Haru Suandharu : Tak ada sampah di Sungai Han

Korea Selatan memiliki 4 musim. Setelah perang dunia kedua, korea memasuki perang saudara, didalam perang saudara (perang korea, 1950) tersebut membuat kondisi masyarakat sangat sulit. Saat musim dingin masyarakat berebut mencari kayu bakar di hutan-hutan sampai hutan di korea habis.

Setelah habis kayu masyarakat beralih ke batubara. Jelaga batu bara pun di buang ke sungai. Sehingga sungai menjadi hitam karena jelaga batu bara.

Berlanjut masyarakatpun membuang semua sampah ke sungai mulai dari sampah sayuran sisa membuat kimchi (makanan dari sayuran sejenis asinan), samphoo, sabun, dan limbah industri. Demikian berjalan sampai 20 tahun.

Pada tahun 1972 pemerintah mulai kesulitan menyediakan air bersih untuk masyarakat, karena sungai Han sebagai sumber air baku justru habis diisi dengan sampah yang sangat pekat. Akhirnya pemerintah korea selatan melarang masyarakat dan industri membuang limbah ke sungai.

Awalnya menjadi sangat berat untuk masyarakat. Tetapi pemerintah konsisten menjalankan kebijakan itu. Pelanggaran pertama denda 250 Won, pelanggaran ulangan yang kedua 750 Won, dan yang ketiga hukuman penjara.

Tahun 1991 pemerintah mulai membangun bendungan-bendungan. Hingga tahun 2001 sudah terbentuk 5 bendungan.

Sekalipun pemerintah semangat menjaga sungai. Ternyata masih ada perusahaan-perusahaan yg diam-diam membuang limbah ke sungai. Dengan tegas pemerintah menangkap semua pelaku usaha tersebut dan di penjara sampai 7 tahun. Sejak peristiwa itu, tidak ada lagi masyarakat atau pengusaha yang main-main dengan membuang sampah ke sungai.

Kota bandung hanya tinggal 1 tahun memiliki stok air baku. Itupun suplai air dari kabupaten bandung. Tampaknya pemerintah  harus memiliki konsistensi untuk mengimplementasikan peraturan perundangan dan untuk menjaga kelestarian lingkungan.


Mengunjungi Sungai Han di Seoul Korea Selatan, tidak ada satu sampahpun yg melayang di atas sungai.

Posting Komentar

0 Komentar