Klarifikasi INSTRAT atas Berita Press Release dari Lembaga lain INSTRA

KLARIFIKASI INDONESIA STRATEGIC INSTITUTE (INSTRAT) ATAS BERITA PRESS RELEASE DARI LEMBAGA LAIN INDONESIAN STRATEGIC (INSTRA) TENTANG PILWALKOT BANDUNG 2013



Klarifikasi ini bertujuan untuk meluruskan berita tentang INSTRAT yang dimuat media massa seperti misalnya yang tertera pada link berikut ini: 



(1) Indonesia Strategic Institute (INSTRAT) dengan Direktur Eksekutif Sdr. Jalu Pradhono Priambodo, MT adalah lembaga berbeda dengan Indonesian Strategic dengan Direktur Eksekutif Sdr. Gusmiyadi. Indonesian Strategic (INSTRA) pimpinan Sdr. Gusmiyadi, pada berita yang diturunkan detikbandung, disebutkan bahwa singkatan lembaganya INSTRAT, sama dengan lembaga kami. Barangkali singkatan dari lembaga kami, bisa jadi media massa salah mengetikkan baik singkatan atau kepanjangan dari lembaga tersebut. 

(2) Hasil-hasil survey yang dirilis oleh Indonesian Strategic Sdr. Gusmiyadi sama sekali tidak ada kaitan dengan hasil-hasil survey dari Indonesia Strategic Institute (INSTRAT).

(3) Hasil-hasil survey Indonesia Strategic Institue (INSTRAT) justru BERTOLAK BELAKANG dengan apa yang disampaikan oleh Indonesian Strategic (INSTRA) Sdr. Gusmiyadi. Bagaimanapun, Indonesia Strategic Institute (INSTRAT) menghormati pandangan atas hasil-hasil survey yang dilakukan Indonesian Strategic Sdr. Gusmiyadi.

(4) Indonesia Strategic Institute (INSTRAT) selalu berupaya untuk melakukan survey sebagai penunjang kajian, dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip ilmiah, dan menyampaikan hasil-hasil surveynya kepada publik sesuai dengan hasil yang diperoleh tanpa direkayasa, semata-mata untuk pencerdasan sosial-politik bagi masyarakat.

Bagaimana pandangan Indonesia Strategic Institute (INSTRAT) tentang kemenangan pasangan Ridwan Kamil-Oded M Danial? Kami telah melakukan tracking survey sebanyak 5 kali sejak Awal Agustus 2012 sampai dengan Mei 2013 menjelang pencoblosan, dan simpulan kami sebagai berikut:

(1) Sosok Ridwan Kamil dan Oded M. Danial saling melengkapi, keduanya memiliki segmennya masing-masing. Sampai dengan awal Maret 2013, posisi survey kedua sosok ini seimbang, masing-masing baru mengantongi potensi suara elektabilitas sekitar 6% dari responden survey. Tingkat popularitas keduanya juga masih tidak jauh berbeda, di kisaran 15%-17%. Dibandingkan dengan tingkat popularitas dan potensi elektabilitas tokoh lain seperti Edi Siswadi dan Ayi Vivananda, saat itu posisi popularitas mereka sudah 2,5 s.d 3 kali lipat daripada Ridwan Kamil dan Oded M. Danial, dengan elektabilitas individual yang juga dikisaran 2,5 s.d 3 kalinya juga.

(2) Barangkali, poin (1) menyebabkan Ridwan Kamil jadi mempertimbangkan dengan serius bahwa dirinya harus maju menggunakan Partai, tidak dari jalur independen. Ditambah dengan waktu yang makin mepet dimana dalam 3 bulan Ridwan Kamil harus menaikkan tingkat popularitasnya secara fantastis (saat itu Edi Siswadi dan Erwan Setiawan, dalam hitungan kami, mereka membutuhkan waktu 8 bulan untuk menaikkan tingkat popularitasnya untuk sampai pada posisi awal Maret 2013), maka secara hitungan politis, kemungkinan besar Ridwan Kamil harus bersekutu dengan Partai dan memilih calon dengan modal potensi suara yang sebanding atau lebih besar. Pilihan itu jatuh pada PKS dan sosok Oded M. Danial.

(3) Survey ketiga kami dilakukan sehari setelah pendaftaran resmi pasangan calon walikota-wakil walikota Bandung pada tanggal 19-20 Maret 2013. Hasil survey ini mengukuhkan pandangan kami sebelumnya bahwa Pasangan Ridwan Kamil-Oded M. Danial memang memiliki segmen pemilihnya masing-masing. Ini terlihat dari elektabilitas pasangan menjadi 12,38%. Angka itu menunjukkan bahwa potensi elektabilitas masing-masing Ridwan Kamil dan Oded M. Danial yang semula sekitar 6% sampai awal Maret 2013, setelah bergabung berpasangan, terjadilah penambahan. Secara kalkulasi politik, langkah berpasangannya kedua calon ini sudah pada track yang benar untuk menjadi pesaing calon incumbent.

