Hadapi MEA, Jangan Jual "Bahan Mentah"



KOTA BANDUNG -- Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) telah berlaku sejak 31 Desember 2015, artinya MEA efektif pada Tahun 2016 ini. Dengan diberlakukan MEA, Indonesia khususnya Jawa Barat harus mampu menghadapi segala tantangan yang ada agar dapat bersaing dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara
lainnya.

"MEA adalah pilihan pasti, tidak ada tawar menawar, kita tidak bisa mundur," ungkap Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) saat membuka Seminar 'Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)', di Hotel Horison Bandung, Kamis (28/04/16).

Kegiatan Seminar yang diinisiasi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat ini pun ditujukan untuk meningkatkan kerjasama antara BPS, Pemerintah, Praktisi, Pelaku Ekonomi, Asosiasi, dan Akademisi untuk
berkontribusi optimal dalam mengkaji perbaikan dan penyempurnaan kualitas data perekonomian di Jawa Barat, dalam rangka menghadapi MEA. Sekaligus memantapkan penyelenggaraan Sensus Ekonomi (SE) 2016.

Menurut Aher, terdapat empat hal yang akan menjadi fokus utama MEA. Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara akan dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi sehingga akan membuat arus
barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan *skilled labour* menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Kedua, MEA akan membentuk sebuah kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi. Ketiga, MEA akan menjadi kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata. Keempat, MEA akan berintegrasi secara penuh terhadap perekonomian global.

Maka untuk menjawab tantangan ini, Gubernur Aher menuturkan, dibutuhkan upaya terobosan berupa solusi yang bersifat percepatan dan terobosan pada berbagai bidang pembangunan dalam menghadapi MEA. Salah satunya yaitu dengan membangun industri yang mandiri.

Artinya Sumber Daya yang dimiliki, perlu diolah dari hulu sampai hilir di dalam negeri. Berarti, sebuah produk dari mulai bahan mentah (sumber daya) hingga barang jadi/ siap dipasarkan. Perlu diolah sekaligus di dalam negeri
untuk meningkatkan nilai jual.

“Bila sebelumnya kebanyakan industri di Indonesia menjual bahan mentah ke 'luar'. Kemudian oleh 'pihak luar' diolah menjadi barang jadi yang bernilai 'fantastis'. Sudah saatnyalah barang jadi tersebut diproduksi sendiri,
secara mandiri. Sehingga akan membentuk daya saing yang kuat bagi industri di negeri kita,” kata Aher.

"Untuk mengakselerasi perekonomian di era MEA ini, kuncinya adalah kita membangun kemandirian dengan cara melakukan sebuah tindakan ekonomi dari hulu ke hilir. Artinya kita harus mengolah produk dari mulai bahan dasar
hingga ke barang jadi. Kita kalau tidak begitu kalah bersaing dengan orang luar kan," katanya.

"Kalau kita ahli menjual barang mentah mereka (asing) ahli menjual barang jadi kan bahaya. Nilai tambah itu terjadi ketika kita berhasil mengolah bahan mentah (hulu) menjadi barang jadi (hilir)," ujarnya.

*Sensus Ekonomi*

Terkait Sensus Ekonomi 2016, yang akan dilaksanakan 1- 31 Mei Tahun ini. Aher berharap SE 2016 kali ini dapat menjadi koreksi yang memperbaiki/menyempurnakan data-data perekonomian yang kurang valid pada sensus- sensus sebelumnya.

SE2016 merupakan pendataan seluruh sektor usaha secara menyeluruh (selain sektor pertanian) sehingga mampu memberikan gambaran lengkap tentang level dan struktur ekonomi non-pertanian berikut informasi dasar dan
karakteristiknya.

Selain itu juga akan diketahui daya saing bisnis di Indonesia pada umumnya dan Jawa Barat khususnya, serta penyediaan kebutuhan informasi usaha. Hal ini tentunya dapat dimanfaatkan para pelaku ekonomi untuk menguatkan daya saing dan strategi pengembangan usaha, juga para akademisi.

Lebih lanjut, hal yang akan diperoleh dari  Pelaksanaan Sensus Ekonomi 2016 antara lain: Pemetaan potensi (level) ekonomi menurut wilayah, jenis, dan pelaku usaha, benchmarking PDB/ PDRB, ketenagakerjaan, tersedianya *Sampling Frame* untuk berbagai kegiatan survei di bidang ekonomi (Survei Harga,
Survei Produksi, Survei Distribusi, Survei Jasa, adhoc dan lain- lain).

Kemudian, terbangunnya basis data dan *benchmark updating* Integrated Business Register (IBR), karakteristik usaha menurut skala usaha, karakteristik usaha unik seperti franchise, e- commerce, on line business,
Multi Level Marketing (MLM), pemetaan daya saing bisnis berdasarkan wilayah dan tinjauan prospek bisnis dan perencanaan investasi di Indonesia.

Hadir pada Seminar Kepala BPS Provinsi Jawa Barat Bahdi Ruswana, kepala OJK Regional II Jabar Sarwono, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Soeko Wardojo, Guru Besar Unpad Popy Rupaidah, Para Rektor PTN/ PTS, Para Pimpinan BUMD/ BUMN, Kepala BPS Kabupaten/ Kota se- Jawa Barat para
Kepala OPD lingkup Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Posting Komentar

0 Komentar