Mengenal Virus Ebola (Ebola Virus Disease) dan Pencegahannya


ilustrasi pemberantasan Virus Ebola

Sejarah

Pada tahun 1976, Sudan dan Zaire, yang kini dikenal sebagai Democratic Republic of Congo, merupakan dua negara yang pertama kali melaporkan kasus penyakit virus Ebola. Sudan mencatat sebanyak 284 kasus, sedangkan Zaire 318 kasus. Lebih dari setengah penderitanya meninggal dunia. Virus ini diberi nama Ebola berdasarkan nama sungai di Yambuku, Zaire, tempat pertama kali ditemukan penderita kasus ini.

Tahun 2014 merupakan wabah terberat Ebola dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Data WHO per tanggal 10 Oktober 2014 menunjukkan terdapat 8.376 kasus Ebola yang menyebar di berbagai negara Afrika Barat. Agen Penyebab Ebola

Virus Ebola merupakan salah satu virus penyebab demam berdarah yang berasal dari famili Filoviridae. Sekitar lebih dari 30 virus tercatat sebagai penyebab demam berdarah. Mereka terdiri atas famili Filoviridae, Arenaviridae, Bunyaviridae dan Flaviviridae. Flaviviridae merupakan famili virus Dengue yang menyebabkan Demam Berdarah Dengue (DBD).

Sampai saat ini terdapat lima serotipe virus Ebola yaitu, Zaire, Bundibugyo, Sudan, Reston dan Taï Forest. Tiga spesies pertama merupakan penyebab wabah yang terluas wilayah penyebarannya. Wabah Ebola pada tahun 2014 disebabkan oleh virus Ebola serotipe Zaire.

Gejala Klinis

Setelah menginfeksi manusia, virus Ebola membutuhkan waktu inkubasi (masa jeda antara masuknya virus sampai menimbulkan gejala) 2−21 hari. Gejala yang timbul pertama kali adalah demam yang mendadak tinggi (lebih dari 38,6°C), nyeri otot, sakit kepala dan sakit tenggorokan. Keluhan ini diikuti dengan muntah, diare, warna kemerahan di kulit, gejala gangguan ginjal dan hati (buang air kecil berkurang dan sakit perut). Pada beberapa kasus terjadi perdarahan yang tampak dari luar seperti lebam kulit, perdarahan gusi, dan mimisan, atau perdarahan pada saluran pencernaan (buang air besar menjadi kehitaman atau berdarah).

Demam berdarah akibat virus Ebola relatif lebih berat dibandingkan dengan demam berdarah akibat virus lain. Hal ini tampak dari tingginya persentase kematian akibat Ebola yang mencapai 90% (wabah di Congo tahun 2003).

Penularan dan Cara Pencegahannya

Ebola disinyalir pertama kali menular ke manusia melalui perantaraan hewan liar di sekitar hutan Afrika Barat. Salah satu hewan yang terkonfirmasi sebagai pembawa Ebola adalah sejenis kelelawar pemakan buah. Selain kelelawar ini, Ebola dapat menular ke manusia melalui simpanse, gorila, berbagai jenis kera, rusa afrika, dan landak yang ditemukan mati. Ebola menular antar manusia melalui kontak langsung lapisan mukosa atau luka (kulit terbuka) yang tersentuh darah, air liur, organ, atau cairan tubuh lain penderita. Kontak dengan permukaan alat atau barang seperti pakaian dan tempat tidur yang terkontaminasi cairan tubuh penderita juga berpotensi menularkan Ebola. Jika seseorang terinfeksi Ebola namun belum menunjukkan gejala, dia tidak dapat menularkan Ebola. Setelah periode sakit dilewati dan pasien tersebut membaik juga tidak dapat menularkan Ebola. Hanya saja virus Ebola yang aktif masih ditemukan di cairan sperma orang yang pernah sakit sampai 3 bulan lamanya setelah sembuh. Pasien seperti ini disarankan untuk tidak melakukan aktivitas seksual atau menggunakan kondom selama 3 bulan pasca penyembuhan. Sejauh ini belum ada kasus Ebola yang terbawa ke Indonesia.

Penulis:
Dr. M. Ersyad Hamda
Pengajar di Departemen Mikrobiologi dan Parasitologi Fakultas Kedokteran Unpad

Editor:
Dr. Genis Ginanjar Wahyu