RAMADHAN BULAN SEMPURNAKAN CINTA”



“RAMADHAN BULAN SEMPURNAKAN CINTA”
(Oded Muhammad Danial)

Sebaik apa cinta kita pada Allah SWT ? Dan, seasyik apa kita membuktikan cinta kita di bulan Ramadhan ? Semoga artikel sederhana berikut ini menjadikan kita lebih mencintai dan dicintai Allah SWT (QS. 5:54).

Jikalah cinta itu ada musimnya maka musim cinta orang-orang beriman pada Allah terjadi di Bulan Ramadhan.Perhatikan bahwa setiap bulan Ramadhan seorang mukmin mereguk kenikmatan, merasakan kebahagian danmelampiaskan keasyikan cintanya kepada Allah, Rabb-nya.

Setiap kali masuk Ramadhan selayaknya seorang mukmin menyadari betapa Allah SWT menginginkannya untuk menyempurnakan cintanya. Hingga jika kelak ruhnya dipanggil oleh Allah SWT, dirinya sudah dalam keadaan sempurna islam, iman, taqwa dan cintanya. Jika kita masih dikarunia usia hingga mengalami Ramadhan untuk kesekian kalinya, itu pertanda cinta kita belum sempurna. Dan, tugas kita dengan kesempatan Ramadhan ini untuk menyempurnakannya.

Lalu, bagaiman sebagai mukmin kita bisa menyempurnakan cinta kita kepada Allah SWT ? Agar cinta kita benar benar sesuai harapan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya “walladziina aamanuu asyaddu hubba lillah; orang beriman itu amat sangat cintanya pada Allah...” (QS. 2:185), minimal ada 3 (tiga) konsekuensi cinta (lawaziimul mahabbah) yang harus dipenuhi, sebagai berikut :

Pertama, mencintai apa yang dicintai Allah SWT sebagai bagian dari kesempurnaan kita kepada-Nya(mahabbatul mahbuubil mahbuub min tamaamil mahabatil mahbuub).

Jika kita orang jawa yang senang makanan manis lalu beristerikan orang padang yang senang makanan pedas. Maka, kesempurnaan cinta kita kepada isteri kita ditunjukkan dengan penerimaan, pengertian dan penghargaan bahkan keinginan untuk menyukai makanan pedas demi meraih kecintaan dari sang isteri. Demikian sebaliknya, isteri yang baik akan berusaha menyesuaikan diri dengan apa yang dicenderungi oleh suaminya, jika ia ingin mendapatkan kecintaan terbaik dari pasangannya.

Puasa adalah amalan yang sangat disenangi Allah SWT, sehingga orang-orang terdahulu pun Allah perintahkan shaum agar bisa lebih dekat, lebih ridha dan lebih bahagia serta meraih kedudukan tertinggi di sisi-Nya yaitu taqwa (QS. 2:185). Oleh karena sudah selayaknya seorang mukmin sangat cenderung, senang, gembira, ceria dan antusias dengan shaumnya demi sempurna cintanya kepada Allah SWT.Bukan hanya shaum, selama Ramadhan Allah menjanjikan pahala, kebaikan dan ampunan dengan berbagai amalan utama di bulan ini. Oleh karena itu, hendaknya kita para mukmin pun antusias dengan beragam hidangan amal Ramadhan mulai dari tilawah quran, dzikr, shalat tarawih, bersedekah dan menuntut ilmu.

Kedua, cinta itu tidak akan bisa diraih kecuali dengan kesiapan menghindari segala yang dibenci oleh Allah SWT (al-mahabbatu laa tunaalu illa bitahammuli al-makruuhat).

