Cut Nyak Dien, Ibu Prabu Yang Mengajarkan Islam

Cut Nyak Dien, Ibu Prabu Yang Mengajarkan Islam
PKS Kota Bandung - Cut Nyak Dien, Ibu Prabu Yang Mengajarkan Islam


Pada hari ini, seratus enam tahun yang lalu dunia kehilangan satu perempuan yang namanya hingga kini terus diingat umat. Tjut Nja Dien ejaan lama untuk namanya, wafat meninggalkan memori sejarah akan ketangguhannya melawan penjajah Belanda.


Siapa tak kenal Cut Nyak Dien? Sosok perempuan yang gambarnya biasa dipajang di dinding-dinding sekolah kita, dengan sebutan 'Pahlawan Nasional'. Kita biasa mengenalnya sebagai tokoh pejuang dari tanah rencong, bersama suaminya yang juga pejuang : Teuku Umar. Bersama Teuku Umar, Dien membesarkan seorang anak bernama Cut Gambang yang kemudian melanjutkan perjuangan kedua orangtuanya selepas mereka wafat. Banyak sudah riwayat yang merekam jejak perjuangannya, tapi ianya memang tak pernah lekang oleh waktu.


Barangkali sedikit dari kita yang tahu, bahwa Cut Nyak Dien terlahir di tengah keluarga yang paham agama. Ayahnya seorang uleebalang (hulubalang), yang merupakan pemimpin masyarakat di daerah Nangroe Aceh Darussalam. Maka sangatlah wajar jika perempuan ini terdidik dengan pemahaman yang baik, karena seperti kita tahu Aceh adalah Kota Serambi Mekkah, tempat pertama kalinya Islam memasuki Nusantara


Tumbuh dewasa, Cut Nyak Dien memahami bahwa tugas memperjuangkan daerahnya yang dijajah adalah bagian dari tugasnya. Bahkan, Dien bersama masyarakat Aceh lainnya sudah menanamkan benar bahwa perjuangan ini adalah bagian dari jihad, melawan penjajah yang turut pula merusak Islam di tanahnya. Sejak muda, Dien sudah mengangkat senjatanya menghadapi Belanda. Tak ada pilihan lain, karena para penjajah jumlahnya begitu besar hingga para wanita pun -tak sedikit juga yang seperti dirinya- turun berjuang.


Tahun 1899 Dien ditinggalkan Teuku Umar (wafat-red). Namun semangatnya tak pernah surut, beliau melanjutkan perjuangannya hingga pada 1905 Dien tertangkap Belanda dan diasingkan ke Sumedang, dititipkan kepada Bupati Subang Suria Adireja. Menyadari bahwa tawanan perempuan yang dititipkan kepadanya adalah perempuan yang disegani, bahkan tak mau menerima pemberian Belanda, Suria memutuskan untuk menitipkan Dien ke rumah H.Ilyas, ulama setempat.


Meski tak lagi bisa mengangkat senjata, Dien tetap berjihad. Selama tiga tahun pengasingannya, beliau lebih banyak mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat setempat, hingga ia disebut Ibu Prabu dari Seberang, yang berarti perempuan yang mengajarkan agama. Dien sangat dihormati masyarakat, hingga ia pun memiliki banyak murid sepeninggalnya.


6 November 1908 Cut Nyak Dien wafat, kemudian dimakamkan di Astana Gunung Puyuh. Baru di tahun 1964, Presiden RI Pertama Ir.Soekarno meresmikan nama beliau sebagai bagian dari Pahlawan Nasional Indonesia. (RD)





Posting Komentar

0 Komentar