Gorila Ajaib dan Idul Fitri


Sumber Gambar: www.psychologytoday.com
Pemberian maaf tidak mengubah masa lalu, tapi meluaskan masa depan- Paul Boese
Forgiveness does not change the past, but it does enlarge the future. - Paul Boese
Percayakah kita bila ternyata ada gorilla lewat di depan kita,maka kita tidak akan sadar? Kita tentu ragu. Tapi Ternyata ada sebuah penelitian yang membahas itu, Penelitian itu berjudul The Invisible Gorilla (Gorilla yang tidak kelihatan). Penelitinya bernama Christoper Chabris dan Daniel Simons.

Mereka membuat film pendek mengenai dua tim yang saling oper bola basket, satu tim memakai kaus putih, satu lagi memakai kaus hitam. Para penonton film disuruh menghitung jumlah operan yang dilakukan tim putih dan mengabaikan tim hitam. Tugas itu sulit dan menyita perhatian. Di tengah video, seorang perempuan yang memakai baju goria muncul, menyebrangi lapangan, memukul-mukul dada, dan pergi. Si gorilla terlihat selama 9 detik. Ribuan orang telah menonton video itu, dan menakjubkannya sekitar setengahnya tidak melihat ada yang aneh, tidak menyadari ada gorila. Tugas menghitung dan mengabaikan tim hitam, menimbulkan kebutaan. (Sumber:Thinking, Fast and Slow, karya Daniel Kahneman, peraih hadiah nobel bidang ekonomi)

Coba anda lihat jendela rumah anda, barangkali barusan ada gorila yang baru lewat. Tentu saya hanya bercanda. Namun itu bisa saja terjadi. Saat anda fokus membaca tulisan ini, kita jadi abai kondisi sekitar. Fokus yang sangat intens pada satu tugas bisa membuat orang secara efektif buta.

Bagaimana dengan kehidupan kita ini. Apakah mungkin ada hal yang terlalu kita fokuskan sehingga kita buta terhadap “gorila” yang lewat di depan kita? Apakah mungkin kita fokus mengenyangkan perut sehingga buta terhadap warga suriah yang krisis kelaparan hingga terpaksa makan kucing. Apakah mungkin kita fokus tidur nyenyak sehingga kita buta terhadap warga palestina yang berselimutkan rudal dan berbantalkan peluru Israel. Apakah kita fokus belanja sehingga buta terhadap warga Indonesia pelosok yang masih belum terdidik sehingga di tanah Papua umum warga berumur di atas 20 tahun yang masih duduk di bangku SMA, SMP, bahkan SD.

Dalam kondisi yang terdekat mungkin kita fokus pada diri kita dan keegoisan diri kita sehingga tanpa sengaja hati teman kita lukai, persaan kerabat kita remehkan, persahabatan pun kita nodai. Apakah mungkin kita terlalu fokus pada dunia sehingga lupa sekitar dan lupa pada Tuhan kita. Saat terlalu fokus dan serius, mungkin ada baiknya kita simak perkataan illahi:

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat iti lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?” (QS. Al An’am 32)

Kita perlu mengingat kembali bahwa dunia ini sementara dan sidang akhirat yang menentukan nasib hidup kita selamanya. Terlalu fokus dan tak acuh pada kondisi sekitar ternyata adalah jebakan yang kita hadapi sehari-hari sehingga konsekuensi dosa sulit dihindari. Kepada Allah kita bertaubat.

Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beramal shaleh kemudian tetap di jalan yang benar.” (Thaaha: 82).

Namun permasalahannya bila salah yang kita lakukan adalah kepada manusia. Tampaknya berdosa kepada orang lain ini menjadi permasalahan yang lebih pelik. Kita sudah paham kisah orang yang bangkrut karena terus mendzolimi orang lain.
“Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya.” (HR. Bukhori, Muslim)
Konsekuensi dosa ke orang lain begitu rumit. Bila terbawa hingga akhirat, maka kita harus membayarnya dengan pahala kita bahkan dosanya pun ditimpakan kepada kita, naudzubillaah. Maka semoga momentum idul Fitri ini menjadi saat yang tepat untuk bermurah hati saling memberi maaf.

Kerja keras amat diperlukan untuk membuat masyarakat yang madani, di mana kedzoliman dan yang terdzolimi mendapatkan keadilannya. Semua muslim patut bekerja keras mengajak orang menuju cahaya Allah. Sehingga mereka takut melukai saudaranya barang satu duri, karena yakin Allah maha melihat dan mengamati. Melalui da’wah, melalui pemerintahan, melalui pendidikan, dan semua lini yang harus kita manfaatkan, membawa semangat Idul Fitri ke seluruh dunia, ke seluruh masa. (fanfiru)

Posting Komentar

0 Komentar