sumber: mangoesandpalmtrees.com |
Roy baumeister adalah seorang professor psikologi dari Florida State University. Ia mendedikasikan hidupnya meneliti di bidang pengendalian diri. Ada sebuah eksperimennya yang terkenal. Dia meminta beberapa mahasiswa untuk berpuasa sebelum pergi ke laboratorium. Lalu sesampainya mereka di lab. Mereka diminta duduk dalam sebuah ruangan dengan piring berisikan lobak, coklat dan permen. Mahasiswa A boleh memakan apapun makanan yang ada di piring itu. Mahasiswa B hanya boleh memakan lobak saja. Setelah proses makan dimakan tersebut kedua kelompok mahasiswa diminta menyelesaikan sebuah teka-teki yang tidak mungkin terpecah. Ada fakta menarik yaitu ternyata kelompok A, yang boleh memakan coklat dan permen, mampu bertahan mengerjakan teka-teki itu selama 20 menit. Sedangkan kelompok B, yang hanya boleh memakan lobak, dan harus menahan keinginannya memakan coklat, hanya bisa bertahan 8 menit. Ternyata ada kelompok mahasiswa ketiga yaitu mahasiswa C, yang berpuasa juga hanya saja tidak boleh memakan apapun dan belum melihat coklat dan permen, sehingga ia tidak harus melawan goadaan sebagaimana mahasiswa B. Bagaimanakah hasil prestasi teka-teki mahasiswa C? Ternyata sama dengan mahasiswa A, mampu bertahan 20 menit. Mampu mengalahkan kelompok B yang makan lobak. Perbedaan waktu tersebut adalah jarak yang besar untuk standar laboratorium.
Apakah kesimpulan dari penelitian
tersebut? Tentu bukan berarti lobak membuat orang tak bisa kerjakan teka-teki.
Peneliti mengambil kesimpulan bahwa yang dialami mahasiswa B, melawan godaan
coklat dan permen, adalah sebuah hal yang melelahkan dan menguras energy.
Sehingga energy jiwa mereka habis dan tak cukup untuk mengerjakan teka-teki.
Baumesiter mengatakan, “Will power, like a muscle, becomes fatigued from
overuse.” Artinya, motivasi itu seperti otot, bisa menjadi lelah ketika terlalu
sering digunakan. (Sumber: buku “What the
Most Successful People Do Before Breakfast” karya Laura Vanderkam)
Seringkali kita dinasehati bahwa
Ramadhan adalah bulan latihan. Namun sering terbesit pertanyaan, apa yang
dilatih di ramadhan ini. Latihan sholat? Bukankah tiap hari kita sholat.
Penelitian di atas seperti memberikan jawaban. Latihan memperkuat otot jiwa
kita.
Hidup manusia penuh godaan.
Godaan baju baru, godaan makan makanan tak sehat, godaan gadget yang lebih
canggih, godaan berbuat dosa. Menahan diri dari godaan ternyata tak sekedar
mengatakan “tidak”. Ada sumber energi yang kita kuras saat menahan godaan
tersebut. Maka mungkin kita merasakan lelah yang sangat saat menahan diri untuk
tidak membeli motor baru secara kredit atau menjauhkan diri dari maksiat, butuh
sebuah energi.
Dalam 10 kepribadian muslim, ada
satu poin berjudul Mujahidun Linafsih (Berjihad Melawan Hawa Nafsu). Seringkali
nafsu memang harus diperangi. Kadang nafsu yang diperturutkan mengantarkan kita
menuju penyesalan. Namun ternyata memerangi hawa nafsu itu bukanlah perkara
yang mudah. Butuh sumber energy yang mungkin habis dan membuat kita lelah. Tapi
sumber energi jiwa itu ternyata diilustrasikan ahli sebagai otot, bisa lelah
namun bisa juga dilatih, menguat, dan makin banyak kapasitasnya. Orang yang
seharian bekerja di kantor, hanya duduk, tapi sepulangnya langsung ambruk di
kasur, energi jiwanya terkuras.
Ramadhan dan puasanya ini
bagaikan memberikan kita latihan otot jiwa agar kuat di masa depan. Latihan
yang dilakukan di bulan puasa adalah memberi beban terhadap otot jiwa kita; beban
menanggung godaan. Maka saya mengandai-andaikan selepas puasa energi jiwa kita
akan kuat. Kita akan mampu berlama-lama mengerjakan tugas, berdiskusi, berpikir
rumit, berdebat bila perlu, mengambil
keputusan dilematis, menganalisis, berpikir, dan kelelahan mental lainnya.
Mungkin fakta itu pula yang menjadi alasan mengapa beberapa perang dalam
sejarah islam dimenangkan saat bulan ramadhan, saat energi jiwa para sahabat
sedang dalam posisi terkuatnya. Ramadhan melatih hati kita sehingga berjiwa
baja, menjadi manusia yang siap memimpin peradaban dan mampu menanggung
berbagai tantangan mental, yang tak sanggup dipikul oleh orang sezamannya
oleh: fanfiru
Bandung Malam yang Kelam, 30 Juni 2014
oleh: fanfiru
Bandung Malam yang Kelam, 30 Juni 2014
0 Komentar