Aksara |
dan pengetahuan bisa dengan melalui berbagai pendekatan. Salah satunya adalah melalui
pendekatan akar budaya. Dan salah satu kunci akar budaya itu adalah melalui bahasa.
Sebagai wujud keharusan untuk memuliakan bahasa sunda sebagai bahasa pengantar dakwah,
Bidang Seni Budaya DPD PKS kota Bandung bekerja sama dengan Lingkung Seni bandung Nanjung
menggelar Pelatihan Da’i Basa Sunda pada hari Sabtu 28 Mei 2016.
Adapun arahan atau tujuan diadakannya pelatihan ini adalah agar kader PKS atau para da’i dapat
memahami tentang pentingnya memiliki kebanggaan terhadap bahasa ibu, dapat memahami bahwa
berbahasa daerah itu mudah (reframing), dapat memahami tentang tata bahasa sunda yang baik
dan benar (undak usuk basa), serta dapat memahami tentang bahwa betapa tingginya rasa
emosional khalayak orang sunda dengan kemasan dakwah berbahasa Sunda. Sehingga peserta
digiring untuk dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat Sunda terhadap dakwah bernuansa
Bertempat di Aula DPD PKS Kota Bandung Jl. Brigjen Katamso 17 Bandung, Acara ini dihadiri oleh
kurang lebih 60 peserta laki-laki dan perempuan dari utusan seluruh DPC PKS se-kota Bandung.
Tampak antusiasme dari seluruh peserta, dari awal acara digelar hingga ditutup dengan workshop
yang dikemas dengan sangat interaktif.
Antusiasme peserta didukung dengan hadirnya tiga pembicara dari masing-masing latar belakang
profesi yang ketiganya memiliki konsentrasi dalam memuliakan bahasa Sunda. Pembicara pertama,
Bapak DR. Tedi Muhtadin, seorang akademisi dari jurusan Sastra Sunda Unpad yang membawakan
beberapa teori berbahasa yang baik dan benar. Pembicara kedua, seorang tokoh ulama sekaligus
pengurus Masjid Raya Bandung, -K.H. Asep Totoh Ghazali-. Beliau adalah seorang mubaligh yang
memiliki kelenturan berbahasa Sunda yang interaktif dengan para mustami’nya. Sementara
pembiacara ketiga adalah Miarti Yoga, seorang penulis sekaligus public speaker bahasa Sunda seperti
MC pernikahan dan atau sejenisnya.
Adapun konklusi yang didapat dari hasil pelatihan tersebut adalah bahwa betapa pentingnya para
juru dakwah atau siapapun kita yang menebar ‘amar ma’ruf nahy munkar untuk bersama-sama
melakukan pendekatan bahasa dalam efektivitas dakwah. Selanjutnya, sebagai juru dakwah.
dituntut untuk memiliki keberanian untuk memulai atau mencoba berinteraksi dalam bahasa Sunda,
sekalipun masih berbahasa Sunda pasif. Karena pada prinsipnya, menyelami budaya suatu daerah
adalah dengan cara menyelami karakternya. Oleh karenanya, salah satu bekal berhasa Sunda adalah
dengan mendahulukan karakter yang melekat pada orang Sunda. dan konteks someah hade ka
semah adalah salah satu filosofi yang dijadikan acuan dalam mengaplikasikan dakwah melalui
pendakatan bahasa Sunda.
0 Komentar