Jatuh Bangun Aku Mencintai-Mu...


PKS membuat saya jatuh cinta, berkali-kali. Sekaligus saya campakan, berkali-kali. Setelah sedemikian panjang pencarian, disinilah akhirnya berlabuh hati ini. Sampai kapanpun, in sya Allah..

Saya masih kelas satu SMA saat pertama kali mengenal orang-orang itu. Kakak-kakak tingkat alim yang kostumnya selalu rapi jali. Mereka adalah orang-orang yang menurut saya istimewa. Sering kunjungi masjid, sekaligus sering berdiri di panggung sebagai jawara-jawara kelas saat pembagian rapor tiba. 

Saya hanya sempat mengagumi dari jauh, hingga akhirnya Allah beri kesempatan untuk bersua dalam kegiatan Pesantren Kilat ramadhan tahun itu. Tapi dasar anak bengal, kekaguman tinggal kekaguman. Selepas sanlat lepas pula kebiasaan baik yang digeluti selama ramadhan. Namun, kesan itu masih membekas. Kesan yang masih selalu terasa mengagumkan.

Naik kelas menjadi kelas dua tidak membuat saya membaik. Malah semakin menjadi. Saya bergaul dengan geng anak muda yang begajulan. Bolos sekolah pun menjadi kebiasaan yang menyenangkan. Hingga puncaknya, orangtua saya dipanggil sekolah karena anaknya sudah tidak masuk sekolah selama dua bulan.  Tapi, memang dasar bengal! keasyikan bolos membuat saya merasa malas ada di kelas. Rasanya, atmosfer seisi kelas sudah sangat tidak nyaman. Asing. Akhirnya saya putuskan untuk melanjutkan kebiasaan bolos itu. Bahkan kali ini saya sudah asyik bolos sendirian, bukan lagi dengan kawan-kawan di geng.

Bolos sudah begitu membuat diri ini nyaman. Entah kenapa. Tapi anehnya, saya tidak pernah pergi jauh dari sekolah untuk bolos. Malah saya lebih suka bolos dari kelas dan pergi ke masjid sekolah. Bukan untuk taubat, sholat apalagi qiraat, tapi untuk tidur-tiduran dan corat-coret gak karuan. Saya tidak peduli. Bagi saya cara bolos ini terasa nyaman sekali. Dan Allah menakdirkan di masjid inilah saya bertemu lagi dengan kakak-kakak 'super' itu. Awalnya saya cuek saja. Lama-lama, hati ini tergerak untuk curi-curi dengar pembicaraan mereka, karena mereka memang sering kumpul di masjid. Sampailah di suatu hari saya mendengar materi "Tawadzun (keseimbangan)" dari obrolan mereka. Nyess...kena banget di hati!

Lain kesempatan saya beranikan diri membuka obrolan dengan pemateri yang membimbing kakak tingkat saya. Di situlah saya mengawali mentoring. Ngaji hingga lulus sekolah.

Hidup ini selalu ajarkan saya jatuh dan bangun berkali-kali. Dan ngaji saya pun naik-turun. Kadang rajin, lebih banyak malasnya. Kadang sholeh, lebih banyak galaunya. Apalagi saya memang berasal dari keluarga yang kurang harmonis, kalau tak boleh dibilang berantakan. Ditambah, kakak pembina ngaji saya sekarang jauh, kuliah di Turki sana. Lebih membuat ringkih, saya tidak punya aktivitas. Semua teman kuliah sedangkan saya tidak. Pengangguranlah saya... Hingga kebiasaan "iktikaf" di masjid itu saya lakukan lagi. Tidur-tiduran tanpa tujuan. Masjid kampus biasanya saya sasar, sekedar supaya disangka anak kuliahan.

Sungguh Allah pembuat skenario terbaik. Disana. Di masjid kampus itu. Ya..disana Allah menakdirkan kami bertemu kembali. Saya bertemu lagi dengan kakak jauh dari Turki itu lagi! Mengobrol-lah kami panjang lebar. Saya pun meminta nomor kontaknya.

Lama waktu berlalu. Saya masih luntang-lantung. Kakak saya itu pergi lagi ke Turki. Pantas saja sms saya tak kunjung berbalas. Hingga sekian lama, barulah sms jawaban sampai ke nomor ponsel saya. Kelihatannya sulit bagi beliau bolak-balik Indonesia sering-sering untuk berdiskusi dengan saya. Maka, seseorang pun beliau rekomendasikan untuk saya hubungi. Alhamdulillah, Allah menggerakkan saya untuk menghubungi nomor tersebut, karena hingga sekarang pemilik nomor itu menjadi tempat saya berguru serta menjadi wasilah (jalan-red) bagi saya bisa merasakan kembali manisnya iman dalam sebuah lingkaran bernama halaqoh.

Sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini tlah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu

Bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan

Kuatkanlah ikatannya
 Kekalkanlah cintanya
Tunjukilah jalan-jalannya
Terangilah dengan cahyaMu yang tiada pernah padam
Ya Rabbi..bimbinglah kami...


Story by : "Pri" . (RD)


 

Posting Komentar

0 Komentar