Masjid Ramah Anak-anak

sumber: 3.bp.blogspot.com
Di mata anak-anak, bukan 7 keajaiban dunia, tapi 7 juta (Walt Streightiff) 
There are not seven wonders of the world in the eyes of a child. There are seven million. - Walt Streightiff
Alkisah dulu saya pernah mengaji rutin sore hari di masjid x. Saya berkawan dengan banyak anak di sana. Suatu hari saya balapan sepeda dengan seorang anak, lalu saya berbuat curang dengen menyerempetnya dan dia terjatuh. Dia marah kepada saya, dan saya jadi merasa bersalah. Sejak saat itu saya tidak pernah lagi pergi ke masjid tersebut. Kejadian itu terjadi saat umur saya 10 tahun. Dan baru saat saya berumur 23 tahun saya berani pergi ke masjid itu lagi, butuh waktu 13 tahun bagi saya menghilangkan trauma.

Taraweh berjamaah di bulan ramadhan menunjukkan fenomena tersendiri. Bocah-bocah rajin datang ke masjid. Mereka datang dengan semangat dan juga dengan ribut. Naluriah anak-anak senang bermain-main, berlari-lari, hingga membuat kegaduhan di dalam masjid. Banyak orang maklum dan mengatakan, “ah namanya juga anak-anak”. Tapi bagi bapak-bapak yang ada di masjid, itu merupakan gangguan, dan habislah anak-anak tersebut dibentak dan dimarahi. Mereka pulang entah dengan perasaan apa. Saya bertanya-tanya bagaimana trauma yang terbentuk di hati para bocah tersebut. Bagaimana kesan masjid yang tercitrakan di benak mereka?
Setiap kali Anas bin Malik melewati sekumpulan anak-anak, ia pasti mengucapkan salam kepada mereka. Beliau berkata: “Demikianlah yang dilakukan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam .” (Muttafaq ‘alaih)
Ketua DKM Istiqomah Bandung, Ir Bambang Pranggono, MBA. , yang juga merupakan penulis buku “Percikan Sains dalam Al Quran” pernah suatu kali mengisi tabligh akbar dekat rumah. Beliau bercerita bahwa dulu beliau pernah memarahi bocah yang berlarian thawaf mengelilingi dirinya saat sedang sholat sunnah. Dimarahi oleh pria berjenggot putih, membuat sang anak mundur perlahan-lahan kemudian pergi. Pak Bambang sangat menyesali itu. Sejak saat itu beliau berprinsip untuk tidak terlalu keras pada anak-anak. Beliau menyarankan, coba nyalakan TV di rumah lalu sholat sunnah di depannya. Coba lah untuk tetap khusyu. Tips tersebut bermanfaat untuk melatih kemampuan kita konsentrasi. Hendaknya kita mampu konsentrasi sholat meskipun masjid hiruk pikuk bagaikan pasar karena keceriaan anak-anak.

Beliau berpesan bahwa pada akhirnya kita, bapak-bapak akan wafat. Saat kita wafat, siapa yang akan melestarikan masjid. Tentu tidak mungkin mayat kita disuruh sholat. Pada akhirnya anak-anak yang kita marahi itulah yang akan jadi pelestari masjid. Maka alangkah indah bila sejak dini generasi muda kita menganggap bahwa masjid adalah tempat yang nyaman dan bersahabat. Sehingga pemuda pemudi kita beraktifitasnya di masjid bukan di klub malam atau geng motor.
Dari ‘Aisyah Radhiallaahu anha ia berkata: “Suatu kali pernah dibawa sekumpulan anak kecil ke hadapan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , lalu beliau mendoakan mereka, pernah juga di bawa kepada beliau seorang anak, lantas anak itu kencing pada pakaian beliau. Beliau segera meminta air lalu memer-cikkannya pada pakaian itu tanpa mencucinya.” (HR. Al-Bukhari)
Masjid Alhidayah terletak di daerah kebon kembang, kelurahan Taman Sari, Kecamatan Bandung Wetan. Jika penat dari kuliah, seringkali saya mengasingkan diri di masjid tersebut untuk istirahat. Saat selesai  sholat berjamaah, kadang-kadang saya selalu menunggu momen anak-anak dimarahi oleh orang tua. Tapi saya belum berhasil menemukan tragedi tersebut. Seribut apapun kondisi di sana, bapak-bapak tetap kalem sholat. Tapi ternyata anak-anaknya pun tidak terlalu ribut. Ternyata aktivitas pemuda masjid yang membina anak-anak cukup berjalan. Salah satu aktivisnya adalah kawan saya bernama Naufal yang berkuliah di jurusan psikologi UPI. Apakah pemahamannya akan psikologi membuatnya mampu untuk membina anak-anak secara pas? Ketua DKM nya adalah Bapak Andi Suandi. Salah satu aktivis dan tokoh di masjid tersebut adalah Bapak Asep Rodhi, Anggota dewan dari Partai Keadilan Sejahtera. Saya mengenal beliau sebagai pribadi yang lembut dan santun. Apakah mungkin kelembutannya itu mengalir menjadi karakter jamaah masjid Al-Hidayah?
“Wahai anak, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: “Jagalah (perintah) Allah, pasti Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah, pasti kamu selalu mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi)
Setiap kesalahan anak tentu harus diluruskan, namun bagaimana caranya? Suatu kali di masjid dekat rumah saya, ada anak kecil yang berlarian di shaff sholat. Bapak-bapak memarahi, tapi sang bocah tetap berlarian. Lalu ada seorang pemuda, yang sepertinya kenal dengan si anak, menarik tangan sang anak kemudian memangku dan memeluknya. Sang anak pun diam. Dari sini saya belajar, dibandingkan amarah dan kesumat, cinta dan kasih sayang sering kali lebih efektif menyelesaikan permasalahan.

Posting Komentar

0 Komentar