar