Kemanakah Negeri Ini Akan Berlabuh?


Kemanakah negeri ini akan berlabuh? Setiap kapal yang sedang berlabuh di laut lepas, pastilah menuju dermaga sebagai tempat singgahan. Setiap pesawat yang sudah lepas landas, pastilah ada bandara yang dijadikan sebagai tempat mendarat. Setiap perjalanan pasti ada tujuan. Begitu juga dengan Ibu pertiwi yang kita cintai ini. Kekayaannya yang berlimpah dari darat dan laut. Manusianya yang ramah tanah dan baik hati, bahkan sampai ada yang rela menjual negerinya sendiri. Seperti lirik lagu yang sangat terkenal di zamannya  : “Kolam Susu”.

Bukan lautan hanya kolam susu,
katanye..
tapi kata kakekku,
hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu.

 

Kail dan jala cukup menghidupmu,
katanye..
tapi kata kakekku,
ikan-ikan kita, dicuri oleh banyak negara.

 

Tiada badai tiada topan kau temui,
katenye..
tapi, kenapa ramai orang tertiup angin kemana-mana.

 

Ikan dan udang menghampiri dirimu, katanye.. tapi kata kakek, Awas! ada udang dibalik batu.
 
Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman, tapi kata dokter intel, belum semua rakyatnya sejahtera,. banyak pejabat yang menjual kayu dan batu, untuk membangun surganya sendiri
(Dikutip dari film “Tanah Surga Katanya”)

Berbicara tentang negara tentu saja tak bisa lepas dari tiga unsur dasar yaitu pemimpin, rakyat dan wilayah yang dikuasai. Jika satu unsur saja kurang dari tiga hal tersebut tentu saja tidak terpenuhilah persyaratan berdirinya sebuah negara.

Pemilihan presiden merupakan suatu momentum yang menunjukkan betapa pentingnya peran rakyat untuk menentukan pemimpinnya. Ini juga ajang dimana calon presiden berlomba menaklukkan hati rakyat agar bersedia memilihnya. Indonesia negara yang demokratis, rakyat diberikan kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri.

Kemana negeri ini akan berlabuh? Jawabannya ada di tangan rakyat yang kemudian akan diamanatkan kepada mereka yang menjadi pemimpin terpilih. Sebagai bagian dari bangsa ini, tentu saja warga negara yang baik akan berlaku bijak untuk menentukan pilihannya. Lalu, dari mana kita harus memulai? Pemimpin yang baik haruslah memiliki kekuatan jiwa yang dahsyat yaitu kekuatan tekad, kesetiaan, pengorbanan, dan pengetahuan. 

Pilihlah pemimpin yang tekadnya membaja dan tak pernah melemah. Kekuatan kepemimpinan terbentuk dari keyakinan yang kokoh. Keyakinan untuk membawa suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Pilihlah pemimpin yang teguh kesetiaannya dan tidak tersusupi oleh penghianatan. Pemimpin yang setia itu tak lepas dari tekad untuk membawa perubahan bukan pemimpin yang diatur oleh kepentingan-kepentingan lain. Pilihlah pemimpin yang pengorbanannya tidak terbatasi oleh keserakahan dan kekikiran serta keluasan ilmu dan kematangan bukan dari pencitraan.

Perubahan tidak datang dengan sendirinya melainkan perlu usaha untuk mencapainya. Ini merupakan sunatullah yang berlaku dalam kehidupan manusia. “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d:11)

Rakyat adalah nahkoda yang akan menentukan kemana negeri ini akan berlabuh, pilpres (pemilihan presiden) merupakan lautan lepas yang bermuara pada satu tujuan yaitu perubahan.
Wallahu’alam.[Fauziah]

Posting Komentar

0 Komentar