Betapa jelasnya kita rasakan saat seseorang jatuh cinta ia akan berusaha tampil sebaik-baiknya di hadapan kekasihnya. Dan, jika ia tahu ada hal-hal yang tidak disukai sang kekasih, sekuat tenaga dan sepenuh hati ia akan berusaha menghindarinya. Meskipun ia harus berusaha keras dan berkorban sebesar-besarnya. Saking inginnya ia meraih cintanya, segala hal yang tidak disukainya pun akan dilalui jika itu dibutuhkan sang kekasih sebagai bukti cintanyabahkan “gunung tinggi kan kudaki, lautan luas kan kuseberangi”. Luar biasa memang motivasi, semangat dan antusiasme seseorang saat cinta sudah demikian melekatnya. Tiada kesulitan, rintangan dan keberatan dianggap berat demi meraih cinta dari kekasihnya.

Apatah lagi seorang mukmin, ia akan mengerahkan segenap potensi fisik, jiwa, akal, rasa, harta bahkan nyawa sekalipun untuk menghindarkan segala hal yang tidak disukai Allah di bulan Ramadhan, seperti berbohong, ingkar janji, korupsi, membicarakan keburukan orang, merendahkan orang lain, menolak kebenaran, berkata kotor, perbuatan sia-sia atau bernilai dosa. Ia akan siap menanggung segala hal yang membatalkan cinta Allah SWT kepadanya. Semoga kita pun demikian adanya. Aamiin.

Ketiga, tidak ada hal yang paling membahagiakandan paling nikmat bagi seorang pencinta selain ia mampu melayani dan melaksanakan keinginan kekasihnya (laa syai’a alladzdzu lil muhib min khidmati wa tho’ati mahbubihi).

Perhatikan bahwa ketika anda jatuh cinta, tidak ada hal yang paling membahagiakan selain menghadirkan senyum dan kegembiraan dari seseorang yang anda cintai. Baik itu isteri atau anak atau bahkan binatang piaran atau kendaraan atau rumah yang anda miliki.

Bukankah kita ingin memberikan hal terbaik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan isteri dan anak-anak kita?

Bukankah kita ingin hal terbaiklah yang terjadi bagi binatang piaran kita, kendaraan atau rumah kita ?

Bahkan, kita pun siap memberikan hal-hal istimewa berupa perhatian, kepedulian, pemberian bahkan pengorbanan terbaik kita ?

Bukan hanya itu bahkan kita teliti dan cermati dengan pasti apa lagi yang bisa kita lakukan agar segala yang kita cintai tadi betul-betul merasa puas dengan sikap, tindakan dan usaha kita melayani dan memenuhi kebutuhan mereka ?

Bahkan kita pun sering mencari-cari apa lagi yang sekiranya bisa menjadikan mereka puas akan kehadiran kita ?

Lalu bagaimana dengan upaya kita menyempurnakan cinta kita pada Allah SWT ???

Karena “walladziina aamanuu asyaddu hubba lillah; orang beriman itu amat sangat cintanya pada Allah...” (QS. 2:185), maka tentulah segala hal yang menjadikan Allah SWT ridho, senang dan berkenan mencintai kita, akan disikapi dengan “kami dengar dan kami taat”.

Seorang mukmin yang ingin menyempurnakan cintanyapasti akan melaksanakan segala tuntutan Allah, bukan hanya yang wajibnya saja (shalat 5 waktu, shaum ramadhan atau zakat fitrah), ia pun akan memaksimalkan tawaran keutamaan lainnya yang sebenarnya tidak wajib hukumnya seperti shalat-shalat sunnah (dhuha, shalat sunnat sebelum atau sesudah shalat wajib, shalat malam), infaq, shodaqoh, dzikir dan membaca quran, memberi makanan untuk yang shaum, dan masih banyak lagi amal ibadah lainnya.

Bahkan karena cintanya pada Allah SWT seorang mukmin melaksanakan semua ketaaan dan pengabdian itu dengan penuh sukacita, ceria, semangat dan gembira serta disertai keasyikan yang luar biasa untuk menyempurkan cintanya.

Semoga kita termasuk yang merasakan asyiknya puasa di bulan Ramadhan, demi sempurnanya cinta kita kepada Allah SWT.

Wallaahu a’laam bish-shawaab.




Posting Komentar

0 Komentar