sumber: sundul.com |
Dalam buku David and Goliath karya
Malcolm Gladwell, kita bisa membaca sebuah kisah menarik. Tahun 1937 Jerman
diprediksi akan mengebom London-Inggris dari udara. Aksi militer itu
dipredisksi akan melukai 1,2 juta penduduk. Pemerintah tidak tinggal diam.
Mereka menyiapkan rumah sakit jiwa untuk mengatasi Depresi warga yang mungkin
ditinggalkan orang terkasihnya. Atau mungkin untuk mengobati pilu yang mendera
karena hidup dalam terror. Tapi apakah masyarakat benar-benar hancur dan
depresi?
1940 terjadi pengeboman 57 malam
beruntun. Puluhan ribu ton bom jatuh. 40 ribu terbunuh, 46 ribu terluka. Justru
hal aneh yang terjadi. Psikiater Inggris Menulis:
“Oktober 1940 saya menyetir mobil di London Tenggara sesudah terjadi serangkaian serangan itu, Tampaknya tiap sekitar 90 meter kawah bom atau puing bekas rumah atau toko. Sirene berbunyi memberi peringatan (bahwa bom berikutnya akan jatuh) dan saya mencoba melihat apa yang bakal terjadi. Seorang biarawati menggenggam tangan anak yang dikawalnya dan bergegas. Hanya dia dan saya yang tampaknya mendengar peringatan itu. Anak-anak kecil terus bermain di trotoar, orang-orang terus tawar menawar di toko, seorang polisi mengatur lalu lintas dengan bosan, dan para pengendara sepeda menantang maut dan aturan lalulintas. Sejauh yang saya lihat tak seorang pun Memandang Langit.”
Mengapa orang Inggris tersebut
seperti tak acuh pada bom yang akan membumi hanguskan kota mereka? Salah satu
jawaban yang disodorkan adalah bahwa mereka sudah kebal. Kali pertama bom
jatuh, mereka spontan histeris, menangis, meringis. Namun kedua kali ketiga
kali keempat kali dan ternyata mereka masih selamat, mereka membuat kesimpulan
bahwa mereka cukup kuat menghadapi bom-bom berikutnya.
Salah satu keajaiban manusia
adalah manusia mampu belajar dan mengingat. Dalam Teknik Industri, mempelajari
benda yang punya memori dan tidak punya memori akan sangat jauh berbeda
perlakukannya. Untuk sistem atau benda yang bermemori kita menggunakan konsep Sistem
Dinamis. Memori memberikan kelemahan karena adanya trauma, namun juga memberikan
keuntungan yaitu bertumpuknya pengetahuan baru, atau kita sebut sebagai
pengalaman. Pengalaman masa lalu akan kita jadikan sebagai peta untuk memandang
masa depan.
Andaikan kita takut berenang. Akan
berbeda ceritanya bila kita sudah pernah menceburkan diri ke air. Kita akan
membuat kesimpulan, ternyata air tidak semenakutkan itu. Tanpa sadar, seiring
hal baru yang kita alami, kita pun bertambah makin kuat. Semakin banyak
pengalaman, semakin banyak trauma yang kita singkirkan, semakin kita kuat.
Mengapa orang Indonesia kuat?
Karena sebagai satu nusantara kita memiliki banyak pengalaman. Mulai dari
memperjuangkan kemerdekaan, diinvasi oleh belanda, menghadapi pemberontakan
PKI, masa terpimpinnya orde baru, carut marut reformasi, dan hal berat lainnya.
Kita pernah susah payah menjaga keutuhan NKRI, mulai dari Aceh hingga Timor
Leste. Pengalaman-pengalaman berat itu akan membuat kita siap mengahadapi
tantangan zaman.
Bagaimana carany agar orang
Indoenesia senantiasa kuat? Bila pengalaman menjadi salah satu sumber penguat,
maka sejarah menjadi obat penguat kita. Kata sejarah diadopsi dari bahasa arab
yaitu Syajaroh yang artinya akar. Sebagaimana akar pohon, sejarah akan
menguatkan siapapun untuk berdiri tegak. Bila sejarah dilupakan, tinggal tunggu
jatuh tempo, pohon akan rubuh. Membaca sejarah Indonesia, mengambil hikmahnya,
menceritakan kembali, adalah modal awal membangun kekuatan bangsa ini.
Tak becukup diri dengan sejarah
nasional, kita pun boleh mengintip sejarah lainnya. Sebagai agama dengan
penganut terbesar di nusantara, Islam dan sejarahnya layak kita pelajari.
Warisan budaya 1 milennium nyaris 5 abad dari sejarah Islam, adalah mata air
yang berharga untuk kita reguk. Bagaimana nabi Muhammad membangun peradaban
arab jahiliyyah hingga bisa menjadi peradaban besar? Jawaban pertanyaan itu
akan sangat berharga untuk diaplikasikan di Indonesia, agar Indonesia mampu
menjadi Negara yang kuat nantinya.
Pengalaman kita akan membuat kita
kuat mengahadapi tantangan dan masalah. Bahkan masalah dan cobaan membuat kita
merasa tangguh, bahagia dan digdaya. Sebagaimana celetukan warga Inggris yang
hampir kena bom Jerman:
Aku berbaring di sana merasa bahagia tak terlukiskan dan menang. “Aku dibom!: aku terus berkata seperti itu kepada diri sendiri- mencoba-coba kalimat itu seperti baju baru untuk melihat apakah cocok. “Aku Dibom!..aku dibom-aku!”
oleh: Fanfiru
0 Komentar