pksbandungkota.com - Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, orang-orang miskin dari kalangan Muhajirin datang kepada Rasulullah SAW, mengadukan kemiskinannya. Mereka berkata, “Orang-orang kaya pergi dengan membawa kedudukan yang tinggi dan kenikmatan abadi. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa melaksanakan haji, umrah, berjihad, dan bershadaqah.” Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang dengannya kalian bisa menyusul orang yang telah mendahului kalian dan jauh meninggalkan orang yang datang sesudah kalian. Tak seorangpun yang lebih mulia dari kalian kecuali ia melakukan seperti yang kalian lakukan?” Mereka menjawab, “Kami mau, ya Rasulullah.” Beliau bersabda, “Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir tiga pulah tiga kali setiap selesai shalat.”Setelah itu mereka kembali menghadap Rasulullah SAW, dan mengadu, ‘Saudara-saudara kami orang-orang kaya itu mendengar apa yang telah kami lakukan, lalu mereka pun turut melakukannya juga.’ Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dibalik hadits ini kita menelisik betapa bersemangat para sahabat Rasulullah untuk beramal shaleh. Setiap dari mereka ingin melakukan amal seperti yang dilakukan oleh sahabat lainnya. Ketika tak mampu beramal seperti sahabat lainnya ada kecemburuan di dalam hati mereka. Kecemburuan untuk menyamai dan bahkan melebihi amal shaleh saudaranya. Bahkan ketika tersusul, semangat untuk melakukan yang lebih baik segera hadir dalam laku mereka.
Kecemburuan hadir akibat keinginan yang diharapkan belum tercapai oleh diri kita, namun bisa dimiliki oleh orang lain. Maka sejatinya, sikap ini ibarat pedang bermata dua bergantung dari sumber rasa keinginan tersebut. Para sahabat Rasulullah mampu memberdayakan sikap ini menjadi sikap positif dalam meraih ketaatan. Karena sejatinya sumber keinginan mereka adalah Ridha Allah, dan akhirat dirasakan lebih berharga dibandingkan dengan apa yang ada di bumi ini. Maka, lain cerita ketika sumber keinginan itu bersumber dari keinginan duniawi. Maka kecemburuan yang muncul hanyalah akan menjadi celah jurang nestapa.
Tidak boleh merasa iri kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari Muslim)
Maka cemburulah, jika engkau hanya masih menjadi penonton kebaikan. Yang berdiam diri melihat pesona kehebatan orang lain yang begitu mempesona dalam sejarah. Sementara engkau tak pernah mempercantik pesona dirimu. (Zev)
0 Komentar