Selamat Ulang Tahun Provinsi Jawa Barat!

Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan Lc. (Kang Aher)

INILAH.COM, Bandung - Provinsi Jawa Barat telah berusia 67 tahun. Hari jadinya, yang sebetulnya jatuh pada 19 Agustus, diperingati di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, Senin (27/8). Upacara peringatannya mundur lebih dari sepekan karena hari jadinya tahun ini bertepatan dengan Idul Fitri.

Sekitar 13.000 pegawai negeri sipil di lingkungan Pemprov Jabar hadir dalam acara tersebut, yang dipimpin Gubernur Ahmad Heryawan. Ini upacara peringatan yang kedua kalinya. HUT Jabar baru ditetapkan pada 2010, setelah nasibnya terkatung-katung selama hampir satu dekade. Sejumlah pakar dan akademisi mengajukan tiga opsi hari jadi --1 Januari 1926, 19 Agustus 1945, dan 14 Juli 1950– dengan alasan ilmiah dan landasan historis masing-masing.

Adalah Heryawan, yang belum lama terpilih sebagai Gubernur Jabar, yang lantas menetapkan 19 Agustus 1945 sebagai HUT Provinsi Jawa Barat melalui Perda No 26 Tahun 2010. Jawa Barat dan tujuh daerah lainnya memang dibentuk sebagai provinsi di bawah payung hukum negara Republik Indonesia hanya dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan RI.

Kini, setelah 67 tahun, apakah Jawa Barat punya cukup kisah sukses yang bisa dirayakan? Bohong besar kalau ada yang bilang cukup. Jawaban yang cukup jujur adalah lumayan. Sejumlah indikator makro pembangunan menunjukkan perbaikan, kendati masih banyak permasalahan yang harus segera ditangani.

Sebagai gubernur ke-13, Kang Aher ternyata lebih beruntung dibanding para pendahulunya. Ada angka-angka yang mendukung hipotesa tersebut. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Barat 2011 mencapai 72,82, masuk dalam kategori menengah atas menurut standar Program Pembangunan PBB (UNDP). Artinya, tingkat pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat membaik. Angka-angka perbaikan lainnya adalah laju pertumbuhan ekonomi 6,48%, penduduk miskin 10,57%, dan pengangguran terbuka 9,83%.

Itu sebabnya sejak 2008 Pemprov Jabar telah menerima 69 penghargaan, baik skala nasional maupun internasional. Bahkan selama setahun terakhir, ada 26 penghargaan yang diraih, termasuk untuk bidang pendidikan inklusif, kependudukan, dan keluarga berencana.

Sayangnya, angka-angka positif tersebut bak menggarami samudera. Selama lebih dari 60 tahun sejak kelahirannya, Jawa Barat telah jauh tertinggal –bahkan oleh provinsi-provinsi yang lebih muda. Eksploitasi kekayaan alam tatar Pasundan secara membabi-buta telah menyebabkan daya dukung alam tidak lagi mencukupi hajat hidup penduduknya, yang kini berjumlah 44 juta jiwa.

Obsesi Pemprov untuk menjadikan Jawa Barat sebagai green province barangkali akan sulit diwujudkan. Luas kawasan lindung memang telah mencapai 35,20%, lebih dari yang ditargetkan. Namun, di luar itu perusakan alam berlangsung terus. 
Di pesisir selatan, kawasan pantai terus digerogoti demi rupiah. Mesin-mesin keruk merajalela kendati ada moratorium penambangan yang dikeluarkan Pemprov. Di pedesaan, warga yang butuh sesuap nasi terus menggasak lereng-lereng tebing yang semestinya dibiarkan hijau untuk mencegah bencana longsor yang bisa membunuh keluarga mereka sendiri.

Begitu banyak persoalan yang butuh penanganan segera. Pemprov harus mengerahkan segala sumber daya yang dimilikinya untuk mengejar ketertinggalan yang dialami Jawa Barat akibat salah urus di masa lalu.
Toh, modal untuk memulainya sudah ada: indikator-indikator positif yang dicatat dalam empat tahun terakhir, dan tentu saja, semangat Bandung.

Dirgahayu Jawa Barat! [ang]

*Tulisan Fokus Inilah Koran, Selasa (28/8/2012)

Posting Komentar

0 Komentar