Lima Tahun Awal Manusia, Lima Tahun Emas Kehidupannya


Kehidupan lima tahun pertama yang dilalui oleh anak merupakan pondasi dan bekal kehidupan mereka selanjutnya sampai dewasa. Kita sebagai orangtua terkadang mengabaikan semua hal terkait perkembangan lima tahun pertama ini, padahal kunci utama pembentukan karakter diri setiap orang dimulai di masa emas ini. tidak hanya itu sebagian besar pembentukan sisi – sisi kecerdasan emosi anak justru terbentuk dimasa 0 – 5 tahun pertama kehidupannya.

Mari kita lihat contoh dari manusia paling mulia di muka bumi ini, sang Murobbi kita sepanjang hayat, Rosulullah SAW. Bagaimana Allah mendidiknya sejak masih sangat belia. Beliau lahir sebagai yatim, dan tak lama setelah itu menjadi piatu. Kehidupan Muhammad kecil tidak mudah bagi anak seusianya, diusia belia beliau SAW, sudah diberi tanggung jawab untuk menggembala kambing, ikut berdagang bersama sang paman, disamping dia tetap menikmati masa – masa kanaknya dengan suka cita. Tapi begitulah Allah ingin mendidiknya menjadi manusia hebat pilihan Umat. Bukan setelah dewasa Allah menempanya dengan perih kehidupan, tapi sejak kecil bahkan sejak didalam rahim sang Bunda. Agar seorang Muhammad lahir menjadi sosok yang tangguh dan berkepribadian paripurna, untuk menjadi pemimpin bagi umatnya. 

Ada begitu banyak peristiwa yang menjadi moment pembelajaran bagi anak, apalagi setelah anak memasuki Pendidikan Anak Usia Dini  / TK. Saat itulah anak mengalami proses perkembangan emosi luar biasa menakjubkan. Melatih keberanian / percaya diri, kemandirian ( menolong diri sendiri ), menyelesaikan masalah sederhana dengan teman jika terjadi friksi, sampai anak belajar untuk menunda keinginan. Dan inilah saat – saat mereka menentukan dan menunjukan kualitas kecerdasan emosinya.

Selain di sekolah, rumah menjadi tempat paling penting untuk pembentukan perkembangan seorang anak. Ketika anak harus belajar berbagi dengan adik barunya, berbagi perhatian dan kasih sayang dari keluarga lain, juga berbagi pujian dari kedua orang tua atau keluarga.

Detik demi detik dalam kehidupan anak di masa emas ini semua sarat dengan bahan pembelajaran. Belajar bagi mereka adalah ketika proaktif merapihkan kembali mainan pada tempatnya, belajar bagi mereka adalah ketika makan, minum, memakai /melepas baju, dan mandi sendiri.  Belajar bagi mereka juga adalah ketika mengenal setiap aturan dan batasan yang ada di rumah, sekolah juga lingkungan masyarakat. Namun semua ini terkadang dianggap hal sepele bagi sebagian besar orangtua. Bagi sebagian besar orangtua atas nama kasih sayang semua tugas perkembangan anak itu diambil alih oleh mereka. Alasan klasik lainnya adalah “Kasihan kan mereka masih kecil”! padahal sejatinya setiap kita tak terkecuali orang dewasa masing – masing mempunyai tugas perkembangan yang memang harus dilalui dalam proses kehidupan ini. 

Jika setiap orang tua faham dengan tugas – tugas perkembangan anak dan mereka mau sabar mengikuti, mengawasi dan memfasilitasi proses ini maka tak ada lagi orangtua yang akan mengeluh tentang segala ‘kekurangan’ anaknya. Sayang itu bukan berarti selalu melayani, bukan tentang tega atau tidak, sayang bukan membebaskan yang tak terbatas karena setiap hidup ada aturannya dan anak harus belajar tentang itu. Sayang berarti kita faham dengan apa yang dibutuhkan anak, dan itu tak melulu tentang kecukupan materi, itu memang penting tapi  hal penting lainnya adalah  bekal keterampilan hidup bagi mereka. Gambaran kehidupan mereka ketika dewasa kita bisa lihat dan ciptakan sejak usia belia mereka. Struggle tidaknya mereka menjalani hidup ketika dewasa ditentukan dari pola pendidikan kita diusia emas mereka. Jika orangtua terlalu melindungi maka yang terbentuk adalah anak – anak yang lemah dan mudah menyerah, bukan mensterilkan karena itu akan melemahkan  tapi meng imun agar anak belajar untuk bertahan, mencari jalan keluar serta dapat memposisikan diri dengan baik dalam setiap kondisi.

 Dan  Allah mewanti – wanti  kita dalam Al – Qur’an cukuplah ini sebagai pengingat bagi kita orangtua : 

“ Dan hendaklah takut kepada Allah orang – orang yang seandainya  meninggalkan di belakang mereka anak – anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” ( QS. An – Nisa’ : 9 )

Bahasan ini  sebenarnya membutuhkan waktu berkelanjutan, oleh karenanya ini hanya prolog untuk membuka tema – tema selanjutnya yang akan kita bahas. In Sya Allah tulisan selanjutnya akan membahas mengenai “Tugas Perkembangan Anak Usia 0 – 5 Tahun” .  Selamat menjalani hari  dan menjalani peran luar biasa menjadi orangtua shalih...(Wanti)








Posting Komentar

0 Komentar