Inilah Cara Mensikapi Hujan Musibah



Musim hujan sedang melanda seluruh menjuru negeri. Ada yang bahagia. Siapa? Anak-anak Ojeg Payung, Tukang Bandrek atau Tukang Bubur, tapi tidak buat Penjaja Es Doger dan Penggali Sumur. 

Tapi pada dasarnya hujan itu sendiri suatu berkah yang harus disyukuri. Tak terbayang apa jadinya jika sepanjang tahun hujan tak datang. Tumbuhan kerontang, sumur-sumur kering. Malah berita terekstrim dari Nairobi (Antara News, 9 Februari 2017), mengatakan bahwa Kemarau di Kenya Akan Meningkatkan Konflik Manusia-Hewan.

Itu sebabnya RELI (Relawan Literasi) PKS Bandung untuk tema pekanan membahas seputar 'Hujan'. Giliran Juru Catat kebagian menulis 'Hujan dalam arti kiasan.

Yups...mulai yaak. Tiap orang berbeda dalam mensikapi hujan musibah. Untuk itu menarik kutipan kisah dibawah dari Al-Mada'ini untuk diambil ibrah (pelajaran).

"Di daerah pedalaman saya pernah melihat seorang perempuan yang saya belum pernah melihat seorang pun yang lebih bersih kulitnya dan lebih cantik wajahnya daripada dirinya. Lalu saya berkata,
"Demi Allah, kesempurnaan dan kebahagiaan sungguh berpihak kepadamu."

Lantas perempuan tersebut berkata,
"Sama sekali tidak. Demi Allah, sesungguhnya saya banyak dikelilingi oleh duka-cita dan kesedihan. Saya akan bercerita kepadamu.

Dulu saya mempunyai seorang suami. Dari suami saya tersebut saya mempunyai dua orang anak.
Suatu ketika ayah kedua anak saya ini sedang menyembelih kambing pada hari raya Idul Adha. Sedangkan anak-anak sedang bermain.
Lantas anak yang paling besar berkata kepada adiknya, 
'Apakah kamu ingin saya beri tahu bagaimana cara Ayah menyembelih kambing?'
Adiknya menjawab 
'Ya.'
Lalu si kakak menyembelih adiknya. 
Ketika si kakak ini melihat darah, maka ia menjadi cemas, lalu ia melarikan diri ke arah gunung. Tiba-tiba ia dimangsa oleh serigala.
Kemudian ayahnya keluar mencari anaknya, ternyata ia tersesat di jalan dan mati kehausan.
Akhirnya sayapun hidup sebatang kara."

Lantas saya bertanya kepadanya,
"Bagaimana engkau bisa sabar?"

Ia menjawab,

Apabila peristiwa tersebut terus-menerus menimpa saya, pasti saya masih merasakannya. Namun hal itu saya anggap hanya sebuah luka, hingga akhirnya sembuh." (KisahMuslim.com) 

Membaca kisah diatas, kita pun ikut menahan nafas. Betapa bertubi, musibah demi musibah mendera tanpa jeda.

Hanya orang-orang yang tebal iman yang mampu tegar dan tak larut dalam kesedihan. 

Maka doa yang tepat adalah memohon ditebalkan iman dan diberikan kesabaran, bukan  menolak musibah. 

Teringat hadits riwayat Turmudzi tertulis, 
"Musibah demi musibah masih tetap menimpa orang mukmin lelaki dan mukmin perempuan, sampai ketika ia menjumpai Allah dalam keadaan bersih dari dosa"

Kiranya Anda pun akrab dengan isi Q.S. Al-Baqorah [2]: 216 ini,
"Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian, dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian; Allah mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui." 

So dalam mensikapi hujan musibah,  tak lain hanya pasrah atas ketentuan Allah. 
Konon akan ada pelangi indah setelah hujan. 
Memang ini tak mudah, perlu ketrampilan dengan latihan. Setidaknya itu yang dirasa Juru Catat.

Moga dengan mengakrabkan diri dengan Al-Qur'an, berguru pada Yang Maha Sabar dan perbanyak istighfar menjadi jembatan menuju luasnya kesabaran.

#FriedaKustantina
#JuruCatat

Posting Komentar

0 Komentar