Masih edisi mapay lembur,
pagi ini Gegerkalong sangat cerah, tak seperti beberapa hari sebelumnya yang selalu dibalut mendung. Sebelumnya kami berkumpul untuk membagi-bagi amunisi.
Saya dan dua orang rekan kebagian menyusuri Kelurahan Isola, RT 03 dan 04 RW 05. Mapay Lembur memang tak pernah kehabisan cerita untuk dibagi. Ketika kami membagi-bagikan amunisi berupa profil AherDemiz, stiker persegi, stiker motor, dan kalender, ada obrolan singkat yang terbangun dari sebuah pertanyaan pragmatis, “Neng, gak ada duit nya ini teh?” tanya mereka serius. Saya hanya bisa tertawa mendengar pertanyaan tersebut. “Sok saya mau nempelin ini stiker di gerobak baso asal dikasih uang 5 ribu aja.” timpalnya lagi. Saya tambah tertawa dibuatnya.
“Ibu punya anak?”
“Punya neng, kunaon?”
“Kelas sabaraha bu?”
“Aya nu
SMP aya nu SMK, aya nu tos damel.”
Nu
SMP mayar teu bu sakolana?”
Alhamdulillah
gratis neng.
“Nah, SD SMP gratis teh itu
program pak Gubernur bu. Sekarang untuk SMA lagi diusahakan untuk gratis juga. Sok lah ku ibu dibandingkeun duit lima rebu
ayeuna, jeung biaya sakola gratis, enak mana?”
Si Ibu tertawa. “Iya juga sih, neng, hahaha,”
Ketika kami mau beranjak pergi,
si ibu sambil senyum sempat menyampaikan aspirasinya kepada kami, “Neng, titip
ke Bapak tolong usaha mikro kecil menengah teh lebih diperluas lagi, supaya
usaha baso saya bisa lebih maju, dikasih arahan gitu neng, timpalnya sambil
tertawa.”
“Insya Allah, minta doanya saja
ya Bu, semoga tetap amanah.”
Kami pun berpamitan, dengan
membawa pulang pengalaman berharga.
Pemikiran tentang duit memang sudah mengurat akar di pikiran sebagian masyarakat.
Sebetulnya hanya butuh sedikit pencerdasan mereka akan mampu melihat dari sisi
yang berbeda. Interaksi sosial, itulah yang mesti kita bangun dan pelihara.
Bukan hanya di momentum menjelang pilgub saja, juga di masa-masa yang akan
datang.
Maju Terus AherDemiz!
-Yeni
Rahmadhani Chaniago-
DPC Sukasari
0 Komentar