pksbandungkota.com - Bandung merupakan kota yang
memiliki banyak ciri khas, salah satunya ialah jajanan. Salah satu jajanan yang
terkenal ialah somay bandung. Berawal dari kegemaran makan somay, seorang
mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri di Jatinangor bernama Afina Putri
membuat inovasi somay menjadi makanan unik nan sehat. Fina, panggilan akrabnya,
awalnya mengaku terdapat penjual somay di lingkungan kampusnya, namun tidak ada
yang enak.
Bersama tiga temannya, Fina,
membuat somay unik yang bahan dasarnya
bukan ikan, melainkan ayam. Somay tersebut tidak hanya unik karena berbahan
dasar ayam, namun unik juga karena berisi sayuran. Fina, saat diwawancarai
bercerita bahwa pada saat ia ingin memuai usahanya bertepatan dengan didakannya
perlombaan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM). Jika ingin mengikuti lomba
tersebut, haruslah membuat inovasi yang kreatif.
“Akhirnya dipilih somay sayur,
tapi bahan dasarnya pake campuran daging. Tapi, komposisi paling banyaknya tuh sayur,”
katanya. Sebelum memulai usaha, Fina dan ketiga temannya menemui seorang dosen
di kampusnya yang sering membantu mahasiswa yang ingin berwirausaha. Dimintalah
untuk membuat beberapa resep dan dicoba oleh mahasiswa di lingkungan kampusnya.
Akhirnya, salah satu resep paling disukai yang terpilih.
”Sayurnya terpilih brokoli dan
paprika awalnya. Karena, sebelumnya di adain riset kecil-kecilan. Brokoli dan
paprika ga banyak disukai banyak orang, padahal brokoli mencegah kanker dan
paprika ternyata vitamin C-nya lebih tinggi dari jeruk. Tapi, rasanya dianggap
aneh,” ungkap Fina.
Keempat wirausahawan muda
tersebut memberikan nama Somsay alias Somay Sayur sebagai merk dagang. Usahanya
memang belum mendapat sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Namun, sedang mereka usahakan. Fina mengaku prosesnya cukup panjang. Sebelum
mendapatkan sertifikat MUI, produknya harus mendapatkan sertifikat keamanan
pangan di puskesmas terdekat dan uji lab dan kandungan. Pemilik usaha juga
harus mendapatkan sertifikat Paangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) dengan
mengikuti mengikuti beberapa ujian seperti ujian tertulis bagi pemilik dan uji
tempat produksi.
Sasaran produk Fina dan
kawan-kawan pada awalnya untuk kelas menengah ke atas karena sayuran yang
digunakan menjadi bahan cukup mahal. Produki dipasarkan kepada mahasiswa di
beberapa kantin fakultas di kampusnya. Kini, ia juga merambah ke media sosial. “Kita
udah merambah di IG, @Somsay_ID dan official
LINE. Jadi bisa pesen dari situ. Tapi, sistemnya PO (pre-order)” kata Fina.
Walaupun sistemnya PO (pre-order), jangka waktu diberikan
kepada konsumen hanya sehari saja. Minggu diproduksi, lalu Senin dikirim. Bagi
konsumen di luar Pulau Jawa pun begitu. Hanya dikirim dengan paket satu hari
sehingga rasa tidak berubah. Ia tak berani mengambil resiko kalau saja di jalan
terpengaruh suhu bisa jadi lebih cepat berjamur.
“Somsay gapake pengawet sama
sekali. Kalau uji kadaluarsa insyaAllah keluar minggu ini. Uji daya tahan
sebenarnya bisa uji sendiri. Kalau disuhu ruangan, kuat tiga hari. Kalau di
kulkas bisa sampai dua minggu,” ungkapnya.
Harga yang dipatok untuk kemasan ricebox dengan isi empat buah ialah
Rp15ribu dengan rasa original dua buah, satu brokoli, dan satu lagi paprika.
Untuk kemasan vakum berisi lima belas buah dengan satu rasa yang sama. Original
seharga Rp30ribu, brokoli Rp36ribu, dan paprika Rp37ribu.Konsumen tinggal mengukus somay sekitar tiga
puluh menit sebelum disajikan.
Fina mengaku jalan yang dilalui
bersama ketiga temannya untuk menjadi pengusaha tidaklah mudah. Sejak awal,
motivasinya untuk menjadi pengusaha ialah ingin mandiri dan memenuhi muhashafat
Muslim-Muslimah yang terakhir yaitu diusahakan, bukan diwajibkan untuk memiliki
usaha. Baginya yang juga seorang mahasiswa, ia harus pintar dalam mengatur
waktu untuk belajar, berorganisasi, dan menjadi pengusaha.
Harapan Fina dan kawannya ialah
menyaingi merk besar dan ingin masuk ke pasar yang lebih besar seperti pasar
swalayan. Tak hanya itu, ia juga ingin agar produknya lebih dikenal masyarakat
di Indonesia. (Fai)
0 Komentar