Kamu Bukanlah Robot Peradaban


Generasi muda
Banyak orang bilang, globalisasi ini puncak dari peradaban manusia. Hubungan antar negara semakin mudah, bahkan orang berlalu lalang ke berbagai negara pun mendapatkan akses dengan mudah.
Bahkan dimana-mana orang semakin tergiurkan dengan sekolah ke luar negeri dan juga bekerja di perusahaan asing adalah hal yang membanggakan.
Namun tanpa kita sadari ada yang hilang dalam diri kita, sesuatu yang mendasar yang bisa dibilang bahwa manusia lebih berakal dibanding makhluk lainnya. Semakin hari, semakin banyak hal-hal yang terjadi, hal yang dimata orang terlihat baik padahal itu hal yang buruk. Disaat hal buruk semakin banyak dilakukan oleh banyak orang, disaat hal buruk mulai terlihat biasa.
Saat zaman dulu, organisasi adalah hal yang wajib untuk diikuti, bahkan hampir semua orang pasti banyak yang berorganisasi.

Kini, semakin banyak orang yang study oriented, belajar dan bekerja keras untuk mendapat nilai yang baik. sudah ter  frame kan, jika tidak dapat nilai bagus maka masa depan kita pun akan hancur. Esensi akan belajar kini sudah mulai menghilang, fokus belajar sebenarnya adalah "dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti".
Esensi akan belajar sudah bergeser ke arah kuantitas bukan kualitas, banyak kini para pembelajar berbondong bondong untuk masuk perguruan tinggi yang bagus, dengan harapan mereka dapt memiliki masa depan yang lebih baik. Tidak ada yang salah saat kita berikhtiar namun saat tujuan kita semakin kuantitas maka kualitas kita akan menurun. Maka jangan heran jika generasi sekrang dipenuhi oleh orang-orang yang tidak bebas secara ide dan fikiran.

Mereka terkukung oleh aturan yang membuat fikiran mereka tak bisa lepas, padahal Islam mengajarkan bahwa peradaban itu berada di tangan generasi muda nya. Namun bagaiman dengan keadaan generasi yang hanya mencari aman, takut menghadapi tantangan, saat gagal merasa dunia ini hancur.

Bagaimana mungkin peradaban yang hebat dapat dibentuk oleh generasi sepert ini?
Mulai belajar mengembalikkan esensi dari belajar, bahwa "kita harus mengerti", jangan sampai saat ilmu itu sudah di ujiankan dan kita mendapat nilai bagus, maka ilmu itu langsung hilang dari otak kita, ini membuktikkan bahwa tak ada ilmu yang kita pelajari, kita hanya membuatng waktu untuk mengejar nilai, yang sebenarnya itu bukanlah yang dibutuhkan suatu peradaban.

Peradaban membutuhkan generasi-generasi yang faham akan apa yang mereka kerjakan, dan memiliki tujuan yang jelas dan mempunyai jiwa membangun dan memberi manfaat untuk disekitarnya.
Karena dunia ini tidak membutuhkan orang-orang yang hanya memikirkan diri mereka sendiri, dunia ini mempunyai siklus yang harus dilakukan bersam bukan individual.

Bersedihlah jika kita termasuk orang yang diberikan IQ tinggi namun hanya bisa menyelamatkan diri sendiri, tak ada kontribusi yang berarti untuk lingkungan sekitar.
Bersedihlah saat di usia kita sekarang, kita masih berkutit dengan masalah kita sendiri, hingga tak sempat untuk membantu orang disekitar kita.
Bersedihlah saat kita yang mempunyai pendidikkan tinggi kalah dengan orang yang tidak berpendidikkan tetapi dia bisa berkontribusi banyak untuk banyak orang.
Bersedihlah, ternyata tanpa sadar kita sedang mendidik diri menjadi "Robot Peradaban", yang terkekung oleh sistem manusia, hingga manusia lebih kita takutkan dibanding Allah SWT.

Banyaklah ber istighfar dan perbaiki diri ini segera mungkin, sebelum waktu yang diberikan oleh Sang Pemilik waktu habis dan akhirnya hanya penyesalan yang kita dapat. (Ipah)