Sindrom Metabolik vis a vis Makan Ala Rasul


Berbeda dengan zaman dahulu yang memiliki stigma bahwa kegemukan adalah tanda kemakmuran, saat ini kegemukan merupakan suatu masalah besar, terutama bagi kaum hawa. Proporsi tubuh ideal yang ramping dan beberapa bagian tubuh tanpa lemak bertumpuk menjadi idaman. Lebih dari itu, dari segi kesehatan, kegemukan memunculkan resiko penyakit jantung, kencing manis, tekanan darah tinggi, bahkan kanker. Mengerikan bukan?
Hal ini memicu bakat kreatifitas enterpreneur untuk menciptakan banyak “barang dagangan” untuk mewujudkan impian kaum hawa yang rela merogoh kantong sangat dalam demi tubuh ideal. Dari alat kesehatan olahraga, pemijat perut yang bergetar, bahkan pakaian—yang tanpa harus bersusah payah—yang mampu menguras lemak. Namun sebenarnya, apakah menjadi sehat dan tetap ramping harus sesulit dan semahal itu?
Kembali ke dalam perspektif kesehatan, obesitas sentral atau kegemukan yang terkonsentrasi di daerah perut lebih berisiko menimbulkan gangguan kesehatan karena dapat memicu terjadinya Sindrom Metabolik dibandingkan obesitas periferal. Apa itu obesitas periferal dan obesitas sentral? Apapula itu sindrom metabolik, mari kita bahas lebih dalam…

Apa itu Sindrom Metabolik?

kumpulan faktor risiko atau ketidaknormalan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner, Diabetes Melitus Tipe 2 (Kencing Manis) dan beberapa penyakit lain
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, obesitas sentral atau kegemukan yang terkonsentrasi di daerah perut lebih berisiko menimbulkan gangguan kesehatan karena dapat memicu terjadinya Sindrom Metabolik. Sekarang, silakan bercermin hingga seluruh tubuh anda terlihat di cermin, bagaimana bentuk tubuh anda? Apakah seperti apel atau pir? Obesitas sentral memiliki bentuk tubuh seperti apel, terkonsentrasi pada perut dan obesitas periferal memiliki bentuk tubuh seperti pir. Keduanya sama-sama—maaf ya—tidak enak dilihat, yah kecuali pada Ibu Hamil, karena walau bagaimana pun, yang tertimbun di bawah jaringan kulit itu lemak (dalam jaringan yang disebut adiposa)

Selain Penyakit Jantung Koroner dan kencing manis tipe 2, individu dengan Sindrom Metabolik juga berisiko mengalami beberapa kondisi lain seperti : PCOS (Polycystic Ovary Syndrome), perlemakan hati (fatty liver), cholesterol gallstones, asma, gangguan tidur dan kanker.
Tahun 2000 yang lalu dari sekitar 210 juta penduduk Indonesia, 17,5%-nya mengalami kelebihan berat badan dan 4,7% mengalami obesitas. Lantas apa bedanya kelebihan berat badan dan obesitas? Untuk kaum hawa pasti tidak asing dengan istilah BMI (Body Mass Index). BMI merupakan skala/standar yang digunakan untuk mengklasifikasikan apakah seseorang mengalami kegemukan atau ‘kekurusan’. Cara menghitung BMI, membagi berat badan anda dengan tinggi anda dalam meter, kemudian dikuadratkan dan di bawah ini klasifikasinya.

Classification
BMI (kg/m2)
Risk of comorbidities
Underweight
< 18.5
Low (but increased risk of other clinical problems)
Normal range
18.5 – 22.9
Average
Overweight
> 23
Increased
Pre-obese
23 – 24.9
Increased
Obese I
25 – 29.9
Moderate
Obese II
> 30
Severe
BMI Classification for Asian

Selain BMI, kita juga dapat mengetahui dari lingkar pinggang (langsung pegang perut)
Untuk wanita, jika lingkar pinggang < 80 cm termasuk normal, dan jika lingkar pinggang > 80 cm berisiko tinggi
Sedangkan pada pria, jika lingkar pinggang < 90 cm termasuk normal, dan jika lingkar pinggang > 90 cm berisiko tinggi
Nah, silakan introspeksi diri :)

Penyebabnya

Tanpa dijelaskan pun, saya yakin semua pembaca pasti mengetahui penyebabnya, salah satunya adalah permasalahan gaya hidup. Makan terlalu banyak, jarang olahraga, aktivitas berkutat pada makan, mandi, laptop, tidur dst. Sangat berbeda dengan gaya hidup yang disunnahkan Rasul saw.sebagai teladan kita.
Beliau menyukai olahraga: memanah, berkuda, berenang, bahkan lari bersama sang istri. Sedangkan kita berlari karena telat masuk kuliah atau kantor. Rasulullah makan sedikit, tidak seperti kita (mungkin), sedikit-sedikit, makan..
"Tiada seorang anak Adam (manusia)pun yang memenuhi sesuatu wadah yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah anak Adam (manusia) itu makan beberapa suap saja yang dapat mendirikan (menguatkan) tulang belakangnya. Oleh sebab itu, apabila perut itu mesti diisi, cukuplah sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga lagi untuk pernafasannya (jiwanya)."
"Kita - kaum Muslimin - adalah suatu kaum yang tidak akan makan sehingga kita merasa lapar dan apabila kita makan tidak sampai kekenyangan."
Dan hal ini, sudah ditakuti oleh Rasul saw. tercinta,
"Yang paling saya takuti di antara hal-hal yang saya takuti atas ummatku ialah besarnya perut, gendut karena banyak makan, terus menerus tidur, kegemaran tidur yang melampaui batas, malas-malasan dan lemahnya keyakinan, tidak mempunyai pendirian yang tegas dan mantap."
Apa yang ditakuti oleh Rasul saw.memiliki bahaya yang sangat besar. Dari hasil survei epidemiologi, kematian karena komplikasi hipertensi/darah tinggi, kolesterol, dan diabetes menduduki angka teratas. Sindrom metabolik ini berisiko besar dan bertanggung jawab atas penyakit-penyakit yang dapat menyerang organ vital. Tidak serta merta datang dan langsung sakit, namun perlahan-lahan namun pasti. Hati, jantung, ginjal, otak menjadi organ targetnya. Diabetes mellitus (kencing manis), hiperlipidemia (lemak tinggi), hipertensi (darah tinggi) menjadi three musketeer dalam komplikasi sindrom metabolik ini. Penjelasan masing-masingnya akan disinggung dalam artikel selanjutnya.
Dan hingga saat itu tiba, mari kita terus terapkan sunnah Rasul saw.yang mengajarkan kita dalam adab makan ini. Apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya  adalah kebaikan, jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang hingga saat ini. Masih ragukah kita akan tuntunan islam? Allaahu’alam bis shawab. (Diah)


Posting Komentar

0 Komentar