Penjara Stanfrod, Ramadhan, dan Perubahan

sumber: wiki.shanti.virginia.edu
Berpikir dua kali lah sebelum berbicara, setiap kata dan pengaruh akan menanam entah bibit keberhasilan atau kegagalan di benak khalayak (Napoleon Hill)
Think twice before you speak, because your word and influence will plant the seed of either success or failure in the mind of another(Napoleon Hill)
Stanford prison experiment (SPE) adalah sebuah percobaan tentang perilaku manusia di penjara. Percobaan ini dilakukan di replika penjara di ruang bawah tanah universitas Stanford, Amerika, tahun 1971. Philip Zimbardo yang memimpin penelitian tersebut berperan sebagai kepala penjara. Dua puluh empat orang direkrut secara acak untuk berperan sebagai sebagai napi atau sebagai sipir. Berbagai kejadian dan kasus diperagakan. Namun sayangnya penelitian ini dihentikan hanya dalam waktu enam hari. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena secara menakjubkan semua pemeran sandiwara tersebut sangat menjiwai peran mereka, atau bisa kita katakan terlalu menjiwai percobaan tersebut. Sipir benar-benar menekan bahkan menyiksa secara psikologis dan fisik. Napi pun bersungguh-sungguh ingin memberontak. Bahkan Zimbardo yang memimpin penelitian ini, yang berperan sebagai kepala penjara, juga terbawa suasana. Ia mengizinkan beberapa siksaan sipir kepada napi. Beberapa peserta penelitian tidak kuat menanggung beban tersebut dan akhirnya mengundurkan diri. Penelitian usai. 

( sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Stanford_prison_experiment).

Belajar dari kisah Stanford tadi,kita mendapatkan informasi bahwa manusia dapat menjadi buruk saat lingkungannya mengondisikan seperti itu. Berlaku pula kebalikannya, manusia bisa super baik saat sekelilingnya bernuansa sama, sebagaimana nuansa replika penjara Stanford membuat para peserta percobaan seakan menjadi orang lain. Ramadhan didesign oleh Allah menjadi bulan yang spesial. Bahkan dikatakan bahwa setan pun dibelenggu.

Diriwayatkan dari Abi Hurairah Ra., bahwasanya Rasul Saw. bersabda: apabila telah datang Ramadhan, pintu-pintu surga dibukakan, pintu-pintu-pintu neraka ditutup rapat dan setan-setan dibelenggu. ” (HR. Muslim)

Kebaikan seperti menemukan musim seminya untuk tersemai dan berbuah. Maka kita melihat yang tak berjilbab menjadi berjilbab, yang tak sholat malam mendadak sibuk taraweh, yang malas sodaqoh jadi semangat berinfaq, yang jengah berdakwah jadi panitia sanlat. Seakan udara membisik-bisiki telinga umat untuk terus berbuat baik. Momentum yang sangat sayang bila kita lewatkan.

Untuk Diri Sendiri
Mari kita manfaatkan waktu itu untuk naik tangga ke tingkatan diri yang lebih baik. Selepas lebaran tak hanya baju saja yang baru tapi juga jiwa kita. Jiwa yang kuat, ibadah yang mantap, badan yang sehat, manajemen diri yang ketat. Ibarat kita ingin menumbuhkan kecambah kebaikan di diri kita, ramadhan sedang menjadi hujan gerimis yang menyuburkan kecambah itu menjadi tunas. Ramadhan menyediakan pestisida yang menghancurkan hama-hama dosa kita. Diri yang baru akan muncul di satu syawal ini, insyaAllah. Satu syawal kita akan muncul dengan kebiasaan ibadah yang naik, pemahaman akan islam yang kian membaik, juga akhlak diri yang kian menarik. Maka program pembinaan diri dan ibadah menjadi satu hal yang perlu kita rencanakan dengan apik.

Untuk Masyarakat
Sebagai da’i kita mendapatkan peluang yang jarang terulang. Masyarakat terpapar oleh radiasi kebaikan dari lingkungan ramadhan. Saat ini mudah rasanya mengajak orang shalat, gampang sepertinya mendorong orang berakhlak islami, tak sulit tampaknya mencegah maksiat. Saya membayangkan bahwa di telinga setiap orang kini sedang ada selang yang menjadi jalan tembus menuju hati. Setiap nasehat yang bergema di udara, akan meluncur bagaikan lewat jalan tol langsung ke sanubari tiap orang. Tiap orang akan menjadi mudah untuk diajak kepada kebaikan. Mubadzir dan sungguh “kufur nikmat” jika bulan ramadhan ini lewat begitu saja tanpa isnpirasi yang kita sebar kepada orang lain. Mari selain sibuknya kita dengan diri sendiri, tambah kesibukan juga dengan partisipasi pada da’wah dan membantu orang lain. Sebar syiar islam, status nasehat di media sosial, menjadi panitia agenda ramadhan, mengajak salat tetangga dan lain sebagainya

As you grow older, you will discover you have two hands: one for helping yourself, the others for helping others. - Audrey Hepburn

Semakin kita dewasa kita akan paham bahwa kita memiliki dua tangan, satu untuk menolong diri kita, dan tangan satunya untuk menolong orang lain- Audrey Hepburn . (Fanfiru)

Posting Komentar

0 Komentar