Melemahnya nilai tukar mata uang
rupiah 15.241 per Dollar AS (Senin 8/10/2018) membuat perekenomian Indonesia
semakin jatuh terpuruk. Menurut Politikus PKS, Handi Risza kebijakan pemerintah
menentukan nasib ekonomi Indonesia kedepannya.
Handi Risza saat memaparkan kondisi perekonomian Indonesia
Pemerintah dapat memikirkan rencana jangka panjang, yakni dengan mengembalikan neraca perdagangan agar kembali positif. Pasalnya neraca perdagangan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus berfluktuasi semenjak tidak adanya kebijakan industri yang kuat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dari
berbagai statementnya kembali mengungkapkan bahwa faktor yang menyebabkan pelemahan
rupiah adalah faktor eksternal, yaitu munculnya sentimen akibat defisit
anggaran yang besar tengah dihadapi Italia. Pernyataan ini tidak jauh dengan
pernyataan sebelumnya, sentimen terhadap Turki, Argentina dan sekarang Italia.
Ini menunjukkan Pemerintah selalu melihat keluar tanpa melihat sumber persoalan
yang ada di dalam negeri.
Kita bisa lihat bagaimana
kebijakan-kebijakan fiskal yang sudah dikeluarkan Pemerintah ternyata kurang
efektif dalam memperbaiki keadaan. Pemerintah telah mengeluarkan beragam
kebijakan pengendalian impor untuk komoditas tertentu. Tetapi faktanya sampai
saat ini belum bisa mengurangi tekanan terhadap rupiah.
Selama perbaikan terhadap fundamental ekonomi nasional tidak
tersentuh, maka tekanan terhadap rupiah masih akan terjadi. Apalagi kita tau
masih akan ada kenaikan FED pada akhir tahun ini, kondisi geo politik timur
tengah yang labil akan bisa mempengaruhi harga minyak.
Oleh sebab itu, pembenahan
kedalam sangat penting dan mendesak. Perbaikan terhadap defisit transaksi
berjalan dan perdagangan ujungnya adalah kebijakan industri yang kuat dan
tangguh, daya saing, ekspor-impor dan tenaga kerja. Selama persoalan tersebut
tidak bisa diselesaikan dengam baik, maka rupiah akan sangat rentan dengan perubahan
yang terjadi secara eksternal, akibatnya rupiah lebih banyak di kontrol oleh
faktor eksternal. Jadi bisa dipahami jika yang bisa kita lakukan saat ini baru
sekedar memoles fiskal, belum menyelesaikan persoalan yang sebenarnya.
Pasalnya, pertumbuhan ekspor
Indonesia sangat lamban. Bahkan kejar 16 paket kebijakan yang sudah dikeluarkan
Pemerintah dirasakan kurang efektif untuk mendorong peningkatan ekspor
Indonesia.
Pemerintah bisa lebih memilih
kebijakan yang berorientasi kepada pengembangan ekspor. Karena diharapkan akan
bisa mengurangi defisit perdagangan, bahkan juga akan memperkuat fundamental ekonomi nasional dimasa yang
akan datang.
0 Komentar