(4) Pada survey keempat yang berakhir sehari sebelum masa tenang, elektabilitas RK-Oded telah melejit menjadi 23,15% (dengan swing voters + golput sekitar 35%). Telah terjadi penambahan signifikan sekitar 11% sejak akhir Maret. Hasil evaluasi dari data-data survey yang kami dapatkan, kenaikan ini disokong secara merata oleh 3 faktor utama:

(A) Mesin partai, tanpa bermaksud mengesampingkan peran partai Gerindra, catatan penting dalam hal ini kekuatan massif kader-kader PKS di lapangan akar rumput tidak boleh dipandang sebelah mata, sebab dalam pengamatan kami di lapangan, mereka sangat taktis dan detail target pencapaiannya. Dari hasil survey kami, nampak nyata bahwa 40% masyarakat mengetahui bahwa PKS-lah yang signifikan berperan mengusung pasangan ini.

(B) Tim Relawan dan Tim Kreatif. Tim ini bekerja luar biasa, menggempur kota Bandung dengan atribut-atribut dan cara-cara kampanye kreatif, juga meramaikan segmen khusus di social media (khusus socmed ini calon lain nampak tidak muncul sama sekali)

(C) Isu Korupsi Bansos. Isu ini menguntungkan Pasangan Ridwan Kamil-Oded M. Danial. Hasil survey kami menunjukkan bahwa 3 orang dari calon dipersepsi terkorup oleh masyarakat (Edi Siswadi, Ayi Vivananda, Nani Rosada), dan masyarakat cukup terpengaruh dengan isu korupsi bansos ini terhadap pilihan calon pada saat pencoblosan. Yang terjadi pada hasil akhir pilwalkot ini bukanlah semata-mata perolehan suara Rk-Oded tiba-tiba melonjak naik menjadi 45%. Tapi kenyataan yang lebih fair adalah bahwa telah terjadi kenaikan pemilih Golput hingga mencapai 39%-an dan jika ditambah suara yang tidak sah bisa mencapai sekitar 42%. Jika persentase ini tidak dibuang, maka perolehan riil RK-Oded hanya di sekitar 27%, tidak jauh sekali berbeda dengan hasil survey terakhir kami di 23,15%. Pada faktanya, selain suara RK-Oded bertambah sekitar 3-4%, yang terjadi adalah suara Edi-Erwan dan Ayi-Nani tergerus tajam, dan disisi lain golput meningkat. Kami menduga bahwa mereka yang kecewa terhadap pasangan Edi-Erwan dan Ayi-Nani karena dipersepsi korupsi, kemudian memilih golput atau berpindah ke pasangan calon yang dianggap lebih bersih. Pada akhirnya, dengan situasi seperti itu dan dengan dibuangnya suara golput+tidak sah, otomatis langsung melambungkan perolehan RK-Oded di persentase baru pada angka 45%.

Adapun terkait media kampanye termasuk media massa tentunya juga berperan, namun hal tersebut masuk dalam ranah dalam kelola yang lebih teknis daripada ketiga faktor strategis diatas. 

(5) Pada saat masa kampanye berlangsung hingga kami survey di akhir masa kampanye, memang benar bahwa tingkat popularitas Ridwan Kamil kemudian melonjak lebih bagus ketimbang Oded M. Danial (RK 15% lebih popular dibandingkan Oded), sehingga level tingkat kesukaan individualnya pun naik; sebab keduanya memiliki rasio tingkat kesukaan terhadap tingkap popularitas yang tertinggi (RK) dan tinggi (Oded). Akan tetapi, kami melihat lebih tingginya tingkat popularitas dan tingkat kesukaan RK bisa jadi karena memang tim pendukung (atau sebagian tim pendukung) lebih banyak memfokuskan diri untuk menjual sosok RK ketimbang Oded. Hal ini dikarenakan bahwa sosok RK ‘lebih cepat laku’ untuk dijual, dan sebagai exit strategy jikalau PKS atau Gerindra dihantam lawan, RK masih tercitra sebagai sosok independen. Terdapat suatu titik dimana kemudian seolah-olah masyarakat memilih RK sebagai individu dan bukan sebagai pasangan dengan Oded yang berasal dari partai. Pada faktanya, bagaimanapun, Oded M. Danial tetap memiliki segmen pemilihnya tersendiri yang saling melengkapi dengan RK, sehingga kemenangan pasangan RK-Oded pada akhirnya adalah kemenangan bersama semua elemen yang mendukung keduanya.

Demikian klarifikasi dan penjelasan dari kami. Semoga bermanfaat.

Bandung, 25 Juli 2013



Adi Onggoboyo

Direktur Kajian Strategis INSTRAT




Jalu Pradhono Priambodo
Direktur Eksekutif INSTRAT

Posting Komentar

1 Komentar