Dedy Mizwar Bentangkan Mati Suri



Biasanya manusia dikatakan sedang mengalami mati suri atau istilah kerennya near death experience (NDE), ketika berada dipintu antara kehidupan dan kematian. Konon kata dokter, pada kondisi ini manusia tidak dapat menggerakkan apapun karena detak jantungnya terhenti, namun kondisinya belum benar-benar mati karena sebenarnya aktivitas sel-sel tubuh masih ada, hanya kondisinya sangat lemah. Hiiii...serem.

Lalu selain manusia, adakah makhluk lain yang  juga mengalami mati suri ini?  Ada ternyata Saudara
Salah satunya seperti yang dibentangkan Wakil Gubernur Jabar Dedy Mizwar baru-baru ini di Grand Hotel Lembang.

Siang itu dengan suara serak akibat road show yang tak lagi terelak, Demiz panggilan akrabnya, memberi sambutan sekaligus membuka Pelatihan Koperasi Syariah yang diadakan Dinas Koperasi Jawa Barat bekerjasama dengan Insan Koperasi Syariah Indonesia atau Ikosindo dari 19-21 Mei 2017.

Menurut pemeran Naga Bonar ini, Koperasi sebagai sendi ekonomi masyarakat di Jabar banyak yang mati suri, bahkan tak sedikit yang gulung tikar. "Jabar sebagai lumbung ulama dimana setiap kata-katanya diikuti pengikutnya, seharusnya ikut berperan memotivasi jamaah untuk peduli pada keberadaan Koperasi Syariah", demikian harapan digantungkan pada para pewaris Anbia. Agar geliat Koperasi Syariah masuk disetiap desa di 27 kota / kabupaten se-Jawa Barat.

Ketika Koperasi Syariah yang mati suri, dimana letak kesalahannya?
Memang hampir semua peserta pelatihan mengakui, dalam mengelola usahanya belum sepenuhnya memahami managemen resiko. Sehingga materi Manajemen Risiko yang disampaikan Rury Ihsania Cahyaningtyas dari Jogjakarta menjadi menarik diikuti dari awal hingga akhir sesi. Rury menjelaskan delapan manajemen risiko sebagaimana yang diterapkan perbankan harusnya diterapkan pula dalam pengelolaan Koperasi Syariah. Kedelapan risiko tadi adalah:
  • Risiko Pasar, terjadi akibat perubahan suku bunga dan nilai tukar mata uang
  • Risiko Kredit, risiko akibat pembayaran kredit macet
  • Risiko Likuiditas, risiko karena gagal melakukan pembayaran yang jatuh tempo
  • Risiko Operasional, biasanya akibat faktor manusia atau sistim yang diterapkan
  • Risiko Hukum, risiko ini biasanya timbul adanya tuntutan hukum pihak ketiga
  • Risiko Reputasi, adalah risiko atas persepsi negatif masyarakat terhadap kondisi perusahaan
  • Risiko Srategik, biasanya terjadi akibat salah menerapkan strategi bisnisnya
  • Risiko Kepatuhan, risiko ini akibat tidak mentaati regulasi yang ada 
Maka perlu diantisipasi dengan menganggarkan khusus biaya resiko dengan perhitungan yang matang. Juga kehati-hatian dalam recruitment calon anggota perlu dilakukan. Tak kalah penting karyawan harus punya bekal ilmu bagaimana taktik men-survey calon debitur. Bukan hanya yang nampak kasat mata saja tapi kararter seseorang harus jadi penilaian utama, sebagai bahan analisa.

Tidak cukup sampai disini, untuk mengantisipasi agar tak terjadi mati suri atau bahkan bangkrut sama sekali. Pengawasan terhadap akuntansi pembukuan, disiplin keuangan dan kebijakan harus ada kontrol dan pengawasan.

Jika semua antisipasi sudah dilakukan dan kerugian tetap terjadi dan satu satu nasabah meninggalkan pergi ini tak lepas dari takdir Yang Maha Memiliki. Karenanya Iwan Setiawan, trainer sekaligus Ketua Ikosindo Jabar memberikan resep 1 lagi yang harus diantisipasi, dan ini harus ditempatkan sebagai acuan prioritas, yaitu:
  • Risiko tidak mendapat ridho Allah. Meski segala risiko sudah diantisipasi, namun jika tanpa menghadirkan Allah dalam setiap kegiatan, bisa-bisa mengundang risiko Allah tak memberikan keridhoan dan tak mustahil gulung tikar.
Sehingga yang harus ditempuh secara sungguh-sungguh adalah memantaskan diri agar pantas untuk mendapat pertolongan Allah. Begitulah seharusnya sebuah lembaga keuangan yang bernafaskan Islam dijalankan.

(Frieda, Juru Catat) 

Posting Komentar

0 Komentar