Saat Hati Merasa Gentar Berjuang


Pernahkah kita merasa gentar saat berjuang? Barangkali karena merasa perjuangan yang sedang kita tempuh adalah perjuangan yang amat berat? Atau karena perjuangan itu memaksa diri kita berhadapan dengan lawan yang memiliki kekuatan yang besar? Jika anda pernah mengalaminya, bersyukurlah. Anda sedang disuguhkan bakal kemenangan yang besar.

Mengenai hal ini, marilah kita belajar dari kisah Shahabat Nabi, Miqdad bin Amr. Beberapa dari kita mungkin asing dengan nama ini, karena riwayatnya tidak banyak diceritakan. Mekipun begitu, sebenarnya Miqdad bin Amr ini termasuk orang yang pertama-tama memasuki Islam dengan terang-terangan, hingga ia harus menerima kekejaman kaum Quraisy pada masa itu.

Miqdad bin Amr dikenal sebagai orang yang pertama memacu kudanya menuju peperangan di jalan Allah, karena setiap kali ada panggilan perang ia lah yang pertama kali sampai di depan Rasul SAW dengan kudanya.

Kisahnya melawan rasa gentar berjuang di hati kaum muslimin pertama kali terjadi pada saat menjelang Perang Badar. Pada saat itu keadaan pasukan muslim benar-benar sedikit lagi lemah persenjatannya. Sementara kaum Quraisy sangat banyak dengan berbagai persiapan perangnya. Inilah perang pertama yang harus dilalui umat muslimin, dimana mereka belum memiliki pengalaman sebelumnya, serta harus menghadapi musuh yang berasal dari keluarga dan kerabatnya sendiri. Sungguh keadaan yang benar-benar membuat nyali kaum muslimin gentar. 

Melihat kondisi yang demikian menegangkan, Rasul SAW menguji kesiapan pasukan muslim dengan cara mengajaknya bermusyawarah. Agar menjadi jelas pendapat masing-masing prajurit dan menguatkan tekad bersama. Pada saat itu Miqdad bin Amr khawatir jika ada diantara kaum muslimin yang merasa berat dan gentar dalam berjuang. Miqdad pun ingin menyatakan kalimat-kalimatnya untuk menghalau rasa berat dalam berjuang. Akan tetapi, dua orang Shahabat utama, Abu Bakar ra dan Umar Bin Khattab ra mendahului pembicaraannya sehingga Miqdad menunda keinginannya. Keduanya menyampaikan kalimat yang sangat menakjubkan.

Tibalah saatnya Miqdad berbicara, "Wahai Rasulullah, laksanakanlah apa yang dititahkan Allah, dan kami akan bersamamu. Demi Allah kami tidak akan berkata seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa, 'Pergi dan berperanglah kamu bersama Tuhanmu, sedangkan kami akan duduk menunggu disini.' Tetapi kami akan mengatakan padamu, 'Pergi dan berperanglah bersama Tuhanmu, dan kami ikut berjuang bersamamu.' Demi Dzat yang telah mengutusmu membawa kebenaran! Seandainya engkau membawa kami ke dalam lautan lumpur, kami akan berjuang bersamamu dengan tabah hingga mencapai tujuan, dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan di sebelah kirimu, di bagian depan dan di bagian belakangmu, hingga Allah memberikan kemenangan kepadamu."

Ungkapan itu bagaikan peluru yang terlepas dari senapan, begitu pas menuju sasaran. Rasul SAW pun berseri-seri mendengarnya. Kata-kata Miqdad ini membangkitkan kembali semangat juang pasukan muslim, hingga akhirnya mereka memperoleh kemenangan yang besar dalam Perang Badar.

Demikianlah, kita mungkin seringkali menemukan kondisi-kondisi dimana sebuah perjuangan membuat diri kita gentar. Barangkali karena tingkat kesulitan perjuangannya, lawan yang menggetarkan, atau kondisi-kondisi lain yang membuat kita terkadang ingin mundur dari medan perjuangan. Sungguh rasa gentar itu adalah fitrah yang Allah ciptakan di hati manusia agar mereka bisa merasakan takut. Namun rasa takut itu tentu ada muaranya. Kepada Allah sajalah seharusnya rasa takut kita tambatkan. Sementara dalam berjuang, ingatlah bahwa pertolongan Allah sangat dekat. Lebih dekat dari urat nadi kita. 

Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini, dan menguatkan kembali pundak-pundak kita semua menempuh perjuangan panjang dalam kehidupan. (RD)

--Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Khalid Muhammad Khalid (Versi Tahqiq)


Posting Komentar

0 Komentar